BATAKO
2.1 BatakoBatako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland dan air dengan perbandingan 1 semen : 4 pasir. Batako difokuskan sebagai konstruksi- konstruksi dinding bangunan nonstruktural. Supribadi (1986: 5) mengatakan bahwa batako adalah “ semacam batu cetak yang terbuat dari campuran tras, kapur, dan air atau dapat dibuat dengan campuran semen, kapur, pasir dan ditambah air yang dalam keadaan pollen (lekat) dicetak menjadi balok-balok dengan ukuran tertentu”. Bentuk dari batako/batu cetak itu sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu batu cetak yang berlubang (hollow block) dan batu cetak yang tidak berlubang (solid block) serta mempunyai ukuran yang bervariasi. Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan yang pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir, semen, air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan dengan bahan tambah lainnya (additive). Kemudian dicetak melalui proses pemadatan sehingga menjadi bentuk balok-balok dengan ukuran tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa melalui pembakaran serta dalam pemeliharaannya ditempatkan pada tempat yang lembab atau tidak terkena sinar matahari langsung atau hujan, tetapi dalam pembuatannya dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding. Karakteristik bata beton yang umum ada dipasaran adalah memiliki densitas rata-rata > 2000kg/m, dengan kuat tekan bervariasi 3-5 Mpa. Ditinjau dari densitasnya batako tergolong cukup berat sehingga untuk proses pemasangansebagai konstruksi dinding memerlukan tenaga yang cukup kuat dan waktu yang lama (Simbolon T. 2009). Berdasarkan bahan pembuatannya batako dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis, yaitu :
1. Batako putih (tras) Batako putih dibuat dari campuran tras, batu kapur, dan air. Campuran tersebut dicetak. Tras merupakan jenis tanah berwarna putih/putih kecoklatan yang berasal dari pelapukan batu – batu gunung berapi, warnanya ada yang putih dan ada juga yang putih kecoklatan. Umumnya memiliki ukuran panjang 25-3 cm, tebal 8-10 cm, dan tinggi 14-18 cm
2. Batako semen/batako pres Batako pres dibuat dari campuran semen dan pasir atau abu batu. Ada yang dibuat secara manual (menggunakan tangan) dan ada juga yang menggunakan mesin. Perbedaanya dapat dilihat pada kepadatan permukaan batakonya. Umumnya memliki panjang 36-40 cm dan tinggi 18-20 cm.
3. Bata ringan dibuat dari bahan batu pasir kuarsa, kapur, semen dan bahan lain yang dikategorikan sebagai bahan-bahan untuk beton ringan.
Berat jenis sebesar 1850 kg/m 3 dapat dianggap sebagai batasan atas dari beton ringan yang sebenarnya, meskipun nilai ini kadang-kadang melebihi. Dimensinya yang lebih besar dari bata konvensional yaitu 60 cm x 20cm dengan ketebalan 7 hingga 10 cm menjadikan pekerjaan dinding lebih cepat selesai dibandingkan bata konvensional. Batako diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu batako normal dan batako ringan. Batako normal tergolong batako yang memiliki densitas sekitar 2200-2400 kg/m3 dan kekuatannya tergantung komposisi campuran beton (mix design). Sedangkan untuk beton ringan adalah suatu batako yang memiliki densitas < 1800 kg/m3, begitu juga kekuatannya biasanya disesuaikan pada penggunaan dan pencampuran bahan bakunya (mix design). Jenis batako ringan ada dua golongan yaotu : batako ringan berpori (aerated concrete) dan batako ringan non aerated. (Wisnu wijanarko. 2008)
Batako
ringan berpori adalah beton yang dibuat sehingga strukturnya banyak terdapat
pori-pori, beton semacam ini diproduksi dengan bahan batu dari campuran semen,
pasir, gypsum, CaCO dan katalis aluminium. Dengan
adanya katalis Al selama menjadi reaksi hidradasi semen akan menimbulkan panas
sehingga timbul gelembung-gelembung yang menghasilkan gas yang menghasilkan
pori-pori yang membuat batako semakin ringan. Berbeda dengan batako non
aerated, pada beton ini akan menjadi ringan dalam pembuatannya ditambahkan
agregat ringan. Banyak kemungkinan agregat ringan yang digunakan antara lain
batu apung (pumice), perlit, serat sintesis, slag baja dan lain-lain.
Pembuatan
batako ringan berpori tentunya jauh lebih mahal karena menggunakan bahan-bahan
kimia tambahan dan mekanisme pengontrolan reaksi cukup sulit. Batako yang baik
adalah yang masing-masing permukaanya rata dan saling tegak lurus serta
mempunyai kuat tekan yang tinggi.
Persyaratan batako menurut PUBI 1982 pasal 6
antara lain adalah “ permukaan batako harus mulus, berumur minimal satu bulan,
pada waktu pemasangan harus sudah kering, berukuran panjang 400 mm, lebar
200 mm dan tebal 100-200 mm, kadar air 25-35
% dari berat, dengan kuat tekan antara 2-7 N/mm
”.
Sebelum dipakai dalam bangunan, maka batako minimal harus sudah berumur satu
bulan dari proses pembuatannya, kadar air pada waktu pemasangan tidak lebih
dari 15 %. Agar didapat mutu batako yang memenuhi syarat SI banyak faktor yang
mempengaruhi.
Faktor yang mempengaruhi mutu batako tergantung pada :
1. Faktor
air semen
2. Umur
batako
3. Kepadatan batako
4. Bentuk dan struktur
batuan
5. Ukuran agregat, dan lain-lain.
Ada
beberapa keuntungan dan kerugian dalam
penggunaan batako. Keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan batako adalah:
1. Tiap
m2 pasangan tembok, membutuhkan lebih sedikit batako jika dibandingkan dengan
menggunakan batu bata, berarti secara kuantitatif terdapat suatu pengurangan.
2. Pembuatan mudah dan dapat dibuat secara sama.
3. Ukurannya
besar, sehingga waktu dan ongkos juga lebih hemat.
4. Khusus
jenis yang berlubang dapat befungsi sebagai isolasi udara.
5. Apabila
pekerjaan rapi, tidak perlu diplester.
6. Lebih mudah dipotong
untuk sambungan tertentu yang membutuhkan potongan.
7. Sebelum
pemakaian tidak perlu direndam air.
Sedangkan kerugian pemakaian batako adalah
sebagai berikut :
1. Karena proses pengerasannya membutuhkan waktu yang cukup lama
( 3 minggu), maka butuh waktu yang lama
untuk membuatnya sebelum memakainya.
2. Bila diinginkan lebih cepat mengeras perlu ditambah dengan semen,
sehingga menambah biaya pembuatan. 3. Mengingat ukurannya cukup besar, dan proses pengarasannya cukup lama
mengakibatkan pada saat pengangkutan banyak terjadi batako pecah.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan tentang
pengertian batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan yang
pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir,
semen, air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan dengan bahan tambah lainnya
(additive). Kemudian dicetak melalui proses pemadatan sehingga menjadi bentuk
balok-balok dengan ukuran tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa
melalui pembakaran serta dalam pemeliharaannya ditempatkan pada tempat yang
lembab atau tidak terkena sinar matahari langsung atau hujan, tetapi dalam
pembuatannya dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan
sebagai bahan untuk pasangan dinding. Hasil penelitian laboratorium yang pernah
dilakukan untuk batako berumur 28 hari diperoleh : berat fisik rata-rata
sebesar 12,138 kg, densitas rata- rata
sebesar 2,118 gr/c , penyerapan air sebesar 12,876% dan kuat tekan rata- rata
sebesar 1,97 MPa (Darmono, 2009).
Berdasarkan
PUBI 1982, sesuai dengan pemakaiannya batako diklasifikasikan dalam beberapa
kelompok sebagai berikut :
1. Batako dengan mutu A1,
adalah batako yang digunakan untuk konstruksi yang tidak memikul beban, dinding
penyekat serta konstruksi lainnya yang selalu terlindungi dari cuaca luar.
2. Batako
dengan mutu A2, adalah batako yang hanya digunakan untuk hal-hal seperti dalam
jenis A1, tetapi hanya permukaan konstruksi dari batako tersebut boleh tidak
diplester.
3. Batako dengan mutu B1, adalah batako yang digunakan untuk
konstruksi yang memikul beban, tetapi penggunaannya hanya untuk konstruksi yang
terlindungi dari cuaca luar ( untuk konsruksi di bawah atap).
4. Batako
dengan mutu B2, adalah batako untuk konstruksi yang memikul beban dan dapat
digunakan untuk konstruksi yang tidak terlindungi. (Darmono, 2009)
2.2
Klasifikasi Batako
Berdasarkan
PUBI 1982, sesuai dengan pemakaiannya batako diklasifikasikan dalam beberapa
kelompok sebagai berikut : 1. Batako dengan mutu A1,
adalah batako yang digunakan untuk konstruksi yang tidak memikul beban, dinding
penyekat serta konstruksi lainnya yang selalu terlindungi dari cuaca luar. 2. Batako
dengan mutu A2, adalah batako yang hanya digunakan untuk hal-hal seperti dalam
jenis A1, tetapi hanya permukaan konstruksi dari batako tersebut boleh tidak
diplester. 3. Batako dengan mutu B1, adalah batako yang digunakan untuk
konstruksi yang memikul beban, tetapi penggunaannya hanya untuk konstruksi yang
terlindungi dari cuaca luar ( untuk konsruksi di bawah atap). 4. Batako
dengan mutu B2, adalah batako untuk konstruksi yang memikul beban dan dapat
digunakan untuk konstruksi yang tidak terlindungi. (Darmono, 2009)
2.3
Beton Ringan (Lighweight Concrete)
Pembuatan beton ringan pada prinsipnya
membutuhkan rongga didalam beton. Ada beberapa metode yang dapat digunakan
untuk membuat beton lebih ringan adalah sebagai berikut :
1. Dengan
membuat gelembung – gelembung gas /
udara dalam adukan semen sehingga terjadi banyak pori - pori udara di dalam
betonnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan menambah bubuk aluminium
ke dalam campuran adukan beton.
2. Dengan menggunakan
agregat ringan, misalnya tanah liat bakar, batu apung atau agregat buatan sehingga
beton yang dihasilkan akan lebih ringan
dari pada beton biasa.
3. Dengan cara membuat beton tanpa menggunakan butir – butir agregat halus
atau pasir yang disebut beton non pasir.
Keuntungan lain dari beton ringan
antara lain : memiliki nilai tahan panas yang baik, memiliki tahanan suara
(peredam) yang baik, tahan api.
Sedangkan kelemahan beton ringan adalah nilai
kuat tekannya lebih kecil dibandingkan dengan beton normal sehingga tidak
dianjurkan penggunaanya untuk struktural.
Secara garis besar pembagian penggunaan beton ringan dapat dibagi tiga
yaitu ( Tjokrodimuljo,1996) :
1. Untuk non struktur dengan nilai densitas antara 240 – 800 kg/m dan kuat tekan dengan nilai
0,35 – 7 MPa digunakan untuk dinding pemisah atau dinding isolasi.
2. Untuk struktur ringan dengan nilai densitas antara 800 – 1400 kg/m dan kuat tekan dengan nilai 7
– 17 MPa digunakan dengan dinding memikul beban.
3. Untuk struktur dengan nilai densitas antara 1400 – 1800 kg/m dan kuat tekan > 17MPa digunakan sebagai
beton normal.
Pembagian beton ringan menurut penggunaan dan persyaratannya
dibagi atas (wisnu wijanarko. 2008) :
1. Beton dengan berat jenis rendah ( Low Density Concrete)
dengan nilai densitas 240 – 800 kg/m dan nilai kuat tekan 0,35 – 6,9 MPa.
2. Beton dengan menengah ( Moderate Trenght Lighweight Concrete)
dengan nilai densitas 800 – 1440 kg/m dan nilai kuat tekan 6,9 – 17,3 MPa.
3. Beton ringan struktur ( Structural Lighweight Concrete) dengan
nilai densitas 1440 – 1900 kg/m dan nilai kuat tekan > 17,3
MPa
2.4 Bahan Penyusun Batako
Dalam pembuatan batako pada
umumnya bahan yang digunakan adalah pasir, semen dan air. Berikut ini akan
dijelaskan sekilas mengenai bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan batako
2.4.1 Portland Cement (PC)
Semen
adalah bahan yang mempunyai sifat adhesif
dan sifat kohesif yang digunakan
sebagai bahan pengikat (bonding material) yang dipakai bersama dengan batu kerikil,
pasir dan air. Portland semen merupakan bahan utama atau komponen beton
terpenting yang berfungsi sebagai bahan pengikat anorganik dengan bantuan air
dan mengeras secara hidrolik. Semen
Portland adalah material yang mengandung paling tidak 75 % kalsium
silikat (3CaO. dan 2CaO. , sisanya tidak
berkurang dari 5% berupa Al silikat, Al ferit silikat, dan MgO. Pada dasarnya
dapat disebutkan 4 SiO
unsur
yang paling terpenting dari Portland Cement adalah :
1. Trikalsium Silikat
2. Dikalsium Silikat
3. Trikalsium Aluminat
4. Tetrakalsium
Aluminoferit (CAAF) atau 4CaO.Al
Semen portland yang digunakan
sebagai bahan struktur harus mempunyai kualitas yang sesuai dengan ketepatan
agar berfungsi secara efektif. Pemeriksaan dilakukan terhadap yang masih
berbentuk kering, pasta semen yang masih keras dan beton yang dibuat darinya. Sifat
kimia yang perlu mendapat perhatian adalah kesegaran semen itu sendiri. Semakin
sedikit kehilangan berat berarti semakin sedikit kesegaran semen. Dalam keadaan
normal kehilangan berat sebesar 2% dan maksimum kehilangan yang diijinkan 3%.
Kehilangan berat terjadi karena adanya kelembaban dan karbondioksida dalam
bentuk kapur bebas atau magnesium yang menguap.
2.4.2 PASIR
Pasir merupakan
bahan pengisi yang digunakan dengan semen untuk membuat adukan. Selain itu juga
pasir berpengaruh terhadap sifat tahan susut, keretakan dan kekerasan pada
batako atau produk bahan bangunan campuran semen lainnya.
Pada pembuatan batako ringan
ini digunakan pasir yang lolos ayakan kurang dari 5 mm (ASTM E 11-70) dan harus
bermutu baik yaitu pasir yang bebas dari lumpur, tanah liat, zat organik, garam
florida dan garam sulfat. Selain itu juga pasir harus bersifat keras, kekal dan
mempunyai susunan butir ( gradasi) yang baik.
Menurut Persyaratan
Bangunan Indonesia agregat halus sebagai campuran untuk pembuatan beton
bertulang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Pasir harus terdiri dari butir-butir kasar, tajam dan keras.
2. Pasir harus mempunyai kekerasan yang sama.
3. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%, apabila lebih
dari 5% maka agregat tersebut harus dicuci dulu sebelum digunakan. Adapun yang
dimaksud lumpur adalah bagian butir yang melewati ayakan 0,063 mm.
4. Pasir harus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak.
5. Pasir harus tidak mudah terpengaruh oleh perubahan cuaca.
6. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat untuk beton. (Wijanarko, W.2008)
2.4.3 AIR
Air yang
dimaksud disini adalah air yang digunakan sebagai campuran bahan bangunan,
harus berupa air bersih dan tidak mengandung bahan-bahan yang dapat menurunkan
kualitas batako. Menurut PBI 1971 persyaratan dari air yang digunakan sebagai
campuran bahan bangunan adalah sebagai berikut:
a. Air untuk
pembuatan dan perawatan beton tiak boleh mengandung minyak, asam alkali,
garam-garam, bahan-bahan organik atau bahan lain yang dapat merusak dari pada
beton.
b. Apabila
dipandang perlu maka contoh air dapat dibawa ke Laboratorium Penyelidikan Bahan
untuk mendapatkan pengujian sebagaimana yang dipersyaratkan.
c. Jumlah
air yang digunakan adukan beton dapat ditentukan dengan ukuran berat dan harus
dilakukan setepat-tepatnya.
Air
yang digunakan untuk proses pembuatan beton yang paling baik adalah air bersih
yang memenuhi syarat air minum. Jika dipergunakan air yang tidak baik maka
kekuatan beton akan berkurang.
Air yang digunakan dalam proses pembuatan beton
jika terlalu sedikit maka akan menyebabkan beton akan sulit dikerjakan, tetapi
jika air yang digunakan terlalu banyak maka kekuatan beton akan berkurang dan
terjadi penyusutan setelah beton mengeras.(Wijanarko, W. 2008)
2.4.4 Sabut
Sabut
kelapa mempunyai struktur yang serupa dengan peredam yang telah ada. Di sisi
lain, kelapa dihasilkan di Indonesia dalam jumlah besar. Menurut Direktorat
Jenderal Perkebunan tahun 1997, areal perkebunan kelapa di Indonesia mencapai
luas 3.759.397 ha. Dan menurut humas Departemen Pertanian, produksi kelapa di
Indonesia pada tahun 2002 mencapai 85 juta ton kelapa kering (kopra). Dari hasil
panen kelapa yang melimpah di Indonesia, tentunya akan dihasilkan produk
sampingan berupa sabut kelapa yang sangat melimpah. Karena sabut kelapa yang
dihasilkan dari sebuah Kelapa adalah sekitar 35% berat buah. Namun, belum semua
sabut kelapa yang ada dimanfaatkan dengan optimal. Sabut kelapa mengandung lemak yang dapat
membuat ikatan antara semen, pasir dan air dengan sabut kelapa menjadi tidak
kuat sehingga dapat membentuk pori pada batako. Untuk itu diperlukan cairan
NaOH atau alkohol untuk dapat melepaskan lemak pada sabut kelapa tersebut.
Cukup sekian yang bisa saya paparkan dan terima kasih atas kunjungan anda ...gbu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar