www.sipilpedia.com
=
Pada konstruksi terlindung
I
= 0,3
MODUL 8
BALOK SUSUN DENGAN SAMBUNGAN PASAK KAYU DAN KOKOT
A.
PENDAHULUAN
Modul 8 ini akan mempelajari mengenai
sambungan balok susun dengan pasak kayu dan kokot. Modul ini disertai dengan
contoh-contoh soal untuk lebih menambah pemahaman mahasiswa terhadap cara
penyambungan kayu menggunakan pasak kayu dan kokot. .
Kompetensi
khusus yang akan dicapai setelah mahasiswa mempelajari modul ini adalah:
1)
Menghitung
penyambungan balok susun kayu menggunakan pasak kayu
2)
Menghitung
penyambungan balok susun kayu menggunakan kokot
Kegiatan belajar mahasiswa dalam
modul ini terdiri 4 kegiatan pembelajaran :
o
Uraian materi pemebelajaran
o
Rangkuman Latihan
o
Tes dan kunci
Kegiatan belajar secara
lengkap diuraikan pada halaman berikut ini.
B.
PENYAJIAN
BALOK SUSUN DENGAN PASAK KAYU DAN KOKOT
Balok-balok kayu yang terdapat dalam perdagangan mempunyai ukuran tertentu,
yaitu umumnya lebar dan tingginya £ 32 cm. Di dalam konstruksi berat
seperti jembatan tunjang, balok lantai di dalam rumah tinggal acap kali
diperlukan balok dengan ukuran yang lebih besar. Untuk keperluan tersebut
beberapa balok disusun sedemikian rupa sehingga cukup buat mendukung beban diatasnya.
Oleh karena itu untuk balok yang mendukung momen, momen-dukungnya akan
sebanding dengan lebarnya b dan berbanding lurus dengan h2, maka
mudah dimengerti bahwa balok-balok itu disusun dalam arah tingginya. Untuk
menyusun balok-balok itu dipergunakan beberapa cara, yaitu dengan jalan
memberikan gigi pada bidang balok-balok yang saling berhubungan, ata
ditempatkan pasak kayu atau kokot diantara kedua balok tersebut. Bentuk gigi, pasak kayu ataupun kokot
tersebut, dimaksudkan untk mendukung tegangan geser yang timbul di dalam balok
susun itu.
Apabila 2 balok masing-masing dengan tinggi h diletakan begitu saja satu di
atas yang lain, maka balok-balok itu seolah-olah bekerja sendiri-sendiri dan
beban P diatasnya sebagian didukung oleh balok di sebelah atas dan sebagian
lain didukung oleh balok disebelah bawah. Oleh karena sisi balok bawah
disebelah atas behimpitan dengan sisi atas disebelah bawah, naka diambil
kesimpulan bahwa jari-jari lengkung garis elastiknya masing-masing balok adalah
sama. Dari hubungan :
M =
Dapat diketahui, bahwa momen yang timbul pada tampang masing-masing balok
akan sebanding dengan EI-nya masing-masing (P = jari-jari lengkung). Andaikan
momen karena beban diatas balok = M, momen yang timbul di atas balok ats = M1
dan momen yang timbul di balok bawah = M2.
Maka M1
=
M =
M
M2 =
M.
Dianggap kedua
balok mempunyai S sama. Untuk balok pada gambar 72. dengan tinggi h sama, yang berarti I1
= I2, maka M1 = M2 =
M.
Dan keadaan
diatas dapat dikatakan, bahwa W1 = W2 =
bh2 dan Wt = 2 .
bh2 .
Tegangan
maksimum yang dapat timbul pada masing-masing balok ialah :
=
=
Gambar 72
Apabila penggeseran balok dirintangi dengan menempatkan pasak pasak
diantara kedua balok itu, keadaan akan menjadi lain. Kedua balok itu merupakan
satu kesatuan penggeseran balok-balok itu tidak mungkin lagi terjadi. Sebuah
momen akibat gaya-gaya luar menyebabkan pembagian tegangan didalam balok
kesatuan itu seperti pada gambar 4.52. Momen lembam I besarnya ditentukan
terhadap sumbu lengkungan yang terletak ditengah-tengah potongan balok.
I =
(2h)3 = 8 .
h3
Ternyata I jauh lebih besar dari pada
+
, sehingga balok kesatuan itu menjadi lebih kaku dan kuat
mendukung momen luar. Gambar 73. menunjukan pembagian tegangan geser
yang bekerja pada masing-masing tampang balok. Yang sebelah
kiri ialah pembagian tegangan jika kedua balok itu diletakan begitu saja,
sedang yang sebelah kanan adalah apabila balok-balok itu disatuhkan dengan
pasak-pasak, lim atau alat-alat lainnya. Dari pelajaran ilmu tegangan didapat
tegangan geser:
=
, dan maksimumnya terdapat pada garis netral.
Gambar 73. Momen Luar Pada
Kayu
Di sini S adalah
momen statik bagian balok diatas atau dibawah garis netral sampai kegaris
netral. Tegangan-tegangan geser tersebut diatas menyebabkan gaya geser yang
harus didukung oleh pasak. Umumnya pasak-pasak dari kayu ditempatkan dengan
arah serat dari pada balok itu sendiri, agar pasak dapat bekerja lebih baik,
karena penyusutannya dalam arah yang memanjang hanya kecil saja. Pada keadaan
ini pasak dibebani gaya desak sejajar arah serat dan gaya geser sejajar arah
serat.
Umumnya gaya yang terakhir ini lebih berbahaya dari pada yang pertama.untuk
pasak semacam itu biasanya dipakai kayu yang lebih keras dari kayu baloknya
sendiri,misalnya kayu resak, atau sawo, kesambi dan lain-lain. Didalam
penggunaannya pasak-pasak itu disertai baut-baut yang dipasang diantara
pasak-pasak tersebut. Baut-baut itu bukanlah baut pendukung gaya geser,
melainkan hanya sebagai baut-baut pelekat saja.
Cara menghitung dan menempatkan pasak-pasak itu ditentukan dengan
pertolongan mekanika teknik.dibawah ini diberikan beberapa contoh.
Contoh 1:
Diatas sebuah bentangan 5,00 m akan ditempatkan balok kayu dengan lebar 20
cm. Beban diatasnya berupa beban terbagi rata sebesar 1,6 t/m¢ terhitung berat sendiri. Oleh
karena berat balok untuk dibuat dari sebuah balok saja, maka dibuat 2 balok
sama dengan tinggi seluruhnya 50 cm.(gambar 4.54). Untuk menyusun balok-balok
tersebut dipakai pasak kayu keras (klas I) dengan
|| = 20 kg/cm2
dengan ukuran t =2,5 cm, b =20 cm dan a = 12,5 cm. Berapakah banyaknya pasak
yang diperlukan dan bagai mana menempatkanya, jika kayu kayu itu dari kayu
kelas II. Ditentukan konstruksi terlindung dan beban permanen.
ds untuk balok = 85 kg/cm2
|| untuk balok =
12 kg/cm2
=
= 5
memenuhi syarat a³ 5 t dan a £15 t
a < 12,5 cm
< 15 cm
Mmax =
1/8 q
2 = 1/8 . 1,6 .52 = 5 tm
= 500000 kg cm.
Garis momen berupa parabola (gambar d). Bidang gaya lintang berupa segitiga
dan gaya lintang mencapai harga maxsimum diatas perletakan-perletakannya dan
nilai 0 ditengah-tengah balok (gambar c)
Kita tinjau
setengah bentangan.
Menurut rumus
max =
dan diatas perletakannya
q = 1,6 t/m¢ = 16 kg/cm¢
max =
.
=
.
= 6 kgcm2
Gambar 74
Gaya geser
mendatar yang harus didukung oleh pasak-pasak untuk setengah bentangan
merupakan isi piramida pada gambar b.
Maka L =
.
.
. b
=
. 500.6.20 = 15000 kg.
Setiap pasak
dapat mendukung gaya 12,5 . 20 . 20 = 5000 kg. Takikan pada balok dapat
mendukung gaya 2,5 . 20 . 85 = 4250 kg. (ini yang dipakai)
Maka diperlukan
;
N =
= 3,5, dipakai 4 buah pasak.
Cara menempatkan pasak-pasak itu ada 2 cara yaitu dengan pertolongan bidang
gaya lintang atau bidang momen. Pada dasarnya letaknya pasak-pasak itu harus
sedemikian sehingga masing-masing pasak itu mendukung gaya yang sama besarnya.
Untuk itu di dalam cara pertama bidang gaya lintang harus dibagi dalam 4 bagian
yang sama.
Dengan menggunakan ilmu ukur datar dilukiskan lingkaran dengan garis tengah
=
Garis tengah lingkaran
dibagi menjadi 4 bagian (menurut jumnlah pasak yang dibutuhkan) dan lukisan seterusnya
terdapat pada gambar c.
Gambar 75
Jika menggunakan
garis momen kita memperhatikan sifat balok lentur dengan hubungannya :
L =
, disini
merupakan perbedaan besarnya momen yang bekerja pada tampang
II dan I.
Oleh karena itu h dan L tetap, dengan anggapan masing-masing pasak
memindahkan gaya yang sama besar, makapenempatan pasak harus sedemikian
sehingga perbedaan momen yang bekerja pada tempat-tempat pasak yang berturutan
itu sama besar. Maka momen maksimum
ditengah-tengah bentangan dibagi dalam 4 bagian yang sama besar. Jika
melalui titik-titik tersebut ditarik garis-garis sejajar dengan garis 0
(mendatar), maka titik potongnya dengan garis momen yang berupa parbol itu yang
menunjukan letaknya pasak-pasak tersebut (gambar d).
Setelah itu diselidiki jarak antara pasak-pasak. Tegangan
geser pada balok akibat bekerjanya pasak harus dapat didukung oleh balok. Maka
jarak antara pasak a1 + a ³ a +
a1 ³ 7 cm. Menurut gambar
4.54. e. jarak a1 > 7 cm, jadi sudah memenuhi syarat. Syaratnya =
a ³ 5 cm; a £ 15 cm
Contoh 2
Sebuah balok susun terdiri dari 2 bagian dengan ukuran b = 20 cm dan h = 20
cm, pnjang bentangan 500 cm, mendukung beban terpusat. P = 3 t, yang letaknya
tepat ditengah-tengah gelagar (gambar ). diminta untuk menghitung dan menentukan letaknya alat
sambung.
Gambar
76
Jika
dipergunakan kokot buldog, ditentuka B.J. kayu = 0,5 konstruksi terlindung
beban permanen.
Penyelesaian
Kita pakai kokot
bulldog dengan berbentuk perdegi 13 x 13 cm dengan baut Æ 7/8”. Masing-masing kokot dapat
mendukung gaya 2,5 ton, jarak antara masing-masing baut ³ 23 cm. (lihat daftar 18). Bidang
momen dan bidang gaya lintang masing-masing dilukiskan pada gambar b dan c.
=
=
= 2,81 kg/cm2.
Untuk setengah
bentangan
L =
.
. b = 250 . 2,81 . 20 = 14050 kg.
Maka diperlukan
n =
= 5,6 buah kokot, maka jarak antara masing-masing baut adalan
konstan a1 =
=42 cm > 23 cm.
Hal ini dapat
juga dilihat dari bidang momen. Oleh karena garis momen merupakan garis lurus,
maka MII – MI adalah kekuatan, jadi a1
kekuatan pula.
Untuk
balok-balok susun semacam contoh-contoh diatas, momen dukung W balok tidak
boleh diperhitungkan sepenuhnya, berhubung dengan adanya perlemahan yang
disebabkan adanya lubang untuk baut dan adanya pasak atau kokot. Lagipula
karena mengerjanya kayu dan kemungkinan
tidak kerasnya baut, maka hubungan diatas tidak akan dapat bekerja dengan
sempurna. Berhubung dengan itu di dalam perhitungan perlu diberikan faktor
reduksi.
Faktor reduksi
itu perlu diberikan kepada I dan W. Pengurangan itu diatur dalam P.K.K.I. pasal
12,2. sebagai berikut.
Gambar 77
|
b
|
- dengan 2
bagian (gambar 4.56)
I
= 0,6
W = 0,8
0,9
- dengan 3
bagian (Gambar 4.57).
Gambar 78
|
W = 0,7
0,8
Pada konstruksi
tidak terlindung (jembatan dan sebagainya).
- dengan 2
bagian (gambar77)
I
= 0,6
W = 0,7
0,8
- dengan 3
bagian (Gambar78).
I = 0,3
W = 0,6
0,7
Angka-angka uang terkecil untuk nilai-nilai W dipakai,
jika diharapkan bahwa pergeseran-pergeseran yang besar akan terjadi, misalnya
dipakai pasak kayu sebagai alat sambungnya. Balok dengan lebih dari 3 bagian
tidak diizinkan berhubungan tidak dapat diharapkan, bahwa susunan itu bekerja
dengan baik.
Contoh :
Sebuah balok dengan bentangan
= 5 m. B.J. kayu = 0,6, tampangnya 1 x 10/20 cm + 1 x 30/20
cm. Disusun dengan kokot bulldog. Berat sendiri diabaikan dan beban permanen
berupa q t/m’ penuh diatas seluruh bentangan. Konstruksi terlindung. (gambar 79). berapa q t/m’
itu, dan setelah itu lukislah penempatan kokotnya.
Jawab :
a.
Menentukan
t/m’
Karena nama kayu
tak diketahui, maka
ditentukan berdasarkan B.J.-nya.
= 170 . (B.J.) = 170 . 0,6 = 102 kg/cm2
=
= 150 . (B.J.) =
150 . 0,6 = 90 kg/cm2
= 20 . (B.J.) = 20 .
0,6 = 12 kg/cm2
Disini
Dengan
mempoerhatikan pasal 12,2. P.K.K.I.
Maka Wn
= 0,9 Wbr = 0,9 .
. 20 . 402 = 4800 cm3
Mmax
=
ql2 =
. 52 . q =
q tm =
. 100000 tm
=
102 =
. 100000 .
= 156600 kg/cm’ = 1,566 t/m’
Pada garis
netral pada tampang diatas perletakan
=
.
=
.
= 7,34 kg/cm2
<
= 12 kg/cm2
b. Menentukan Kokot
Pada kampuh
antara 2 bagian dan pada tampang diatas perletakan :
=
, dan
I =
bh3 =
. 20. 403 =
106666,7 cm4.
S = 20 .10 .15 =
3000 cm3
Catatan :
Untuk menentukan
besarnya I dan S dihitung penuh, tanpa faktor reduksi.
=
= 5,5 kg/cm2
. b = 5,5 . 20 = 110 kg/cm’
Untuk setengah
bentangan :
L =
.
.
= 0,25 . 500 . 110 = 13750 kg
Dipilih kokot
berukuran 5” x 5”, dengan baut Æ 1”.
Menurut daftar
18
= 2 ton. Dengan B.J. = 0,6 dan
= 1
Maka
C.
PENUTUP
C.1.
RANGKUMAN
Balok-balok kayu yang terdapat dalam perdagangan mempunyai ukuran tertentu,
yaitu umumnya lebar dan tingginya £ 32 cm. Di dalam konstruksi berat
seperti jembatan tunjang, balok lantai di dalam rumah tinggal acap kali
diperlukan balok dengan ukuran yang lebih besar. Untuk keperluan tersebut
beberapa balok disusun sedemikian rupa sehingga cukup buat mendukung beban diatasnya.
Oleh karena itu untuk balok yang mendukung momen, momen-dukungnya akan
sebanding dengan lebarnya b dan berbanding lurus dengan h2, maka
mudah dimengerti bahwa balok-balok itu disusun dalam arah tingginya. Untuk
menyusun balok-balok itu dipergunakan beberapa cara, yaitu dengan jalan
memberikan gigi pada bidang balok-balok yang saling berhubungan, ata
ditempatkan pasak kayu atau kokot diantara kedua balok tersebut. Bentuk gigi, pasak kayu ataupun kokot
tersebut, dimaksudkan untk mendukung tegangan geser yang timbul di dalam balok
susun itu.
C.2.
LATIHAN
1. Sebuah balok
dengan bentangan
= 4,2 m mendukung beban q = 1,5 t/m’ termasuk berat sendiri.
Balok berukuran b = 16 cm sedang h-nya harus ditentukan. Kayu adalah mahoni
karena terlalu besar h-nya, maka balok dibuat susun dengan pasak kayu kesambi.
Tentukan h dan lukiskanlah penempatan pasak tersebut.
2. Soal seperti pada gambar. kayu damar,
= 4,5 m ,
= 4 ton. Balok terdiri dari 3 bagian dengan b = 18 cm.
Tentukan h-nya, kemudian lukiskanlah pemasangan kokot buldog.
3. Sebutan balok
seperti tertera pada gambar 4.59. lebar b = 18 cm, h = 2 x 20 cm. Kayu Jati.
Diminta menyusun dengan pasak kayu kesambi.
C.3. TES DAN
KUNCI
TES
Diatas sebuah
bentangan 5,00 m akan ditempatkan balok kayu dengan lebar 20 cm. Beban
diatasnya berupa beban terbagi rata sebesar 1,6 t/m¢ terhitung berat
sendiri. Oleh karena berat balok untuk dibuat dari sebuah balok saja, maka
dibuat 2 balok sama dengan tinggi seluruhnya 50 cm.(gambar 4.54). Untuk
menyusun balok-balok tersebut dipakai pasak kayu keras (klas I) dengan
|| = 20 kg/cm2 dengan
ukuran t =2,5 cm, b =20 cm dan a = 12,5 cm. Berapakah banyaknya pasak yang
diperlukan dan bagai mana menempatkanya, jika kayu kayu itu dari kayu kelas II.
Ditentukan konstruksi terlindung dan beban permanen.
KUNCI
ds untuk balok = 85 kg/cm2
|| untuk balok =
12 kg/cm2
=
= 5
memenuhi syarat a³ 5 t dan a £15 t
a < 12,5 cm
< 15 cm
Mmax =
1/8 q
2 = 1/8 . 1,6 .52 = 5 tm
= 500000 kg cm.
Garis momen
berupa parabola (gambar d). Bidang gaya lintang berupa segitiga dan gaya
lintang mencapai harga maxsimum diatas perletakan-perletakannya dan nilai 0
ditengah-tengah balok (gambar c)
Kita tinjau
setengah bentangan.
Menurut rumus
max =
dan diatas perletakannya
q = 1,6 t/m¢ = 16 kg/cm¢
max =
.
=
.
= 6 kgcm2
Gaya geser
mendatar yang harus didukung oleh pasak-pasak untuk setengah bentangan
merupakan isi piramida pada gambar b.
Maka L =
.
.
. b
=
. 500.6.20 = 15000 kg.
Setiap pasak
dapat mendukung gaya 12,5 . 20 . 20 = 5000 kg. Takikan pada balok dapat
mendukung gaya 2,5 . 20 . 85 = 4250 kg. (ini yang dipakai)
Maka diperlukan
;
N =
= 3,5, dipakai 4 buah pasak.
DAFTAR PUSTAKA
1. ANONIMOUS,
1961. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
(PPKI) NI-5. Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan: Bandung
2. DUMANAUW,
J.F, 1982. Mengenal Kayu. Penerbit
Gramedia: Jakarta
3. FRICK,
HEINZ, 1980. Ilmu Konstruksi Bangunan. Penerbit
Kanisius: Jogjakarta
4. TJOA
PWEE HONG dan DJOKOWAHJONO, F.H. 1996. Konstruksi
Kayu. Penerbit Universitas Atma Jaya: Jogjakarta
5. YAP,
FELIX. 1984. Konstruksi Kayu. Penerbit
Bina Cipta: Bandung
SENARAI
-
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar