Minggu, 18 Oktober 2015

SIFAT MEKANIK KAYU



MODUL 2
SIFAT MEKANIK KAYU

A.                Pendahuluan
Modul ini merupakan lanjutan dari modul 1 yang membahas mengenai sifat-sifat kayu. Sifat kayu pada modul ini adalah sifat mekanik kayu.
Modul ini terdiri dari tiga bagian, yang mencakup: (1) Bangun kayu, (2) Sifat Fisik, (3) Sifat higroskopik. Kegiatan belajar mahasiswa dalam modul ini terdiri 4 kegiatan pembelajaran: (1) Uraian materi pembelajaran, (2) Rangkuman, (3) Latihan, (4) Tes dan Kunci
Kompetensi khusus yang akan dicapai setelah mahasiswa mempelajari modul ini adalah dapat menjelaskan sifat mekanik kayu
Kegiatan belajar secara lengkap diuraikan pada halaman berikut ini.


B.                 PENYAJIAN
B.1. SIFAT MEKANIK KAYU
     Sifat mekanik, dipengaruhi oleh: 
1)      Hubungan arah serat dengan arah gaya,
2)      Pengaruh angka rapat,
3)      Pengaruh kadar lengas kayu,
4)      Pengaruh cara dan lamanya pembebanan,
5)      Pengaruh penyimpangan arah serat,
6)      Pengaruh penyimpangan arah gaya dan arah serat,
7)      Pengaruh mata kayu dan cacat lainnya, serta
8)      Sifat batang batang desak.
1.      Hubungan Arah Serat Dengan Arah Gaya
Seperti telah diterangkan pada modul sebelumnya bahwa kayu adalah benda anisitrop (non isotropik material) dan karenanya sifat-sifatnya mekanik keberbagai arah arah tidak sama.
Gambar 7. Hubungan Arah Serat dan Gaya
Untuk membeda-bedakan itu kita mempunyai 3 arah sumbuh yang tegaklurus sesamanya yaitu radial (menuju kepusat), tagensial (searah dengan arah garis singgung) dan axial(sejajar arah serat) seperti terlihat pada gambar 7.
Modulus kenyal, kuat tarik, desak, lentur,putiran dan kuat geser, berbeda-beda menurut arah ketiga sumbu tersebut.demikian pula menurut arah yang membentuk sudut dengan ketiga sumbu itu. Tetapi walaupun kayu itumempunyai tiga sumbu yang menujukan perbedaansifat-sifat kayu, kita hanya membedakan dua buah sumbuh saja, karena sifat-sifat mekakanik kearah tagensial dan radial tidak sama bedanya. Jadi kita  hanya membedakan dua buah sumbuh saja, karena sifat-sifat mekaniknya kearah tagensial dan radial tidak banyak bedanya. Jadi kita tinggal mempunyai mempunyai dua buah sumbuh yaitu: sejajar arah serat (axial)dan tegak lurus arah serat (tagensial dan radial).
Gambar 8. Batas Kenyal Pada Kayu
Berbeda dengan baja, kayu tidak mempunyai batas kenyal yang jelas, tetapi diagaram s  Î untuk sesuatu arah (sejajar atau tegak lurus) mempunyai bagian yang lurus sebelum membengkok (lihat gambar 8).
Oleh karena itu kayu tidak mempunyai batas keyal tetapi, mempuyai batas proportional, yaitu sebuah titik pertemuan pada diagram sÎ antara bagian garis yang lurus dan yang membengkok (titik P).Didalam praktek batas proportional itu dianggap sebagai batas kenyal seperti pada kontruksi baja.
Apabila kita melihat gambar 9 maka mudalah kita mengerti mengapa sifat-sifat mekanik kayu itu berbeda-beda menurut arah batang (arah serat).
Pada gambar 9, kita lihat sebuah sel yang ditarik ujungnya. Untuk mematakan sel tersebut kulit-kulit sel harus hancur dan patah
Gambar 9. Gaya Desak dan Tarik Pada Kayu
Kita dapat memahami, bahwa gaya yang dapat didukungnya adalah tinggi , jadi gaya tarik yng dapat didukung oleh kayu menurut arah seratnya adalah tinggi juga. Sebaliknya bila sel bila sel ditarik menurut arah tegak lurus arah sel (kekiri dan ke  kanan) diding sel akan mudah patah, jadi gaya tarik hanya kecil saja. Sebab untuk mematahkan sel itu dinding sel tidak perlu hancur melainkan ligninnya saja yang perlu dirusak, jika kayu mendapat desakan menurut arah panjangnya, sel-selnya mendapat gaya desak menurut sumbu panjangnya (gambar 9), maka sel itu bersifat seperti sebuah pipa panjang yang akan tertekuk.
Sel-sel disampingnya akan membatu dan menghalang-halangi tertekuknya sel tersebut, maka sel itu lebih mudah tertekuk ke dalam. Jelaslah bahwa bahaya tekuk batang atau benda yang lansing seperti sel itu sangat besar bila disbanding dengan bahan tarikan, atau dengan lain perkataan, menurut arahnya sumbuh batang, kayu lebih mendukung gaya tarik dari pada gaya desak. Apabla sebuah sel didesak menurut arah sumbu pendeknya (gaya 4), sel itu seolah-olah terpejet, jadi gaya yang dapat didukungnya lebih kecil dari pada jika sel-sel itu didesak menurut arah memanjangnya.
Gambar 10. Gaya Pada Kayu
Pada gambar 10 gaya 5 akan menyisip sebagai gaya geser diantara dua sel. Patahnya sel adalah akibat rusaknya zat lekat lignin. Gaya 6 sebagai gaya geser tegak lurus arah sumbu sel akan memotong dinding- dinding sel. Oleh karna itu, gaya yang diperlukannya (gaya 6) untuk memotong sel lebih besar daripada gaya 5 untuk menyisip dua sel.
Dimara uraian tersebut di atas diambil kesimpulan:
1.      Kayu lebih kuat mendukung gaya tarik sejajar arah serat dari pada menurut tegak lurus arah serat (s tr ¤¤ >s tr ^).
2.      Menururt arah serat kayu lebih kuat mendukung tarikan daripada mendukung desakan (s tr ¤¤ >s tr ^ ). Perbandingannya   =  
3.      Kayu lebih kuat mendukung gaya desak sejajar arah serat dari pada menrut tegaklurus arah serat   (s ds  ¤¤ > s ds ^). Pada batas kenyalnya   s ds  ¤¤  =  ± 1.2  s ds ^.
4.      Kayu lebih kuat mendukung gaya geser tegak lurus arah serat dari pada menurut arah serat  (s ^ > s  ¤¤ ) .Dan  s ^ ini sedemikian besarnya sehingga jarang terjadi kayu patah karena gaya geser. Umumnya akan timbul retak-retak akibat gaya desak lebih dahulu dari pada retak-retak akibat  s ^.
2.      Diagram Tegangan Lentur
Perbedaan besar antara daya dukung terhadap gaya desak dan gaya tarik menyebabkan sifat istimewa dari pada balok kayu. Seperti diketahui   = 2 a 2.5 Perbandingan ini menyebabkan  hukum Navier, yaitu suatu anggapan adanya pembagian tegangan yang linier dan simetetrik – tidak dapat dipakai.
Apabila balok yang dibebani momen sudah mendekati titik patahnya, maka diagram tegangannya tidak merupakan segitiga lagi, melainkan untuk bagian yang terdesak diagramnya merupakan parabola berpangkat dua dengan titik maksimumnya pada serat yang terluang. Anggapan ini adalah yang paling sesuai dengan kenyataan. Selanjutnya ada juga yang menganggap diagramnya sebagai trapesium (untuk mempermuda hitungan).
Gambar 11. Diagran Tegangan Lentur
Bagi yang berupa para bola yang berpangkat dua (gambar 11)kita dapat mencari letak garis netral, apabila kita mengetahui nilai n =  
Selanjutnya diandaikan balok itu mempunyai tampang dengan ukuran lebar = b dan tinggi = h.
Dari syarat, bahwa resultante gaya tarik =  resultante gaya desak terdapatlah persamaan :    
 
 
 
Jadi untuk tiap-tiap nilai n dapat dicari  
Misalnya :
n = 1.5                             n        
n                              n           
untuk yang berupa trapezium (gambar b) terdapat hasil sebagai berikut :
 
n = 1.5                          n        
n                              n           
Dari diagram tegangan tersebut di atas nyatalah, bahwa retak akan timbul terlebih dahulu di bagian yang terdesak. Retak-retak ini kadang-kadang tidak terlihat dengan mata, karena retak itu maka garis netral semakin turun ke bawah dan akhirnya timbullah retak di bagian yang tertarik dan balok mulai patah. Teranglah bahwa gaya dukung kayu terhadap lenturan akan lebih besar daripada terhadap desakan, tetapi lebih kecil dari pada terhadap tarikan. Hal ini dapat dilukiskan seperti terlukis gambar 12.
Gambar 12. Batas Kenyal Untuk Batang Yang Tertarik
Dengan gambar tersebut boleh dikatakan tidak ada batas kenyal PE untuk batang yang tertarik. Pada batang yang terdesak dan terlentur batas kenyal PE terletak kira-kira 65% dan 75% dari pada tegangan patah Pt.
Pada balok terlentur, yaitu yang menahan momen. Serat-serat yang terluar akan menderita tegangan yang terbesar. Dibagian yang terdesak serat-serat ini dibantu oleh serat-serat dibagian sebelah dalamnya yang menahan tegangan yang lebih kecil. Modulus kenyal menurut arah serat baik untuk batang tarik maupun untuk batang desak ataupun yang terlentur boleh dianggap sama, karena perbedaannya hanya kecil saja, seperti terlihat pada gambar 1.10. (yang menentukan besarnya E ialah tangen α, yaitu sudut antara sumbu horizontal dan bagian garis diagram yang lurus.
3.      Pengaruh Angka Rapat
Karena kekuatan kayu sebanding dengan banyaknya zat kayu yang dikandungnya, maka semakin berat kayu, - jadi angka rapatnya besar, - semakin kuatlah kayu itu.
Seperti kita ketahui, semakin besar kadar lemas kqayu semakin beratlah kayu itu. Sebgai ukuran perbandingan dipakai kayu dengan kadar lemas 12%, karena kadar lemas ini umumnya dimiliki oleh kayu yang akan dalam kesetimbangan dengan kadar lemas udara biasa (pada musim kemarau).
4.      Pengaruh Kadar Lengas Kayu
Kadar lemas kayu besar pengaruhnya terhadap kekuatan kayu, terutama daya dukungnya terhadap tegangan desak sejajar arah serat kayu dan juga tegak lurus arah serat. Pengaruhnya terhadap daya dukungnya terhadap tegangan tekuk adalah lebih kecil.
Gambar 13. Hubungan Antara Kadar Lengas Kayu
Pada gambar 13 (dikutip dari buku woodhedbook) terlihat hubungan antara kadar lengas dengan:
A = Tegangan maksimum untuk balok lentur,
B = Tegangan pada batas kenyal untuk bolok yang terlentur
C = Tegangan desak maksimum
D = tegangan desak pada batas kenyal
Jelas disini betapa besar pengaruh kadar lemas terhadap daya dukung kayu, oleh kaena itu adalah penting artinya akan pengeringan kayu sebelum dipergunakan pada suatu kontruksi bangunan.
Tegangan-tegangan ijin untuk kayu yang ada kemungkinan bahwa kadar lemasnya akan berubah-ubah, seperti kayu untuk kontruksi jembatan, maka tegangan ijinnya harus diambil kecil dari pada tegangan-tegangan ijin untuk kayu pada kontruksi bangunan yan terlindung yang relatif kadar lemasnya tetap.
5.      Pengaruh Cara dan Lamanya Pembebanan
Kayu dapat dibebani dengan beberapa cara yakni :
1.      dengan sekonyong-konyong seperti halnya pada tiang tumbuk; jadi pembebanan itu terjadi dalam beberapa detik saja (pembebanan kejut).
2.      dalam jangka pendek, artinya pembebanan dilakukan dalam beberapa menit seperti halnya pada pengujian-pengujian kekuatan kayu dalam laboratorium yang memakan waktu ± 4 atau 5 menit untuk setiap bahan uji.
3.      dalam jangka sedang dimana kayu dibebani selama setahun  atau lebih misalnya pada pekerjaan perancah.
4.      dalam jangka panjang, dimana kayu dibebani dalam waktu yang lama, lebih dari 10 tahun seperti dalam bangunan-bangunan biasa.
Jadi kayu baik sekali untuk :
a.       kuda-kuda, menara, hanggar, dan sebagainya, dimana gaya tekanan angin merupakan faktor penting didalam bangunan itu.
b.      Lantai, tetapi bukan lantai gudang yang dibebani dalam waktu singkat saja.




 










Gambar 14. Hubungan  antara lamanya pembebanan dan perbandingan
tegangan izin terhadap tegangan biasa.
Apabila  sebagai ukuran diambil tegangan untuk bangunan permanen (50 tahun atau lebih) angka perbandingan ini akan bertambah lagi, jadi untuk tegangan kejut lebih dari pada kejub untuk tegangan yang ditimbulkan oleh angin. 1.33.
Teranglah bahwa tegangan-tegangan izin s harus diubah-ubah sesuai dengan lamanya pembebanan.  Misalnya apabila kita merancangkan sesuatu bangunan yang kita perlukan dalam 6 bulan, berarti setelah 6 bulan bangunan itu akan dirombak, maka tegangan dapat kita naikkan dengan 10% daripada s untuk jangka waktu panjang (bangunan yang permanen).
Lazimnya yang diambil sebagai ukuran ialah tegangan untuk 50 tahun, yaitu tegangan izin untuk bangunan permanen. Jadi tegangan ini dapat dinaikan untuk bemacam-macam beban dan menurut lamanya pembebanan.
Dibawah ini diberikan beberapa macam beban dan tambahan tegangan baik untuk tegangan desak, lentur, tarik dan sebagainya tetapi besarnya E tak dipengaruhi.

            Gaya tiup angin (5 atau 10 menit)                  = 33  %
            Gaya karena gempa bumi                                = 33  %
            Gaya beban salju (2 bulan)                              = 15 %
            Beban untuk 7 hari                                          = 25 %
            Beban orang untuk lantai                                = 33 %
            Beban kejut (impact load)                               = 100 %
Untuk berat sendiri dan beban mati dan tekanan  angin bersama-sama tegangan dinaikan dengan 25 %.
6.      Pengaruh Penyimpangan Arah Serat
Gambar 15.
a
Apabila sebatang pohon digergaji maka acap kali kita dapati, bahwa serat–serat pada balok yang telah selesai digergaji itu sejajar dengan arah memanjang balok tersebut ;
jadi arah serat menyimpang terhadap arah sumbu balok. Jika penyimpangan itu yang dinyatakan dalam  pada gambar 1.13, tidak lebih dari pada . Maka boleh dikatakan tidak ada pengaruhnya terhadap kekuatan balok.
Tetapi apabila  > , maka kekuatan balok kayu akan berkurang. Sebagai contoh: di Amerika pengaruh ini telah ditetapkan  sebagai berikut :



Tabel 6. Penyimpangan Arah Serat dan Kekuatan Kayu
Penyimpangan
ds max. Dalam % terhadap kayu berserat lurus
lt. max. Dalam % terhadap kayu berserat lurus
1 : 8
1 : 10
1 : 12
1: 14
1: 15
1: 16
1: 18
1 : 20
66
74
82
87
100
...
...
...
53
61
69
74
76
80
85
100
Oleh karena itu didalam memilih batang-batang kayu arah serat itu perlu diteliti juga.
7.      Arah Gaya Dan Arah Serat.
Seperti telah diterangkan di e. 1 daya dukung kayu kearah sejajar dengan arah serat lebih besar dari pada kearah tegak lurus arah serat.
Apabila arah gaya desak berarah dengan sudut  dengan arah serat seperti halnya dengan batang horizontal pada gambar 1.14, tegangan maksimum yang dapat didukungnya terletak antara   max. dan   max.. Besarnya  max. itu ditentukan oleh hasil-hasil penelitian.
Untuk tiap-tiap negeri seperti Jerman, Amerika, Belanda dan sebagainya nilai itu tidak sama dan tegangan – tegangan izin dengan sendirinya berlainan pula.
Di negeri –negeri di Eropa, seperti jerman, swedia dan sebagainya mempergunakan rumus :  =   - (   -   ) sin

Di Amerika di pergunakan rumus Hankinsen :
                                                          .
 =                     
   . sin 2 .   cos2



Menurut percobaan oleh Hovo di dapat rumus :
 = . cos 2  +   sin 2 
Sedang menurut Jacoby dipakai rumus :
 =   + (   -     ) . ( ) 5/2
Di Indonesia dipergunakan rumus “sinusoida” seperti yang dipakai di negeri-negeri Eropa.
8.    Pengaruh mata kayu dan cacat –cacat lainnya.
Untuk balok yang mendukung momen, apabila mata kayu terletak di bagian yang tertarik akan mengurangi banyak kekuatan balok bahkan lebih besar daripada apabila kita membuat lobang sebesar mata kayu itu sendiri.
Hal ini disebabkan karena disamping mata kayunya sendiri, arah serat disekitar tempat itu tidak menjadi lurus lagi, melainkan membengkok yang berarti arah seratnya menyimpang. Apabila letaknya mata kayu terletak dibagian yang terdesak pengaruhnya tidak begitu besar, sedang jika letaknya disekitar bidang netral pengaruhnya semakin kecil.

 




Gambar 16. Daerah Desak dan Daerah Tarik Pada Kayu

Untuk batang desak (kolom) pengaruhnya tergantung dari panjang batang. Semakin langsing batang itu, semakin kecil pengaruhnya  mata kayu.
Untuk batang tarik mata kayu mempunyai pengaruh yang besar terhadap kekuatan kayu, yaitu sangat mengurangi kekuatan batang kayu. Oleh karena itu, perlu sekali kita berhati-hati apabila kita memilih batang kayu yang akan dibebani dengan gaya tarik. Mata kayu hanya kecil sekali pengaruhnya pada daya dukung kayu terhadap tegangan geser sejajar arah serat.
Cacat - cacat lainnya seperti retak serat yang timbul di ujung, retak gelang tahun, retak-retak sejajar dengan batang pohon, tidaklah begitu benar pengaruhnya terhadap kekuatan kayu.
Walaupun demikian perlu juga dihindarkan terjadinya sobekan – sobekan dan retak – retak itu, karena setiap sobekan akan mengurangi keindahan kayu.
Gambar 17. Retakan Gelang Tahun dan Retakan Serat
9.    Sifat Kolom atau Batang Desak
Didalam uraian – uraian mengenai desakan sejajar arah serat, kita hanya memandang pada batang – batang yang pendek, yang tidak ada kemungkinan untuk tertekuk. Untuk batang – batang yang panjang dengan ukuran panjang yang besar, jika dibandingkan dengan ukuran tampangnya kemungkinan besar batang akan tertekuk  bila  dibebani gaya desak.
Kekuatan batang itu lebih banyak tergantung pada modolus kenyal E dan pada angka perbandingan panjang batang dan ukuran terkecil dari tampangnya. Jadi gaya dukungnya terhadap tegangan desak tidak begitu penting. Untuk sesuatu batang dengan  ujung-ujungnya bersendi (gbr. 17)


Gambar 18. Arah Tekan Pada Kayu
Dan tegangan pada batang itu selain dibawah E (batas kenyal dan batas proportional), maka oleh L. Kulor didapati rumus :
Gaya tekuk Ptk      =
tk   =
            Keterangan rumus :
E = Modolus kenyal                   F = Luas tampang
I  = momen kelembaman            i  = Jari-jari lembam
  = Panjangnya batang                   = Angka langsing =
Seperti sudah diterangkan diatas, rumus Euler ini hanya berlaku bila tk ini lebih kecil daripada E.
Jadi :   tk  < E  atau Ptk  <  F. E 
Padahal  Ptk =
Oleh karena itu  = F E 
atau  > .
Untuk kayu jati   E        = 100.000 kg/cm2;  tk  max               = 500 kg/cm2
E  diambil 0,6 tk  max
maka  > 3,142
Menurut perhitungan ini, untuk  > 57 kita boleh mempergunakan rumus Euler, sedangkan jika  < 57 rumus Euler tidak dapat dipakai karena tegangannya melampaui batas kenyal. Disamping itu karena kayu tidak mempunyai batas kenyal yang nyata, maka oleh L. Tetmajer dibuatlah penelitian – penelitian. Dari hasil penelitian – penelitian itu dibuatlah rumus Empirus Tetmajer membuat percobaan – percobaan itu untuk nilai   < 100 dan akhirnya dibuatlah rumus :
Untuk kayu rumus ini dibuat menjadi bentuk garis lurus (linier). Jadi nilai b = 0, dan nilai a  =  0,00662
ds = 293 kg/cm2                
Maka rumus menjadi :
tk  = 293 (1 – 0,00662 + ) kg/cm2 
=  (293 -  ) kg/cm2
Dari rumus ini ternyata, bahwa apabila   = 0 - tk  = ds  = 293 kg/cm2 .
Jadi, rumus ini hanya berlaku untuk kayu yang mempunyai 
dk = 293  kg/cm2  (giken, grenen, vuren).
Di Indonesia belum pernah diadakan penelitian mengenai bahaya tekuk, maka untuk sementara waktu kita ambil rumus-rumus yang dipakai di negeri Jerman.


C.                PENUTUP
C.1. RANGKUMAN
Sifat mekanik kayu dipengaruhi oleh: 
1)      Hubungan arah serat dengan arah gaya,
2)      Pengaruh angka rapat,
3)      Pengaruh kadar lengas kayu,
4)      Pengaruh cara dan lamanya pembebanan,
5)      Pengaruh penyimpangan arah serat,
6)      Pengaruh penyimpangan arah gaya dan arah serat,
7)      Pengaruh mata kayu dan cacat lainnya, serta
8)      Sifat batang batang desak.
Di Indonesia, penelitian-penelitian mengenai  kekuatan mekanik kayu khususnya penelitian mengenai bahaya tekuk, maka untuk sementara waktu kita ambil rumus-rumus yang dipakai di negeri Jerman.
C.2. LATIHAN
Baca secara berulang dan cermat bahasan mengenai ”Sifat Mekanik Kayu”, serta diskusikan bersama teman dan/atau dosen mengenai hal-hal yang kurang dimengerti. 
Selanjutnya mahasiswa diminta untuk menyebutkan nama-nama kayu yang mereka kenal di sekitar mereka, dan menghubungkannya dengan sifat mekanik kayu. 
C.3. TES DAN KUNCI
TES
1.      Bagaimana perbandingan kekuatan sesuai arah serat dan arah gaya jika ditinjau untuk: gaya tarik, gaya desak dan gaya geser dalam mempengaruhi sifat mekanik kayu? 
2.      Bagaimana pengaruh mata kayu dan cacat –cacat lainnya terhadap sifat mekanik kayu?
KUNCI
1.      Perbandingan kekuatan sesuai arah serat dan arah gaya jika ditinjau pada gaya tarik, gaya desak dan gaya geser dalam mempengaruhi sifat mekanik kayu dapat dijelaskan sebagai berikut:
a)      Kayu lebih kuat mendukung gaya tarik sejajar arah serat dari pada menurut tegak lurus arah serat ( s tr ¤¤ >s tr ^ ).
b)      Menururt arah serat kayu lebih kuat mendukung tarikan daripada mendukung desakan (s tr ¤¤ >s tr ^ ). Perbandingannya   =  
c)      Kayu lebih kuat mendukung gaya desak sejajar arah serat dari pada menrut tegaklurus arah serat   (s ds  ¤¤ > s ds ^ ). Pada batas kenyalnya   s ds  ¤¤  =  ± 1.2  s ds ^.
d)     Kayu lebih kuat mendukung gaya geser tegak lurus arah serat dari pada menurut arah serat  ( s ^ > s  ¤¤   ) .Dan  s ^ ini sedemikian besarnya sehingga jarang terjadi kayu patah karena gaya geser. Umumnya akan timbul retak-retak akibat gaya desak lebih dahulu dari pada retak-retak akibat  s ^.
2.      Pengaruh mata kayu dan cacat –cacat lainnya terhadap sifat mekanik kayu adalah:
Untuk balok yang mendukung momen, apabila mata kayu terletak di bagian yang tertarik akan mengurangi banyak kekuatan balok. Hal ini disebabkan karena disamping mata kayunya sendiri, arah serat disekitar tempat itu tidak menjadi lurus lagi, melainkan membengkok yang berarti arah seratnya menyimpang. Apabila letaknya mata kayu terletak dibagian yang terdesak pengaruhnya tidak begitu besar, sedang jika letaknya disekitar bidang netral pengaruhnya semakin kecil.
Untuk batang desak (kolom) pengaruhnya tergantung dari panjang batang. Semakin langsing batang itu, semakin kecil pengaruhnya  mata kayu.
Untuk batang tarik mata kayu mempunyai pengaruh yang besar terhadap kekuatan kayu, yaitu sangat mengurangi kekuatan batang kayu. Mata kayu hanya kecil sekali pengaruhnya pada daya dukung kayu terhadap tegangan geser sejajar arah serat.
Cacat - cacat lainnya seperti retak serat yang timbul di ujung, retak gelang  tahun, retak-retak sejajar dengan batang pohon, tidaklah begitu benar pengaruhnya terhadap kekuatan kayu.
DAFTAR PUSTAKA
1.      ANONIMOUS, 1961. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI)  NI-5. Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan: Bandung
2.      DUMANAUW, J.F, 1982. Mengenal Kayu. Penerbit Gramedia: Jakarta
3.      FRICK, HEINZ, 1980. Ilmu Konstruksi Bangunan. Penerbit Kanisius: Jogjakarta
4.      TJOA PWEE HONG dan DJOKOWAHJONO, F.H. 1996. Konstruksi Kayu. Penerbit Universitas Atma Jaya: Jogjakarta
5.      YAP, FELIX. 1984. Konstruksi Kayu. Penerbit Bina Cipta: Bandung
SENARAI
Axial
=
sejajar arah serat
tangensial dan radial
=
tegak lurus arah serat



Tidak ada komentar:

Posting Komentar