MODUL 5
ALAT
SAMBUNG KAYU: PAKU, PASAK DAN ALAT-ALAT
SAMBUNG
MODERN
A.
Pendahuluan
Selain
alat sambung baut/mur, maka dikenal pula alat-alat sambung kayu yang lain,
yakni: paku, pasak dan alat-alat sambung modern. Pada modul ke lima ini kita
akan mempelajari mengenai alat-alat sambung tersebut. Akan dijelaskan mengenai
kelebihan dan kelemahan masing-masing penggunaan alat sambung tersebut.
penyajian dalam modul ini juga akan diserta dengan cara perhitungan jika
seorang mahasiswa atau ahli ingin mengetahui jumlah alat sambung yang akan
digunakan dalam suatu sambungan juga cara penempatannya.
Kegiatan belajar mahasiswa dalam
modul ini terdiri 4 kegiatan pembelajaran: (1) Uraian materi pembelajaran, (2)
Rangkuman, (3) Latihan, (4) Tes dan Kunci
Kompetensi khusus yang akan dicapai
setelah mahasiswa mempelajari modul ini adalah:
1) Menjelaskan
tentang kelebihan dan kelemahan mempergunakan alat sambung paku, pasak dan
alat-alat sambung modern, pada sambungan kayu.
2) Menghitung
pemakaian paku, pasak dan alat-alat sambung modern pada sambung kayu
B.
PENYAJIAN
B.1. PAKU
Paku termasuk alat sambung yang tertua disamping baut. Paku-paku itu
biasanya dibuat dari baja Thomas, yang mempunyai σds.max = 6000-8000kg/cm2 dan σ1t.max = 8000
– 12000 kg/cm2. Bermacam-macam bentuk paku seperti yang tampak pada gambar
dibawah ini
![]() |
Gambar
33. Jenis-jenis Paku
a)
Paku tampang bulat. Banyak dipergunakan di Indonesia. tetapi
penggunaan itu tidak mendukung gaya dalam arti yang sesungguhnya, melainkan
gaya yang didukungnya hanya kecil saja, seperti untuk pembuatan perabot-perabot
rumah tangga, untuk pembuatan jendela, pintu dan sebagainya, dimana tidak atau
hampir tidak diterima gaya-gaya oleh paku itu.
b)
Paku tampang segitiga. Kini tidak banyak lagi dipakai,
terutama di Indonesia.
c)
Paku tampang persegi. Banyak dipakai di benua Eropa, terutama
pada konstruksi pendukung.
d) Paku alur spiral. (spirally groveed nail). Diapaki untuk
keperluan-keperluan istimewa, terutama bila diperlukan kuat-cabutnya
(whitedrawl resistance). Paku ini mempunyai dukungan gesek yang besar berhubung
kelilingnya tidak rata.
e)
Paku alur lurus (longitudinally
groveed nail). Banyak banyak dipakai di benua Eropa, terutama alat sambung
pada konstruksi dukung.
f)
Paku sisik (barbed nail).
Dipakai untuk keperluan-keperluan yang khusus.
Perbandingan
paku yang alur lurus dan yang tampang bulat itu ialah 1,2 sampai 1,4. Oleh karena itu paku yang tampang
bulat di Eropa semakin terdesak penggunaannya pada konstruksi dukung. Disamping
mempunyai dukungan gesek yang besar, tegangan disekeliling lubang di dalam katu
di dalam kayu boleh dikata merata. Gambar kiri menunjukkan pembagian tegangan
jika dipergunakan paku bulat. Garis tegangannya berupa parabola. Gambar kanan
menunjukkan pembagian tegangan pada kayu dibawah paku alur lurus. Bidang
tegangannya mendekati persegi empat panjang, jadi lebih merata.
![]() |
Gambar
34. Pembagian Tegangan Pada Kayu di Bawah Paku Alur Lurus
Menurut
pengujian-pengujian perbandingan tk/σds untuk masing-masing paku berlainan dan
rata-rata di dapat untuk paku bulat tk/σds = 0,50, dan untuk paku alur lurus
tk/σds = 0,75. Di bawah ini diberikan hasil-hasil penelitian yang telah
dijalankan di Chalmers University of Technology di Gothenborg, Swedia oleh
Tarsten Müler dengan menggunakan paku bulat d = 5,1 mm dan paku lurus d = 4,8
mm (tabel 11).
Ternyata
bahwa paku alur lurus lebih kuat dari pada yang bulat, walaupun garis tengahnya
lebih kecil.
Tabel 11. Jenis Sambungan, Jenis Kayu
dan Kekuatan
Jenis Paku
|
Sambungan tampang
|
Jenis kayu
|
Lebar kayu dalam mm
|
σds kayu kg/cm2
|
Pmax perpaku kg
|
Pbulat/Palur lurus
|
Bulat
|
2
|
Pinus silvestris/ Swedish Pinus
|
51
|
394
|
478
|
0,72
|
Aluru lurus
|
2
|
“
|
51
|
415
|
666
|
|
Bulat
|
2
|
“
|
52
|
496
|
480
|
|
Alur
lurus
|
2
|
“
|
52
|
487
|
728
|
0,66
|
Bulat
|
4
|
“
|
32
|
380
|
693
|
|
Alur
lurus
|
4
|
“
|
32
|
366
|
1119
|
0,62
|
bulat
|
4
|
Swedish fir
|
33
|
321
|
641
|
|
Alur
lurus
|
4
|
“
|
33
|
347
|
1106
|
0,58
|
Bulat
|
2
|
“
|
53
|
305
|
474
|
|
Alur
lurus
|
2
|
“
|
53
|
301
|
684
|
0,69
|
Di
Indonesia satu-satunya macam paku yang dipergunakan ialah paku tampang bulat,
walaupun daya dukungnya hanya kecil saja.
Kebaikan-kebaikan konstruksi kayu dengan paku dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1.
Harga paku adalah murah, maka konstruksi itu seluruhnya murah
pula.
2.
Konstruksinya adalah kaku (jadi baik), sasaran-sasaran di
dalam sumbangan hanya kecil.
3.
Di dalam pembuatan konstruksi beserta sambungannya tidak
diperlukan tenaga ahli, cukup dikerjakan oleh tukang atau pekerja biasa, sedang
alat-alatnya yang diperlukan sangat sederhana, ialah palu dan catut saja.
4.
Pekerjaan dapat dijalankan dengan cepat.
5.
Perlemahan kayu karena paku-paku itu kecil.
Kekuatan
sambungan dapat menyimpang dari daftar 13 tersebut asal dihitung menurut
rumus-rumus di bawah ini.
Tampang satu
:
0,5 dl Tk untuk 1≤ 7d

atau
= 3,5 d2 Tk untuk
1≥ 7d

Tampang dua
:
dm Tk untuk
m ≤ 7d

atau
= 3,5 d2 Tk untuk
m ≥ 7d

Tabel 12. Beban Yang Diijinkan Per Paku
No
|
Tebal kayu
|
Diameter paku d(1/10 mm) panjang paku 1 (mm)
|
Kekuatan 1 paku tampang satu (kg)
|
||||
Kelang
singan
![]() |
B.J. Kayu
= 0,3
TK = 75 kg/ cm2
![]() |
B.J. Kayu = 0,4
TK = 100 kg/cm2
![]() |
B.J. Kayu = 0,5
TK = 125 kg/cm2
![]() |
B.J. Kayu = 0,6
TK = 150 kg/cm2
![]() |
|||
1
2
3
4
5
|
20
25
30
35
40
|
28/51 (2”BWG 12)
31/63 (2 1/2” BWG 11)
34/76 (3” BWG 10)
31/63 (2”BWG 11)
34/76 (3” BWG 10)
38/89 (3 1/2” BWG 9)
34/76 (3”BWG 10)
38/89 (3 1/2” BWG 9)
40/102 (4” BWG 8)
38/89 (3 1/2” BWG 9)
42/102 (4” BWG 8)
40/102 (4” BWG 8)
52/114 (4 1/2” BWG 6)
|
7,2
6,5
5,9
8,1
7,4
6,6
8,8
7,9
6,5
9,2
8,3
9,5
7,6
|
20
23
25
24
32
35
30
38
47
38
46
46
70
|
27
31
34
33
40
47
40
50
63
50
61
61
94
|
34
38
42
42
50
59
50
63
78
63
77
77
118
|
41
46
51
50
60
70
60
75
94
75
92
92
142
|
Tabel 13. Paku kawat
biasa
Ukuran paku
|
d (mm)
|
Jumlah paku kira-kira per kg
|
2” BWG 12
2 ” BWG 11
2” BWG 10
2 1/2” BWG 11
2 1/2” BWG 10
2 1/2” BWG 9
3” BWG 10
3” BWG 9
3” BWG 8
3 1/2” BWG 9
3 1/2” BWG 8
3 1/2” BWG 8
4” BWG 8
4” BWG 7
4” BWG 6
|
2,77
3,05
3,40
3,05
3,40
3,76
3,40
3,76
4,19
3,76
4,19
4,57
4,19
4,57
5,15
|
400
280
185
120
93
|
Syarat-syarat
yang harus diperhatikan dalam menggunakan sambungan paku:
1. Kekuatan paku tidak
dipengaruhi oleh besarnya sudut penyimpangan antara arah gaya dan arah serat.
2. Jika paku dipergunakan
pada konstruksi yang selalu atau yang kadar-lengasnya kayu selalu tinggi, maka
kekuatan paku harus dikalikan dengan angka 2/3. Dan jika dipergunakan pada
konstruksi yang tidak terlindung, maka kekuatan paku harus dikalikan dengan
angka 5/6.
3. Jika beban didukungnya
bersifat sementara (termasuk akibat tekanan angin) maka kekuatan sambungan
dapat dinaikan dengan 25%.
4. Apabila dalam satu baris
terdapat lebih dari 10 batang paku, maka kekuatan paku harus dikurangi dengan
10 % dan jika lebih dari 20 batang harus dikurangi 20 %.
5. Pada sambungan dengan paku,
paling sedikit harus digunakan 4 batang paku.
6. Jarak paku minimum harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: (gambar 3.28)
a.
Dalam arah gaya : 12 d untuk tepi kayu yang dibebani
5 d untuk tepi kayu yang
tidak dibebani
b.
Dalam arah tegak lurus arah gaya :
5 d untuk jarak sampai
tepi kayu
5 d untuk jarak antara
baris-baris
7. Panjang paku minimum baik
untuk sambungan tampang satu maupun dua harus memenuhi syarat-syarat seperti
tercantum dalam gambar 35.
8.
Apabila ada banyak kemungkinan, bahwa
paku akan berkarat, maka hendaknya dipakai paku yang disepuh seng atau cadmium.

Gambar 35. Panjang paku minimum baik untuk
sambungan tampang satu
maupun dua
9. Ujung paku yang keluar
dari sambungan sebaiknya dibengkokkan tegak lurus arah serat, asal pembengkokan
tersebut tidak akan merusakan kayu.
10. Jika sesuatu konstruksi
dengan paku berbentuk lengkung, maka jari-jari lengkungannya paling kecil harus
400 l, jika l adalah tebal papan kayu yang dipergunakan dalam konstruksi
tersebut.
![]() |
Di dalam gambar-gambar
konstruksi penjorokan-penjorokan tersebut tidak digambar. Oleh karena itu
tukang-tukang yang bersangkutan harus diberi petunjuk di dalam menempatkan
paku-paku tersebut sesuai dengan penjorokan itu.
Contoh 1.
Sebuah batang kayu durian
berukuran 10/14 sebesar S = 6000 kg. konstruksi terlindung dan beban permanen.
Diminta menyambungnya dengan paku.
Gambar
36.
Penyelesaian :
Sebagai
plat sambung diambil 2 x 4/14. dari daftar 13 diambil paku 4” BWG 8, dan dengan
B.J. = 0,4 terdapat
= 61 kg. jadi n =
. (β = γ = 1). Kita
pakai 4 baris paku dengan jarak 2,8 cm, maka setiap baris terdiri dari 99 : 2,4
= 13. Karena pada sebuah garis terdapat 13 > 10 batang, maka
untuk setiap paku
dikurangi dengan 10 %.



Jadi
= 0,90 x 61 = 55 kg
dan n =
Dipakai 4 baris masing-masing 14 batang (gambar 37).


Catatan :
Sebetulnya
dapat dipakai 5 baris, yang memerlukan tinggi balok 6 x 5d = 30 x 0,43 = 12,6
< 14 cm. Tetapi kita pakai 4 baris saja, berhubung paku kita pukulkan dari
kedua sisi dan jika kita ambil 5 baris, maka kemungkinan timbul, bahwa
ujung-ujung paku dari sisi yang satu akan tertumbuk pada ujung paku dari sisi
lain.

|
Contoh 2:
Dari
sebuah titik buhul sebuah rangka diketahui bahwa batang D1 berukuran
1 x 6/12 dan batang horizontal berukuran 2 x 3/12 beban dalah permanen dan
konstruksi terlindung, sedang kayu mempunyai B.J. = 0,5 (meranti). Diminta
menyambung dengan paku.
Penyelesaian :
Dari
daftar 13 kita pilih paku 3” BWG 10, dan dengan B.J. = 0,5 terdapat
50 kg (tampang satu).
β = γ = 1. Dipakai baris yang memerlukan 5 x 5d = 25 x 0,34 = 8,5 < 12 cm.
Pada setiap baris dipakai 3 batang paku yang memerlukan lebar batang
(12d + 10d +5d) = 0,707 x 0,34 = 8,9 < 12 cm. Karena sudut
α 45 0 tidak berpengaruh pada kekuatan paku maka sambungan itu dapat
mendukung gaya sebesar : 24 x 50 = 1200 > 1150 kg.


Penempatan paku dapat
dilukiskan pada gambar 38.
B.2. ALAT-ALAT SAMBUNG
PASAK KAYU
Untuk
mendukung gaya yang besar, baut tidak mencukupi kekuatannya, maka sebagai
gantinya dapat dipakai pasak-pasak dari kayu, yang bentuk tampangnya dapat
persegi panjang atau bulat.
1.
Pasak persegi panjang
Pasak-pasak
persegi panjang hanya dipakai didalam sambungan tampang dua saja. Sebagai
bahannya umumnya dipergunakan kayu keras, misalnya: kesambi, walikukun dan
sebagainya. Untuk pasak persegi panjang cara meletakkankannya ada dua macam,
yaitu arah serat pasak dan dapat juga tegak lurus batang asli atau melintang.
Cara pertama mempunyai keuntungan bahwa penyusutan pasak dalam arah batang kayu
asli hanya kecil. Cara kedua mempunyai kebaikan, bahwa besar, tetapi
kejelekannya ialah bahwa penyusutannya dalam arah batang asli (yaitu dalam arah
tangensial atau radial) besar, hingga lama-kelamaan bekerjanya pasak itu tidak
akan baik.
2.
Pasak selindrik
3.
Pasak bulat system kluber
4.
Pasak-pasak persegi panjang dipakai didalam
B.3. ALAT-ALAT
SAMBUNG MODERN
Apabila
kita mempergunakan pasak-pasak yang dibicarakan sebelumnya, umumya diperlukan
menghitung yang banyak. Dengan dipakainya alat-alat sambung modern, maka
pekerjaan perhitungan menjadi berkurang banyak, sedang hasil penyambungan itu
menjadi lebih baik, dari pada jika dipergunakan pasak-pasak.
Alat-alat
sambung modern tersebut banyak macamnya, diantaranya: yang banyak dipakai ialah
kokot-kokot buldog, Aliigator, Geka, dan sebagainya, cincin-cincin belah (splitiring), plat-plat geser (shear plates)
dan lain-lainnya. Kebanyakan alat-alat sambung itu dijual dan diindungi oleh
paten diberbagai-bagai negari; diseluruh dunia terdapat lebih dari 60 alat-alat
sambung yang mempunyai paten. Di dalam sambungan itu dipergunakan baut lekat
yang bergaris tengah kecil; cara bekrjanya plat-plat sambung itu dala
prinsipnya sama dengan pasak-pasak yang telah dibicarakan sebelumnya, yaitu
dibebani gaya desak dan gaya geser.

Gambar 39. Alat Sambungan Modern
Gaya
yang dapat didukungnya lebih besar dari pada jika hanya dipergunakan baut saja.
Karena luas tampang gaya batang kayu yang disambung relatif masih besar.
- Cincin belah
Seperti
yang sudah tertera didalam namanya, bentuknya seperti cincin, seperti terlihat
pada gambar di atas. Cincin itu dapat tertutup dan mungkin juga terbuka. Ada
dua macam, yaitu terbuka biasa dan terbuka dengan lidah. Cincin yang
terbuka mempunyai keuntungan terhadap
yang tertutup, yaitu bahwa dapat mudah dimasukkan dalan lubang. Juga apbila
lubang itu tidak lagi berbentuk bulat yang disebabkan karena, menyusutnya kayu
dengan arah serat.

Gambar 40. Cincin Belah
Lubang-lubang
didalam kayu harus dibuat terlebih dahulu dan untuk itu diperlukan alat yang
khususuntuk keperluan tersebut; umumnya pekerjaan itu dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan konstruksi kayu yang memiliki alat tersebut.
Cincin-cincin
belah dapat dipakai untuk menyambung segala macam kayu, baik kayu karas maupun
kayu lunak. Untuk kayu keras yang agak sukar untuk ditemus oleh gigi kokot,
lebih baik dipergunakan cincin belah. Jadi cincin belah itu sangat tepat untuk
konstruksi dengan kayu jati atau dengan kayu keras lainnya.
Dengan
mempergunakan cincin beleh luas tampang yang menerimah desakan menjadi lebih
besar. Selain gaya itu didukung oleh setengah keliling luar daripada cincin itu
kayu yang terapit didalam cincin belah itupun ikut mendukung gaya juga.sebuah
sambungan tampang dua seperti dalam gambar 42 mempunyai bagian-bagian yang
terbentuk, terdesak, dan tergeser.

Gambar
42. Sambungan Tampang Dua
Luas tarikan : bh – (2.t2.d2 + d(b-t))
Luas desakan : 2.t2.d2 + d(b-t).
Luas geseran : 2 ½ ad2 – ½ .ftd2 / 4
Dimana :
d1 =
garis tengah dalam dari pada cincin belah.
D2 = garis tengah luar dari pada
cincin belah
A = jarak antara pusat cincin belah
sampai ujung batang.
D = garis tengah baut
B = lebar kayu
H = tinggi kayu
T2 = tebal cincin belah
F = dalamnya tekikan (stengah tinggi
cincin belah)
Dari
penelitian-penelitian yang telah dilakukan kita dapat dapat mengambil
kesimpulan bahwa kekuatan tanggungan itu dipengaruhi oleh :
a.
Macam kayu
b.
Arah gaya terhadap arah serat kayu
c.
Ukuran-ukuran kayu yang disambung dan plat sambung
d.
Kadar lengas kayu
e.
Jarak antara pasak-pasak
f.
Ukuran patah
g.
Ukuran baut.
Yang
paling mudah membuatnya ialah cincin belah biasa. Oleh Prof kreugers dari Swedia telah meneliti mengenai
kekuatan cincin belah terbuka biasa. Hasilnya ialah seperti tertera dalam
daftar di bawah ini (untuk kayu dengan b,j = 0,6 dan berlaku untuk satu pasang
cincin belah).
Selanjutnya
disarankan oleh Prof. kreugers, agar cincin belah itu jangan dipergunakan untuk
sambungan tampang satu dan lagi pula untuk sebuah sanbungan tidak boleh
digunakan lebih dari tiga pasang.
Contoh perhitungan:
Sebuah batang kayu
berukuran 8/15 mendukung gaya tarik 8 ton. Kontruksi terlindung, beban permanen
diminta menyambungnya dengan cincin belah terbuka biasa (sistim
kreungers) kayu kelas II (Bj = 0,6 )
Jawaban
Sebagai plat sambung
dipergunakan batang-batang kayu 2 x 5 / 15 dipergunakan cincin belah dengan
tanda 125/ 84 ini adalah satu-satunya cincin belah yang memenuhi syarat ukuran kayu minimum
8/15 setiap pasang cincin-belah dapat memikul 3500 kg maka diperlukan 8000/3500
=2,3 pasang dipergunakan 3 pasang. Penyelesaian selanjutnya dapat dilihat pada
gambar di
bawah ini.

Sambungan Titik Buhul
Sudah dijelaskan diatas bahwa cincin belah berubah-ubah menurut besarnya
sudut antara arah gaya dan arah serat kayu. Semakin besar sudut itu semakin kecil daya dukungnya
sambungan-sambungan itu banyak kita jumpai pada titik buhul konstruksi
rangka.ditiitk buhul itu umumnya bertemulah tiga batang atau lebih (kecuali
dititik perletakan) dan masing-masing batang itu membuat sudut yang
berlain-lainan dengan batang lainnya.
Apabila kita mempergunakan cincin belah sebaiknya dipakai papan kayu yang
tebalnya memenuhi syarat minimum. Jadi masing-masing batang pada rangka itu
terdirio dari 2 pasang atau lebih. Cara menghitung titik buhul ini tidak begitu
sederhana dan memerlukan analisa yang agak mendalam pada pokoknya kita harus
menentukan dan menyelidiki gaya yang timbul didalam masing-masing batang yang
bertemu ditiitik buhul itu akhirnya ditentukan daya dukung cincin belahnya
sesuai ndengan besarnya sudut antara arah gayadan arah serat batang.disebuah
titik buhul dari sebuah rangkah , bertemulah batang-batanga1, a2, d1 dan v1,
gaya-gaya yang bekerja dalam masing-masing ialah :A1 = 2,27 ton, A2
= 4,0 ton, D1 = -2,0, V1 = 4,0
Sudut a antara batang-batang D1 dan A2 adalah 300
batang permanen konstruksi terlindung . diminta menyambung dengan cincin belah
sistim kreugers (kayu kelas II dengan berat jenis = 0,6).

Batang D terletak diantara batang V batang A. Kita tinjau lebih dahulu
pertemuan batang mendatar dengan diagonal (gambar C). Gaya yang bekerja dalam
batang D1 diuraikan menjadi komponen mendatar sebesar 1,73 ton dan
komponen tegak sebesar 1 ton, komponen tegak tidak dapat didukung oleh batang
mendatar A1 atau A2, melainkan akan didukung oleh batang
tegak V1. Jadi disini bagan pembebanan cincin belah menjadi seperti
gambar c jadi batang D1 dibebani gaya mendatar sebesar 1,73 ton di
sebelah ;luar. Batang D disebut batang yang dibebani. Sedangkan batang B
disebut batang yang membebani. Di dalam hal ini dipakai cincin belah 100/25
yang dapat mendukung gaya 2300 kg (lihat daftar 17) oleh karena arah gaya
membentuk sudut 30 0 dengan arah serat batang D1 maka
pasak itu dapat mendukung gaya Pa = 2300 (1-0,31 min 300)
= 195 ton x 1,73 ton + aman.
Sekarang kita tinjau pertemuan batang
tegak dengan diagonal (gambar d).
Batang tegak
tidak mendukung gaya mendatar akibat bekerjanya batang D1, jadi V1
hanya mendukung gaya tegak saja untuk mengimbangi komponen tegak dari D1,
sebab komponen mendatar telah didukung oleh batang mendatar. Oleh karena itu
cukup kita pandang batang diagonal D1 saja. Karena disini pasaknya
mendukung gaya dengan sudut apit 600, sedang untuk V1
arah gaya sejajar arah serat. Batang D1 adalah batang yang dibebani
dan batang V1 adalah batang yang membebani. Jadi jika
dipergunakan cincin belah 100/25
sambungan dapat mendukung gaya sebesar P = 2300 (1-0,3) sin 600 ) =
1702 kg > 100kg. Tetapi untuk memudahkan pembuatan lubang dan sebagainya
dipergunakan satu macam cincin belah.
- Kokot bulldog
Banyak kita jumpaialat-alat sambung yang bergigi, seperti kokot Bulldog,
Alligator, Geka dan sebagainya. Kokot bulldog adalah alat sambung yang paling
banyak dipergunakan di dunia. Di samping gaya bekerja baik, kokot ini harganya
murah. Dengan diketemukan dan digunakannya kokot bulldog terbukalah kemungkinan
untuk membuat kontruksi-kontruksi yang besar dan bermacam-macam bentuknya. Pada
pemakaian kokot ini bidang desakan dalam sambungan menjadi seakin besar, dan
daya dukungnya adalah besar, lagipul luas tampang kayu tidak banyak dikurangi,
sehingga perlemahan hanya kecil.
Besarnya baut yang dipakai ternyata mempengaruhi daya dukung kokot tersebut
seperti tercatat dalam daftar 18 di bawah ini. Ukuran cincin cukup penting dan
perlu sekali diperhatikan. Lebarnya paling sedikit harus diambil 4,5 x garis
tengah baut, sedangkan tebalnya palaing sedikit 0,4 x garis tengah baut dan
maksimum 5 mm. Jikka kita memakai baut dengan garis tengah ¾ incih maka ukuran
cincin tutup itu menjadi sebagai berikut:
Lebar 4,5 x 20 = 90mm
Tebal 0,4 x 20 = 9mm, dipakai 5mm.
Kokot bulldog dibuat dari bahan siemens martin dan umumnya difernis untuk
bangunan-bangunan biasa. Untuk bangunan-bangunan perancah, jembatan, menara da
sebagainya dimana ada bahaya karat, maka harus dipakai kokot yang disepuh
dengan seng.
Cara
pemakaiannya.
Batang-batang kayu yang telah diberi lubang tempat baut diletakkan satui di
atas yang lain dengan sebuah kokot diantaranya : apabila perlu kokot itu dapat
dipaku pada batang kayunya karena pada setiap kokot terdapat beberapa lubang
untuk keperluan tersebut.
Cara mendesak kokot ke dalam lubang kayu dapat dijalankan dengan memutar
mur dari pada baut, karena gaya tarik dalam baut maka lambat laun gigi-gigi
kokot itu masuk ke dalam kayu untuk kontruksi yang besar pendesakan itu
sebagian dapat dijalankan dengan menempatkan kayu di atas plat kokot, kemudian
dipukul dengan palu. Jika kayu yang dipergunakan dalam kontruksi itu
kerasseperti kayu jati, mka harus dipergunakan baut yang lebih besar garis
tengahnya, sedangkan cincin-cincin tutupnya harus diambil yang lebih besar
juga. Biasanya ukuran cincin-cincin tutup ini diambil yang lebih besar sampai13
x 13 cm, sedangkan tebalnya diambil 10-20 mm. Pemutaran mur dapat dijalankan
dengan mudah dan baik dengan kunci istimewa. Setelah gigi kokot cukup dalam masuknya
di dalam kayu maka baut-baut tersebut dilepas kemudian diganti denga baut
beserta cincin-cincin tutupnya yang lebih kecil sesuai dengan peraturan.
Pemuatan sambungan dengan bulldog itu dapat dikerjakan oleh tukang-tukang biasa,
artinya tidak memerlukan tenaga yang ahli.
Pada uumumnya pemakaian kokot yang berukuran besar lebih hemat dari pada
jika kita menggunakan kokot yang kecil, asaal lebar kayu itu mencuklupi. Kokot
bulldog itu sangat tepat jika di dalam kontruksi itu dipakai papan-papan kayu,
jadi ukuran tebalnya kecil. Sambungan-sambungan itu kemungkinan akan memegas,
sehingga mur menjadi kurang keras, oleh karenanya beberapa waktu setelah
sambungan itu dibuat, hendaklah diperiksa apakah mur masih tetap keras dan jika
perlu baut-baut lekat harus dikeraskan.
Untuk bangunan-bangunan yang tidak terlindung yaitu
seperti ring mengalami perubahan karena berubahnya kadar lengas udara
nilai-nilai kekuatan masing-masing kokot itu harus dikalikan dengan faktor
macamnya konstruksi(β). Angka kekuatan di dalam daftar itu berlaku bila arah
gaya sejajar dengan arah serat. Jikalau arah gaya tegak lurus arah seratmaka
angka-angka tersebut harus dikurangi dengan 25%. Apabila arah gaya dan arah
serat membentu k sudut α. maka harus diambil:
P = p
(1-0,25 sin α )
Kekuatan kokot
tersebut didasarkan atas kekuatan kayu dengan bj = 0,5 dan berlaku oleh sebuah
kokot. Maka untuk kayu-kayu dengan bj lain harus diubah sesuai dengan bj-nya (sebanding
dengan bj-nya). Demikian
pula diberikan faktor lamanya pembebanan (γ).
Contoh perhitungan:
1.
Batang tarik dari kayu damar mendukung gaya p = 5,5
ton.(beban permanen dan konstruksi terlindung). Kayu berukuran 6/14 (lihat gambar).

Sebagai plat
sambung dipakai 2 x 4/14. Maka kita pilih kokot bulldog persegi 10x10 cm,
dengan baut berdiameter 5/8 inchi. Dari daftar 18 terdapat p = 1500 kg.
Diketahui pula β = γ ,maka
N= 5500/ 1500
=3,75
Dipakai dari 4
buah daftar terdapat :
A1=17 cm
A2= 11 cm
Cincin tuutp
berukuran tebal 0,4.16 =6,4 mm, dipakai 5 mm (tebal max) 1,5.16 =71 mm,dipakai
7,5 cm.
Catatan : kayu
damar diambil b.j-nya =0,5 jadi p = cukup diambil dari daftar 18, tanpa ada
perubahan akibat B.J
C.
PENUTUP
C.1.
RANGKUMAN
Paku termasuk alat sambung yang tertua disamping
baut. Paku-paku itu biasanya dibuat dari baja Thomas, yang mempunyai σds.max = 6000-8000kg/cm2 dan σ1t.max = 8000
– 12000 kg/cm2.
Kebaikan-kebaikan konstruksi kayu
dengan paku dapat disimpulkan sebagai berikut: (a) Harga paku adalah murah,
maka konstruksi itu seluruhnya murah pula. (b)
Konstruksinya adalah kaku (jadi baik), sasaran-sasaran di dalam
sumbangan hanya kecil, (c) Di dalam pembuatan konstruksi beserta sambungannya
tidak diperlukan tenaga ahli, cukup dikerjakan oleh tukang atau pekerja biasa,
sedang alat-alatnya yang diperlukan sangat sederhana, ialah palu dan catut saja,
(d) Pekerjaan dapat dijalankan dengan cepat, (e) Perlemahan kayu karena
paku-paku itu kecil.
Untuk
mendukung gaya yang besar, baut tidak mencukupi kekuatannya, maka sebagai
gantinya dapat dipakai pasak-pasak dari kayu, yang bentuk tampangnya dapat
persegi panjang atau bulat.
Apabila
kita mempergunakan pasak-pasak yang dibicarakan sebelumnya, umumya diperlukan
menghitung yang banyak. Dengan dipakainya alat-alat sambung modern, maka
pekerjaan perhitungan menjadi berkurang, sedang hasil penyambungan itu menjadi
lebih baik, dari pada jika dipergunakan pasak-pasak. Alat-alat sambung modern tersebut banyak
macamnya, diantaranya: yang banyak dipakai ialah kokot-kokot buldog, Aliigator,
Geka, dan sebagainya, cincin-cincin belah
(splitiring), plat-plat geser (shear plates) dan lain-lainnya.
C.2.
LATIHAN
Sesuai soal nomor 1 di
atas, sebuah batang kayu jati berukuran 10/16 sebesar S = 6500 kg. konstruksi
terlindung dan beban permanen. Diminta menyambungnya dengan paku.
C.3. TES DAN
KUNCI
TES
1.
Pada sebuah titik buhul pada sebuah konstruksi rangka untuk
kuda-kuda bertemu 4 batang V, D, H1 dan H2. Gaya V = 0,5
ton, H1 = 2,1 ton, dan α = 40 0. Konstruksi terlindung
dan beban permanen, ukuran-ukuran batang seperti tampak pada gambar di bawah.
Selesaikan titik buhul itu dengan paku, jika digunakan albizia dengan B.J. 0,3.
![]() |
2.
Sebuah batang 2 x 4/16 mendukung gaya sebesar 6000 kg. Kayu
mempunyai B.J. = 0,5. Konstruksi terlindung dan beban permanen. Diminta
menyambung batang tersebut.
3.
Sebuah titik buhul dari sebuah kuda-kuda terlukis pada
gambar di
bawah ini. kayu yang dipakai adalah kayu pinus (B.J = 0,5) gaya-gaya batang akibat beban permanen
adalah sebagai berikut :
Gambar a.


Gambar a. Gambar b.

Gambar c.
V = 500 kg
B1 = 3800 kg
sedangkan α 450
Batang-batang D
terdiri dari 2 bagian dengan tebal 4 cm B1 dan B2 terdiri dri 2 bagian dengan
tebal 4 cm dan batang v terdiri dari 1 bagian dengan tebal 4 cm. Dimintah
melukis sambungan tersebut dengan kokot bulldog dan dinta pula menentukan lebar
batang-batang tersebut.
KUNCI
1.
Sin 40 0 = 0,648
D =
sambungan V dengan α
dipakai paku 4” BWG 8 dan dengan B.J. = 0,5 terdapat
= 47 kg untuk
sambungan tampang satu. Karena memenuhi syarat sebagai sambungan tampang dua,
maka
= 2 x 47 = 94 kg. (β =
γ = 1).



Maka n = 

Sambungan D dengan H :
Dipakai seperti di atas. Maka n = 

Dipakai 8
batang.
2.
Sebagai plat sambung diambil 1 x 4/16 + 2 x 2/16, dipilih
paku 4” BWG 7. garis tengah = 0,46 dan dengan B.J. = 0,5 terapat TK
= 125 kg/cm2 (daftar 13).
Maka kita pakai rumus-rumus :

Maka n
dipakai 32 batang (lihat gambar) yaitu 16 batang untuk satu
sisi untuk setengah sambungan (β = γ = 1).

![]() |
3.
Penyelesaian:
Dengan diagram
kremona dapat ditentukan gaya-gaya batang :
V = + 500 kg
B2 =
+ 3800 kg Dx - 500
= 700 kg

B1 = + 3800 kg
β = γ = 1 dan
dengan B.J = 0,5, maka kekuatan kokot sesuai dengan yang tertera dalam daftar
18
Cara a
Batang-batang D
diletakan antara v dan Bmaka batang b dibebani v dan (B2-B1).
Sambungan V-D :
D dibebani gaya
500 kg dengan arah sudut 450
α
=
// (1-0,25 sin 450) = 300 kg sin 45
=0,707




Dipakai kokot
bulat Ǿ 2
" dengan baut Ǿ
" = (1 cm) dapat mendukung gaya 0,4 ton


Karenadisini ada
2 buah (1 pasang) kokot, maka dapat mendukung gaya 0,8 ton > 0,607 ton+ aman
Cincin tutup
garis tengahnya = 4,5 =4,5 x1 = 4,5 cm dan tebalnya 0,4 d = 4mm .
D dibebani gaya 500 kg dengan arah sudut 450
jadi sama saja dengan sambungan V-D, maka ukuran-ukuran kokot dan bautnya
diambil sama dengan yang diatas

V= 1 X 4/8
D= 2 X 4/8 lihat
syarat-syarat min untuk kayu.
B = 2X 4/10
Luas batang
mendatar (B1 B2) = 80 cm2, P = 0,8X 80 = 64 cm2ini
dapat mendukung gaya 64x 85 = 5440 kg > 3800 kg + aman.
Cara b
Batang-batang
Bdiletakan diantara V dan D
Hubungan B-D:
B dibebani 710
kg dengan bersudut 450






Hubungan B - V
B dibebani 500
kg dengan bersudut 900




Untuk ini
dipakai juga kokot Ǿ 2
" dengan baut bergaris tengah
" dan dapat mendukung gaya 1000 kg >
665 kg + aman


Ukuran cicin
tutup dan ukuran kayu dapat ditentukan seperti cara a.
DAFTAR PUSTAKA
1. ANONIMOUS,
1961. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
(PPKI) NI-5. Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan: Bandung
2. DUMANAUW,
J.F, 1982. Mengenal Kayu. Penerbit
Gramedia: Jakarta
3. FRICK,
HEINZ, 1980. Ilmu Konstruksi Bangunan. Penerbit
Kanisius: Jogjakarta
4. TJOA
PWEE HONG dan DJOKOWAHJONO, F.H. 1996. Konstruksi
Kayu. Penerbit Universitas Atma Jaya: Jogjakarta
5. YAP,
FELIX. 1984. Konstruksi Kayu. Penerbit
Bina Cipta: Bandung
SENARAI
-
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar