MODUL 7
BALOK
PENDUKUNG GAYA MOMEN DAN SAMBUNGAN GIGI
A.
PENDAHULUAN
Elemen-elemen
konstruksi lainnya yang penting pada konstruksi kayu adalah balok pendukung
gaya momen dan sambungan gigi. Modul ke-7 ini akan mempelajari balok pendukung
gaya momen dan sambungan gigi, yang disertai dengan contoh-contoh soal untuk
lebih menambah pemahaman mahasiswa.
Kegiatan belajar mahasiswa dalam
modul ini terdiri 4 kegiatan pembelajaran: (1) Uraian materi pembelajaran, (2)
Rangkuman, (3) Latihan, (4) Tes dan Kunci
Kompetensi khusus yang akan dicapai
setelah mahasiswa mempelajari modul ini adalah:
1) Menjelaskan
tentang jenis balok pendukung gaya momen pada struktur kayu serta cara
perhitungannya
2) Menjelaskan
tentang jenis-jenis sambungan gigi
3) Menghitung
cara penyambungan dengan sambungan gigi
Kegiatan belajar secara
lengkap diuraikan pada halaman berikut ini.
B.
PENYAJIAN
B.1. BALOK PENDUKUNG MOMEN DAN GAYA NORMAL
b.1.1. Lenturan dan Tarikan
Pada bagian bagian suatu konstruksi sering terjadi bahwa tegangan normal (desakan
atau tarikan) dan tengan lentur muncul bersama-sama.
Sebagai contoh,
batang-batang tepi bawah dari pada sebuah kuda-kuda mendukung beban mati dan
tekanan angin akan mendapat tengangan tarik (gambar 55).

Gambar 55. Kuda-Kuda
Akibat
langit-langit serta penggantungnya, maka batang-batang tersebut dibebani lenturan.
Maka dalam batang tersebut timbullah tengangan tarik dan lentur bersama-sama. Jumlah tegangan itu tidak boleh
mempunyai tegangan izin, yang dihitung dengan rumus sebagai berikut :





Disini berarti:

P = gaya tarik
yang timbul pada bagian tersebut
M = momen yang
timbul pada bagian tersebut




b.1.2. Lenturan dan Desakan
Untuk sebuah kayu yang dibebani desakan dan lenturan caranya menghitung
pada dasarnya sama dengan batang yang dibebani tarikan dan lenturan. Berhubung
dengan adanya bahaya tekuk, perhitungan akan lebih sulit sedikit. Berhubung
dengan itu pada perhitungan ini lebih baik jika kita menggunakan faktor tekuk
untuk menghapus bahaya tekuk, sehingga kita bolah mendasarkan
pada
. Serupa dengan diatas kita mendapat rumus :













Didalam menghitung
untuk mendapatkan
faktor tekuk, menurut peraturan kita harus menggunakan imin dengan
tidak mengingat arah lenturan balok akibat momen (P.P.K.I. pasal 12 f.2).
tetapi di dalam suatu konstruksi keadaan itu sedemikian sehingga ada kepastian,
bahwa tertekuknya batang ke suatu arah tertentu dihalang-halangi, maka kita
tidak boleh tidak menggunakan imin. Hal ini dapat dijelaskan dengan
contoh-contoh dibawah ini.

Perlu diingat bahwa kita tidak mungkin menentukan ukuran-ukuran balok
secara perhitungan, melainkan kita harus memilih ukuran-ukuran balok dengan
cara coba-coba, kemudian kita periksa apakah ukuran balok itu sudah sesuai.
Contoh 1:
Sebuah balok
panjangnya 300 cm, mendukung beban terpusat P1 350 kg, dengan jarak
100 cm dari perletakan. Disamping itu balok tersebut mendukung gaya desak
sebesar 4000 kg. Jika telah ditentukan lebar 12 cm berapakah tingginya h?
Ditentukan kayu yang dipakai termasuk kayu kelas II, pembebanan akibat berat
sendiri + tekanan angin, kontstruksi terlindung (gambar 56)
Gambar 56.

Jawab :
Mmax = 3500 kgcm
P = 4000 kg



Kita selidiki tegangan akibat momen dan gaya desak.
Setelah beberapa kali dicoba, kita pilih h = 18 cm, maka ;
F = bh = 216 cm2 W = 1/6 bh2 = 648 cm2
Ix
= 0,289 . 18 = 5,2 cm
x =
= 58, menurut daftar 19 terdapat
= 1,63



Iy
= 0,289 . 12 = 3,5 cm
y =
= 86, menurut daftar 19 terdapat
= 2,34









Jadi h = 18
adalah memenuhi syarat.
Catatan :
Disini dipakai imin
= 3,5 cm dan Wn = Wbr karena soal ini ditentukan tidak
ada sambungan.
b.1.3. Sambungan Balok
Menyambung balok yng mendukung momen dan gaya desak sebaiknya bedasarkan
momen maksimum yang dapat didukuhg oleh balok tersebut. Sebaba sambunganya
susah sekali didasarkan pada gaya dan momen yang timbul.
Untuk penerusan gaya desak sendiri secara teoritis tidak diperlukan alat
sambung, asalkan saja sumbu-sumbu batang yang akan disambung itu tegak lurus
menjadi 1 garis. Jadi untuk keperluan itu hanya diperlukan alat pendukung yang
menghalangi menggesernya batang-batang tersebut. Dengan adanya plat sambung untuk
mendukung momen, maka penerusan gaya desak dapat berlangsung dengan baik. Ini
berarti bahwa sebetulnya kita cukup memperhatikan sambungan yang hanya
mendukung momen melulu. Untuk mendapatkan kekakuan pada konstruksi, maka
sambungan tesebut harus didasarkan atas momen maksimum yang dapat didukung oleh
balok tersebut. Jadi sambung
tersebut sama saja dengan sambungan yang mendukung momen melulu.
Sebagai contoh
balok seperti dalam soal menurut contoh 1 diatas harus juga disambung dengan
baut.
Perhitungan :
Wn =
0,8 .
. 12 . 182 = 518 cm3.

Mmax
= = Wn
= 518 . 125 64700 kgcm.

Sebagai plat
sambung dipakai kayu 2 x 6/18, sedangkan garis tengah baut diambil 5/8’ = 16
mm. Maka baut dapat mendukung gaya :
|




Karena
pembebanan sementara dapat diambil
= 1,25 . 591 = 740 kg.

Untuk setiap
kelompok dipakai 4 batang baut.
Maka :
0,9 . 4 .740 . e1
= 64700 e1
= 23,4cm
dipakai e1
= 25 cm

B.2. SAMBUNGAN GIGI
b.2.1. Macam-macam Gigi
Pada konstruksi kayu banyak terdapat sambungan gigi, seperti pada
kuda-kuda, jembatan rangka dan sebagainya, sebagai pertemuan antara batang tepi
dengan batang diagonal. Sambungan gigi itu berfungsi untuk meneruskan gaya-gaya
desak itu akan membentuk sudut
dengan sumbu batang.
Pada sambungan antara batang diagonal dan batang tepi, haruslah kita usahakan
agar supaya bidang-bidang pertemuan kedua batang tersebut serongnya terhadap
arah serat sama, agar tercapailah tekanan desak yang maksimum dan otonomis.
Disamping itu kita usahakan agar gigi itu sekecil mungkin. Gambar 58 menunjukan
sambungan gigi.

Didalam perhitungan kita anggap, bahwa bidang SC tidak mendukung gaya
geser, yang berarti bahwa gaya geser dilimpahkan sepenuhnya pada bidang AB.
Demikian pula baut disini hanya berfungsi sebagai baut lekat saja. Baut lekat
dapat diganti dengan sengkang. Bentuknya gigi dapat bermacam-macam. Pada gambar
59 gigi tegak
lurus pada batang mendatar, sedang pada gambar 60 gigi itu tegak lurus pada batang
diagonal. Gambar 61 gigi menurut
garis bagi sudut luar
= 180o -
.


Dari ketiga macam gigi itu akan kita selidiki, gigi mana yang akan
memberikan takikkan Tv yang terkecil, apabila besarnya S dan
sama, sedang ukuran-ukuran batang itu untuk ketiga-tiganya
sama.

|
|

|
|

Gambar
58 s/d 61. Sambungan Gigi
Gigi êêBatang Mendatar
(Gambar 59)
Gaya S diuraikan
menurut arah mendatar dan vertikal, dan terdapat N1 = S cos
yang bekerja pada gigi tersebut. Karena N1 sejajar
dengan arah serat (untuk batang mendatar), maka
=
êê. Tetapi pada
batang diagonal N1 membentuk sudut
dengan arah serat, maka
=
=
êê(
êê -
^) sun
, dan nilai inilah yang harus dipakai.










Selanjutnya
=
(lebar batang = b)





Gigi ^ Batang Diagonal
(Gambar 60)
S bekerja sepenuhnya pada takikan dan
arahnya membuat sudut
dengan batang tepi horizontal.
=
cos
.




Serupa dengan yang diatas akan terdapat :






Gigi Menurut
Garis Bagi Sudut Luar
Disini gaya N3
membentuk sudut 
, baik dengan batang diagonal maupun dengan batang mendatar.
Serupa diatasnya akan terdapat :








Jika hasil-hasil
tersebut kita bandingkan, maka ternyata











Apabila
nilai-nilai
dan
kita cari untuk berbagai-bagai sudut 0 <
< 90o. maka ternyata bahwa
>
.





Contoh :



Maka sin
= 0,174; cos
= 0,985. sin
= 0,342; cos
= 0,940





Cos
.
= 70,09 kg/cm2





Jadi
:
=

>






Untuk
êê= 85 kg/cm2 .
^ = 25 kg/cm2
dan
= 60o akan terdapat








Kesimpulannya adalah bahwa gigi menurut
gasis bagi sudut lurus adalah yang
terbaik, dan oleh karenanya gigi semacam itu sering dipakai.
Kita buat daftar untuk nilai-nilai
20o <
< 60o untuk mendapatkan
(tabel 15).


Maka rumus sambungan gigi itu dapat
ditulis
=
, dimana c = 



Jika kita lihat nilai c =
/
untuk nilai-nilai : 20o <
< 60o maka ternyata tidak banyak perbedaanya
untuk masing-masing nilai
. Berhubung dengan itu untuk praktisnya perhitungan, kita
dapat membut rumus-rumus
yang sederhana bentuknya.





Untuk
êê= 130 kg/cm2




















Didalam gigi tv tidak
dapat kita ambil sekehendak kita, oleh karena hal ini akan berarti mengurangi fn dari pada batang
mendatar. Disampingnya itu perubahan arahnya gaya akibat adanya gigi itu akan
menimbulkan momen, baik pada batang mendatar maupun pada batang diagonal. Berhubungan dengan itu besarnya tv
harus dibatasi, yaitu :
Untuk 
50o ® tv





Untuk 
60o ® tv





Untuk 50 <
< 60 harga tv harus
diinterpolasi lurus ( P.K.K.I pasal 16)

Akibat adanya
gigi (Gambar 58) maka pada
bidang EB akan timbul teganagn geser sejajar arah serat; berhubungan dengan itu
maka
harus diambil sedemikian besarnya, sehingga
tidak terlampaui.


Jadi 




Tabel
15
a
|
½ a
|
Sin ½ a
|
Cos ½ a
|
Cos2 ½ a
|
Kayu kelas I
![]() ![]() |
Kayu Jati
![]() ![]() |
Kayu II
![]() ![]() |
Kayu III
![]() ![]() |
Kayu IV
![]() ![]() |
|||||
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
|||||
20
25
30
35
40
45
50
55
60
|
10
12,5
15
17,5
20
22,5
25
27,5
30
|
0,174
0,216
0,259
0,301
0,342
0,383
0,423
0,462
0,500
|
0,985
0,9760,9660,954
0,940
0,924
0,906
0,887
0,866
|
0,970
0,953
0,933
0,910
0,884
0,854
0,821
0,787
0,750
|
114,34
110,56
106,69
102,91
99,22
95,53
91,93
88,42
85,00
|
118,00
116,00
114,30
113,10
112,20
111,90
111,90
112,10
113,20
|
96,08
92,72
89,28
85,92
82,64
79,36
76,16
73,04
70,00
|
99,10
97,30
96,70
94,40
93,60
92,90
92,90
92,80
93,40
|
74,65
72,04
69,46
66,94
64,48
62,02
59,02
57,28
55,00
|
87,20
86,10
74,40
73,60
73,00
72,60
71,90
72,90
73,40
|
52,17
53,28
48,35
46,45
44,61
42,76
40,87
39,21
37,50
|
53,70
52,80
51,80
51,00
50,60
50,10
49,80
49,80
50,00
|
38,91
37,44
35,94
34,47
33,03
31,60
30,40
28,83
27,50
|
40,10
39,30
38,50
37,90
37,40
37,00
37,00
36,60
36,66
|
Tetapi
perhitungan itu sering tidak mencukupi, lagi pula pada ujung-ujung batang kayu
acap kali kita dapati retak-retak, yang akan mengurangi kekuatan kayu. Oleh
karena itu di dalam peraturan diharuskan 
15 cm. Jadi di dalam
contoh 1 kita hitung kayu mukanya dengan
= 12 Kg/Cm



H = S cos 35o = 3440 Kg




Apabila
didalam perhitungan terdapat tv yang terlalu besar, maka ada
beberapa macam usaha untuk memenuhi syarat-syarat kontruksi yaitu :
1. Dipakai gigi rangkap.
2. Memperlebar batang-batang
kayu (setempat baja).
3. Mempertinggi batang-batang
kayu (setempat saja).
4. Menggunakan kokot pada
bidang takikan.
1.
Gigi Rangkap
Dengan membuat gigi rangkap eksentrisitas akan diperkecil atau
dihilangklan sama sekali. Gigi rangkap mempunyai kejelekan bahwa didalam
pelaksanaan oleh tukang-tukang kayu gigi-gigi
itu sering tidak dapat menurut ukurannnya, sehingga gaya yang dipikul
oleh masing-masing gigi tidak sesuai
dengan perhitungan kita.
Didalam hal ini hendaklah diusahakan agar kedua gigi itu
dibebani dengan gaya yang sama besar (atau hanya berbada sedikit) disamping itu dipandang dari sudut keamanan,
gaya geser H seleruhnya dianggap didukung dengan gigi kedua (belakang) saja.
Maka dari itu, untuk mendapatkan bidang geser yang cukup
luas, dalamnya gigi kedua
harus diambil ≥ 1 cm
lebih besar dari pada
. Untuk memenuhi kedua syarat itu S1 ¥ S2 dan
≥
+ 1 cm, maka gigi kedua tidak dapat dibuat menurut sudut bagi
garis luar, melainkan dibuat tegak lurus batang serong. Pemakaian baut lekat satau
sengkang adalah suatu keharusan untuk merapatkan hubungan.




Contoh :
Batang tepi serong dan batang mendatar mempunyai ukuran yang
sama 12/16,
êê= 85 kg/cm2,
^= 25 kg/cm2,
êê= 12 kg/cm2.
Sudut apit α = 300, S = 5550 kg (gambar 4.37). beban permanen,
konstruksi terlindung, diminta membuat sambunagn gigi rangkap.



Penyelesaian :
b = 12 cm, h = 16 cm. Dari daftar 20, cos 300 =
0,866 , cos 150 = 0,97









Maka, gigi kedua dapat
mendukung S2 = b .
. 


= 12 . 4,6 . 55 = 3036 kg
S1 = 5500 –
3036 = 2464 kg.




Kita periksa tegangannya.
N1 = S1 cos 15o = 2390 kg


Perhitungan kayu muka






Menurut lukisan dalam
gambar yang menentukan ukuran ialah
= 15 cm.

2.
Memperlebar Batang Kayu
Baik batang mendatar maupun batang diagonal pada titik buhul
itu diperlebar dengan menempatkan papan-papan perlebaran di kedua sisi batang asli. Hubungan antara batang asli
yang menyerong (diagonal) denagn papan-papan sambungnya mudah diselesaikan oleh
karena sambungan itu adalah hubungan desak. Untuk itu cukup dipergunakan
bebberapa baut lekat.
Contoh :
Ukuran batang mendatar dan
batang diagonal 14/16 (gambar 62)

Gambar 62.
S = 8.500 kg, α = 400
, kayu mempunyai
|| = 110 kg/cm2 ,



Penyelesaian :
Cos 40o = 0,766
, cos 20o = 0,94.
H = S cos α = 8500 . 0,766 = 6.500 kg
N = S cos ½ α = 8500 . 0,94 = 8.000 kg
Jika dipakai gigi tunggal
6,5 cm >
= 4 cm.


Oleh karena itu
batang-batang harus diperbesar sedemikian sehingga terdapat
< 4 cm.

Perlebaran yang diperlukan
:

Maka dipakai plat sambung
2 x 5/16 , sehingga lebar batang mendatar menjadi 24 cm.

Sebagai alat sambung
dipakai kokot Bulldog persegi 10 x 10 cm denagn baut θ ½” yang dapat mendukung
1,3 ton (daftar 18). Dengan B.J = 0,7 maka
=
. 1,3 = 1,8 ton.
Dipergunakan 4 buah dan jarak 33 cm, sehingga kesemuanya dapat mendukung gaya
7.200 kg. Dalam perhitungan ini dianggap gaya mendatar N dilimpahkan seluruhnya
kepada papan-papan perlebaran.


Sebenarnya untuk
penghematan dapat pula gaya geser yang diperhitungkan untuk papan-papan itu
hanya diambil sebesar 1,5 .
. 6.500 kg.
Perhitungan ini sudah cukup aman.

Diagonal diperlebar dengan
2 x 8/16 yang masing-masing dimasukkan 3 cm kedalam batang diagonal. Karena
perubahan arah, maka gaya-gaya desak yang diperhitungkan untuk papan-papan perlebaran diambil 1,5 . 6/14 . 8.500 = 5.460 kg. Pada papan
perlebaran
= 57 kg/cm2 < 110 kg/cm2. Untuk
sambungan ini dipergunakan 2 baut lekat dengan θ ½ “.




Karena kurang baiknya
pekerjaan si tukang kayu, maka pembagian
desakan dalm batang asli dan papan-papan sambung tidak dapat diketahui dengan
pasti.berhubung dengan itu lebih baik
jika baut-baut lekat itu disertai dengan kokot yang kesemuanya dapat mendukung
gaya desak sebesar 5.460 kg. untuk
mencukupi lebar 24 cm bagi batang diagonal dapat juga dipergunakan 2 papan perlebaran dengan
ukuran 5/16 dan hubunganya dilaksanakan dengan kokot-kokot juga yang dapat
mendukung gaya 5.460 kg. selain kokot Bulldog sebagia alat sambugan dapat
dipakai cincin belah, pasak kayu bulat yang dapat mendukung gaya seperti telah dihitung diatas.
Keuntungan dari penyelesaian
semacam ini ialah kayu muka pendek. Sebagai alat sambung dapat juga
dipergunakan paku. Untuk ini batang asli tidak perlu dibri takikan.
Perhitungannya agak menjadi lebih sederhana, berhubung kekuatan paku tidak
dipengaruhi olah besarnya sudut antara arah serat dan arah gaya dalamnya gigi
diambil ≤ ¼ h dan gaya kelebihannya didukung oleh plat – plat perlebaran.
Contoh :
Gaya dan ukuran – ukuran batang seperti tertera gambar 4.40 .
Kayu mahoni, B.J = 0,5.
Dipakai tv = 4 cm . ½ h.
= 69,46 kg/cm2.
( Daftar 20 )

S1 =
=
= 3570 kg


S2 = S – S1 = 1930 kg.
Plat – plat perlebaran mendukung 1,5 . 1930 = 2895 kg.
Dipakai kayu 2 . 4/16 dan paku 4” B.W.G.B, maka dengan B.J =
0,6
= 92 kg.


Diperlukan n =
= 31, 5 batang,
dipakai 2 x 16 = 32 batang.

Untuk hubungan dengan batang mendatar diperhitungkan gaya
sebesar 1,5 . H2 = 1,5 . 1930 . 0,866 = 2500 kg.
Diperlukan n =
= 27,2 batang dipakai
30 batang.



Gambar 63

3.
Mempertinggi Batang-batang
Kayu.
Dengan mempertinggi batang mendatar besarnya tv
dapat diperbesar hingga memenuhi syarat syrat
perhitungan. Pekerjaan dan perhitungan menjadi lebih sederhana. Batang
mendatar diprtinggi sebesar tv menurut perhitungan, sehingga disini
diperlukan gigi.
Cukuplah sudah jika papan tambahan itu dibuat bentuknya yang
sesuai dengan giginya. Sebagai alat sambung dapat dipergunakan kokot, cincin
belah, baut biasa, paku dan sebaginya. Alat – alat sambung itu harus mendukung
gaya mendatar H seluruhnya. Kejelekan dari pada cara ini ialah kayu muka akan
menjadi terlu besar berhubung besarnya jarak minimum yang dituntut oleh
letaknya alat – alat sambung.
Contoh :
Batang tepi serong dan batang mendatar mempunyai ukuran
10/14.



Sudut α = 36o
S = 4200 kg ( gambar
4.41 ) . konstruksi terlindung, beban pemanen.
Penyelesaian :
Jika dipergunakan sebuah gigi biasa tv =
= 5,75 cm, dipakai 6 cm. Papan pertebalan diambil 6/10.

H = S cos α = 4200 . 0,81 = 3400 kg
Sebagai alat sambung dipakai kokot Bulldog θ 3 ½ “ dengan
baut θ 5/8 “ yang dapat mendukung gaya 1 ton. Dengan BJ = 0,6, maka `P = 6/5 . 1 = 1,2 ton.
Maka diperlukan 3 buah kokot.
Disini tidak diperlukan perhitungan kayu muka.

Gambar 64.
Dalam hal ini dalamnya gigi hendaknya dibuat ≤ 0,4 h.
Gambar 65 menggunakan gigi rangkap dan batang mendatar
diperkuat dengan dibagian atas. Banyaknya plat kkokot yang menghubungkan atas
gaya H = S cos α.

Gambar 65.
4.
Mengunakan Kokot Pada Bidang Takikan
Apabila dalamnya gigi yang
diperlukan tidak begitu banyak berbeda dengan dalamnya gigi maksimum yang
diijinkan (¼ h – 1/6 h). Maka dapat juga dipergunakan kokot yang pada bidang takikan. Didalam hal ini
sebaiknya diambil tv = ¼ h, sehingga gasya yang didukung oleh kokot
akan lebih kecil dari pada bagian yang didukung oleh gigi.
Contoh :
Batang
– batang pengukuran seperti tertera dalam gambar 66.
Gambar 66.




BJ
= 0,67
Penyelesaian:
Didbutuhkan :

Dipergunakan :
tv = 3,5 cm =
.

Gigi ini dapat mendukung :
N1 =
tv . b .
= 3,5 . 82,64 .
= 3040 kg.


N = S cos
= 3800 . 0,94 = 3580 kg.

Maka kokot
mendukung gaya N’ = N – N1 = 3580 – 3040 = 540 kg.
Untuk amanya
kokot diperhitungakan mendukung
N’ = 810 kg.

Dipakai kokot
buldog bulat Æ = 3” dengan
baut Æ 5/8”, yang
dapat mendukung gaya 800 kg. Dengan B.J. = 0,67
=
. 800 = 1070 kg.



Gambar 67.





5. Batang-batang
Tegak-lurus Sesamanya.
Gambar 68.




|
|||||||||||
|
|
||||||||||
![]() |
![]() |
||||||||||
![]() |
|||||||||||


C.
PENUTUP
C.1.
RANGKUMAN
Pada bagian bagian suatu konstruksi sering terjadi bahwa tegangan normal (desakan
atau tarikan) dan tengan lentur muncul bersama-sama. Sebagai contoh,
batang-batang tepi bawah dari pada sebuah kuda-kuda mendukung beban mati dan
tekanan angin akan mendapat tengangan tarik.
Pada balok balok pendukung momen dan
gaya normal akan muncul beberapa kemungkinan gaya yakni: (a) lenturan dan tarikan, (b) lenturan dan
desakan.
Pada konstruksi kayu banyak terdapat
sambungan gigi, sebagai pertemuan antara batang tepi dengan batang diagonal.
Sambungan gigi itu berfungsi untuk meneruskan gaya-gaya desak itu akan
membentuk sudut
dengan sumbu batang.
Pada sambungan antara batang diagonal dan batang tepi, haruslah kita usahakan
agar supaya bidang-bidang pertemuan kedua batang tersebut serongnya terhadap
arah serat sama, agar tercapailah tekanan desak yang maksimum dan otonomis.
Disamping itu kita usahakan agar gigi itu sekecil mungkin.

C.2.
LATIHAN
- Sebuah balok berukuran 2 x 6/16 terbuat dari kayu damar. Konstruksi terlindung, beban permanen. Jika panjang balok 250 cm dan gaya desak yang didukungnya P = 3 ton hitunglah momen yang dapat didukung oleh balok itu disamping P tersebut. Stelah itu sambunglah balok tersebut dengan pasak kayu bulat.
- Pada sebuah
titik buhul akhir batang yang merupakan kaki kuda-kuda meneruskan gaya s =
4 ton. Konstruksi terlindung dan beban permanen. Kayu adalah keruwing
sedang ukuran-ukuran kayu adalah 10/14 baik untuk kaki kuda-kdanya maupun
untuk batangnya tepi bawah. Diminta menyelesaikan titik buhul tersebut. Jika
= 30o
C.3. TES DAN
KUNCI
TES
1. Sebuah batang
tepi pada sebuah kuda-kuda (untuk bangunan sementara) mendukung gaya desak 3800
kg. Disamping itu padanya bekerja 2 gaya terpusat 400 kg. Ukuran serta letak
gaya-gaya tersebut terlihat pada gambar 4.27. Kayu kelas II, jadi
= 85 kg/cm2,
= 100 kg/cm2.




2. Apabila didalam
perhitungan terdapat tv yang terlalu besar dalam perhitungan
sambungan gigi, maka langkah apa yang bisa dilakukan untuk memenuhi
syarat-syarat kontruksi yaitu
KUNCI
1. P = 3800 kg.
Mmax = 400 x 70 = 28000 kgcm.
Setelah beberapa kali dicoba, kita pilih h = 18 cm dan
pekerjaan kita sekarang ialah menyelidiki apakah ukuran tersebut telah memenuhi
syarat.
Akibat M dan P : Wn =
Wbr = 2 .
. .4 .182 = 432 cm3.

Ix = 0,289 . 18 = 5,2
cm.










= 36,4 + 55 = 91,4 kg/cm2 , 106
kg/cm2
aman

Akibat P saja :
It = 2 .
. 18 . 43 + 2 . 4 . 18 . 42 = 192 +
2304 = 2496 cm4

Ig =
. 18 . 83 = 768 cm4

I =
. 2496 +
. 768 cm4 = 624 + 576 = 1200 cm4.


Iy =
=
= 2,89 cm.









Jadi urusan h = 18 cm, telah
memenuhi syarat.
Keterangan :
Gaya-gaya P =
400 kg bekerja melalui balok gording, dan balok gording itu menghalangi
tertekuknya batang ke arah samping. Oleh karena itu didalam menyelidiki
tegangan akibat momen dan gaya normal kita boleh menggunakan Ix dan
bukan Iy.
3.
Apabila didalam perhitungan terdapat tv yang
terlalu besar, maka ada beberapa macam usaha untuk memenuhi syarat-syarat
kontruksi yaitu :
-
Dipakai gigi rangkap.
-
Memperlebar batang-batang kayu (setempat baja).
-
Mempertinggi batang-batang kayu (setempat saja).
-
Menggunakan kokot pada bidang takikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. ANONIMOUS,
1961. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
(PPKI) NI-5. Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan: Bandung
2. DUMANAUW,
J.F, 1982. Mengenal Kayu. Penerbit
Gramedia: Jakarta
3. FRICK,
HEINZ, 1980. Ilmu Konstruksi Bangunan. Penerbit
Kanisius: Jogjakarta
4. TJOA
PWEE HONG dan DJOKOWAHJONO, F.H. 1996. Konstruksi
Kayu. Penerbit Universitas Atma Jaya: Jogjakarta
5. YAP,
FELIX. 1984. Konstruksi Kayu. Penerbit
Bina Cipta: Bandung
SENARAI
-
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar