MODUL 1
BANGUN KAYU, SIFAT FISIK DAN HIGROKOSPIS KAYU
A.
PENDAHULUAN
Indonesia
adalah Negeri yang sangat kaya akan kayu, baik dalam jenisnya maupun kaya dalam
arti kwantitasnya. Di negeri kayu terutama di Amerika dan Swedia pada bangunan gedung
yang besar pemakaian kayu sebagai konstruksi penahan banyak menggantikan besi
dan beton bertulang. Rata-rata konstruksi kayu dengan daya dukung yang sama,
harganya ± 25% sampai 40% lebih murah dari pada konstruksi baja atau beton
bertulang.
Dengan
pengetahuan tentang dasar-dasar bangunan kayu serta sifat-sifatnya dan
penelitian-penelitian oleh para ahli, pemakaian kayu akan dapat lebih dihemat.
Untuk itu maka modul ini akan mempelajari mengenai sifat-sifat kayu. Pembahasan
mengenai sifat-sifat kayu akan dibagi dalam dua modul, yakni pada modul 1 dan
modul 2.
Modul 1 terdiri dari tiga bagian, yang mencakup: (1) Bangun
kayu, (2) Sifat Fisik, (3) Sifat higroskopik. Kegiatan belajar mahasiswa dalam
modul ini terdiri 4 kegiatan pembelajaran: (1) Uraian materi pembelajaran, (2)
Rangkuman, (3) Latihan, (4) Tes
Kompetensi khusus yang akan dicapai
setelah mahasiswa mempelajari modul ini adalah:
1) Menjelaskan
bangun kayu
2) Menjelaskan
sifat fisik kayu
3) Menjelaskan
sifat higroskopik kayu
B. PENYAJIAN
B.1. BANGUN
KAYU.
Untuk mengetahui sifat-sifat kayu sebagai bahan
bangunan, terlebih dahulu perlu dimengerti bangun (stuktur) dari pada kayu.
Sifat-sifat kayu ada beberapa macam yaitu :
1. Sifat fisik
Ø pengaruh temperatur
Ø daya hantar panas
Ø sifat-sifat listrik
2. Sifat hygroscopik
Ø kadar lengas
Ø kembang susut
3. Sifat mekanik
Ø Hubungan arah serat dengan
arah gaya
Ø Pengaruh angka rapat
Ø Pengaruh kadar lengas kayu
Ø Pengaruh cara dan lamanya
pembebanan
Ø Pengaruh penyimpangan arah
serat
Ø Pengaruh penyimpangan arah
gaya dan arah serat
Ø Pengaruh mata kayu dan
cacat lainnya
Ø Sifat batang batang desak.
1.
Tampang Melintang Pohon

Gambar 1. Tampak Melintang Pohon
(1)
Kulit Luar (outer bark): Lapisan yang berada paling luar
dalam keadaan kering berfungsi sebagai Pelindung bagian-bagian di sebelah
dalamnya.
(2)
Kulit dalam (inner bark) Lapisan yang
berada di sebelah dalam kulit luar yang bersifat basah dan lunak (getah)
berfungsi mengangkut bahan makanan dari daun-daun ke bagian-bagian bawah
lainnya. Sebuah lapisan yang sangat tipis (tebalnya hanya berukuran
mikroskopik).
(3)
Kambium: Lapisan yang berada di
sebelah dalam kulit dalam dan bagian ini ke arah luar menghasilkan sel-sel
jangat (kulit) serta ke dalam menambah sel-sel kayu. Sel-sel yang melingkari
lapisan kambium tetap mempunyai daya berkembang biak dengan membelah diri. Yang
pertama akan berada di bagian luar pohon, yang lambat laun menjadi sel-sel yang
mati, kemudian jatuh sebagai serpihan-serpihan, sedangkan di sebelah dalam
terjadi sel-sel kayu. Sel-sel ini mempunyai isi sel yang hidup dan makanan
cadangan. Sel-sel dalam ini akan menjadi serat kayu yang menambah kekokohan
kayu.
(4)
Kayu Gubal (sap wood) Warna ini
keputih-putihan, berfungsi sebagai pengangkut air berikut zat bahan makanan
dari tanah ke daun-daun, kemudian akan
dibagi-bagikan kebagian lain yang membutuhkan, dan juga sebagai tempat
penyimpanan makanan. Kayu gubal ini
lambat laun akan berubah menjadi kayu- kayu yang keras.
(5)
Kayu Teras (heart wood) Bagian ini
tadinya berasal dari kayu gubal, yang tak bekerja lagi. Warna kayunya agak
lebih tua dari pada kayu gubal dan
mempunyai kekuatan mekanis yang tinggi sehingga merupakan penumpu bagi
berdirinya pohon.
(6)
Hati Kayu (pitch) Bagian ini berada paling dalam yang
mempunyai umur paling tua jika dibandingkan dengan bagian lapisan lainnya,
karena hati ini ada dari sejak permulaan kayu itu tumbuh, dan biasanya untuk
menentukan suatu jenis pohon. Sel-sel yang membentuk kayu itu bentuknya seperti
pipa dan sebagian besar arah memanjang sejajar arah memanjang batang.
(7)
Jari-jari Teras (wood rays)
Sel-sel yang berarah tegak lurus terhadap serat kayu, arah radial yang
bertugas mengangkut makanan kearah radial dan juga sebagai tempat penyimpanan
makanan.
(8)
Lingkaran Tahun: Biasanya juga disebut
gelang-gelang tahunan yang dapat menunjukkan umur dari pohon. Diperkirakan tiap
tahun terbentuk satu gelang tahunan. Pada musim hujan sel-sel kayu itu membesar
karena banyak air dan bahan makanan dan pada musim kemarau sel-sel kayu
menyusut. Dalam perubahan sel-sel ini akan membentuk lingkaran
2.
Jenis Pohon
Pohon-pohon dapat
digolongkan menjadi 2 golongan besar yaitu :
Ø Kayu lunak (softwood)
Ø Kayu keras (hardwood)
Tetapi pemberian nama ini kurang tepat karena dalam
golongan kayu lunak, terdapat kayu keras sedang dari golongan kayu keras
terdapat kayu lunak.
Cara penggolongan lain ialah :
Ø Pohon berdaun seperti
jarum (naaldhout)
Ø Pohon berdaun lebar (loofhout)
Penggolongan inipun kurang tepat pula, karena kayunya sukar
dibeda-bedakan.
Penggolongan yang paling tepat untuk membedakan kayu lunak dan kayu keras
ialah:
Ø Pohon yang berpori dan
Ø Pohon yang tidak berpori.
3.
Sel Kayu


Macam-macam sel kayu.
Ada beberapa macam sel
kayu yang terdapat di dalam :
a.
Pada kayu Lunak :
Ø Tracheids ini merupakan bagian
terbesar pada kayu lunak. Arahnya memanjang sejajar dengan arah sumbu batang
pohon, panjangnya ± 2mm – 7mm, garis tengahnya ± 1/100 x panjangnya. Ujungnya runcing yang berfungsi
untuk mengangkut bahan makanan.
Ø Parenchyma garis tengahnya sama
dengan tracheids tetapi lebih pendek dalam arah memanjang. Sinar sumsum
dibentuk oleh sel-sel ini yang berfungsi untuk mengangkut makanan kearah radial
juga sebagai penyimpanan persediaan makanan.
Ø Pipa Damar (resinduct), pada waktu kayu
masih muda, serat-serat itu berlekatan
sesamanya, sehingga tidak ada ruang antara, setalah berumur, yaitu di
gelang-gelang tahun yang sudah lama, serat-serat itu tak berlekatan lagi,
karena ada ayang menyusut dan timbullah lubang-lubang memanjang yang disebut
ruang intersllulair. Mula-mula ruang ini berisi udara, tetapi lama-lama akan
terisi semacam dammar (resin, hars) yang dinamakan pipa dammar.
b.
Pada kayu Keras :
Ø Serat (fibers) ini merupakan bagian terbanyak pada
kayu keras panjangnya ± 0,6 mm-3 mm, dan dinding tampangnya lebih tipis.
Ø Parenchyma serupa dengan kayu lunak, yaitu membentuk jari-jari teras.
Ada juga yang berarah sejajar dengan arah batang. Jumlah jari-jari teras pada
kayu keras lebih banyak, jadi disini terdapat lebih banyak parenchyma dari pada
kayu lunak.
Ø Pori atau pipa-pipa (bejana).
Karena kayu keras lebih tinggi tingkatan hidupnya dari pada kayu lunak,
ia mempunyai sel-sel istimewa yang disebut pori atau pipa yang berfungsi untuk
mengantar bahan makanan. Tampangnya lebih besar dari pada sel-sel biasa.
Bentuknya hampir seperti silinder dan terletak bertumpukan merupakan pipa
panjang.
Jadi perbedaan antara kayu
lunak dan kayu keras sebagaimana ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel
1. Perbedaan Antara Kayu Lunak Dan Kayu Keras
Perbedaan
antara
|
|
Kayu
Lunak
|
Kayu
Keras
|
- Pipa-pipa dammar
- Tak berpori (non porous)
|
- Pipa-pipa
- Pori-pori atau pipa
- Berpori (porous)
|
4.
Pertumbuhan Sel
Seperti
yang telah dijelaskan di atas, bahwa pertumbuhan sel terjadi di lapisan
kambium, dimana sel induk bertumbuh, membelah diri dan bertumbuh lagi, sel
induk terdiri dari dinding sel yang tipis dan berisi protoplasma yang berisi bahan-bahan untuk membentuk kayu.
Setelah
sel induk menjadi cukup besar, intinya membelah diri menjadi 2 bagian pada arah
memanjang. Salah satu dari belahan itu membelah diri lagi, sedang yang satu
lagi menjadi kulit luar atau sel kayu, hal ini tergantung dari pada letaknya
dan kebutuhan pohon tersebut.
Menurut rumus kimia, kayu terdiri dari :
Ø Selulosa ±
60 %
Ø Lignin ±
28 %
Ø Zat –zat lain seperti zat
gula dan sebagainya ±
12 %
Dinding sel terbentuk sebagian besar oleh selulosa dengan rumus kimia (C6H10O5
) X, tetapi besarnya tidak tertentu seperti yang dinyatakan dengan
huruf X, dan besarnya X kira-kira beberapa ribu, tetapi tidak konstan.
Lignin adalah suatu campuran
zat-zat organik, tetapi sampai sekarang belum diketemukan komposisinya atau
bangunnya.
Jumlah zat karbon (C), zat air (H2) dan zat oksigen (O2)
yang terkandung di dalamnya telah diketahui orang, tetapi ini saja belum
mencukupi untuk mengenal lignin.
Pada
waktu sekarang merupakan soal yang penting sekali untuk perusahaan selulosa dan
pabrik kertas, karena lignin yang jumlahnya ± 28 % itu merupakan benda terbuang
saja.
5.
Gelang Tahun


Lapisan
yang merupakan gelang atau cincin itu disebut gelang tahun, tebalnya
berbeda-beda menurut:
Ø Macamnya kayu
Ø Keadaan tanah dimana pohon
itu tumbuh
Ø Keadaan musim
Ø Iklim dan sebagainya.
Umumnya
tebal antara 0,5 mm – 12 mm untuk batang pohon yang berpuncak runcing; setiap
gelang tahun merupakan kerucut pada batang pohon. Jadi umurnya pohon hanya
dapat diketahui dari tampangnya bagian bawah saja. Pada umumnya tebal gelang
tahun itu semakin luar semakin besar. Tetapi ada beberapa pohon (grenenhout) yang bagian terluar menjadi
tipis lagi.
Mutu
kayu dipengaruhi pula oleh tebalnya gelang tahun, semakin tipis semakin kuat,
karena lapisan tipis berarti sel-sel kecil, sehingga diding sel relative tebal.
Untuk daerah-daerah yang tidak mengalami perbedaan banyaknya hujan di dalam
musim hujan dan kemarau (misalnya Jawa Barat), maka gelang tahun sukar dilihat.
6.
Mata Kayu
Di
tempat-tempat pertemuan batang kayu dan dahan timbullah bagian-bagian, yang
berbentuk bulat dan tua warnanya yang dinamakan mata kayu. Setiap pohon selalu
ada mata kayunya dan menyusahkan di dalam penggunaan kayu itu. Pengaruh mata
kayu terhadap kekuatannya, tergantung dari pada macamnya konstruksi, apakah
sebagai batang tarik atau batang tekan atau sebagai balok yang terlentur.

Karena
arah serat itu tidak lurus, maka kekuatan kayu akan berkurang. (akan dibahas
lebih lanjut oleh kelompok berikutnya pada sifat-sifat mekanis dari pada kayu).

Ada 2 mata kayu yaitu :
Ø Mata kayu yang masih sehat
bersatu padu dengan batangnya.
Ø Mata kayu yang sudah mati,
apabila dikerjakan akan terlepas sendiri.
B.2 SIFAT FISIK
Sifat
fisik penting yang perlu diketahui dari setiap kayu adalah berat jenis (BJ),
kadar air, kerapatan, dan persen penyusutan. Sifat fisik tersebut berpengaruh
terhadap jenis kualitas kayu, meskipun sifat-sifat lainnya juga ada pengaruhnya
seperti: arah serat, tekstur, warna, keawetan, kesan raba serta bau dan rasa.
·
Berat jenis suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu,
rongga sel, kadar air dan zat ektraktif di dalamnya. Barat suatu jenis kayu
berbanding lurus dengan BJ-nya. Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda
berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu biasa) sampai BJ 1,28 (kayu nani). Umumnya
BJ kayu yang besar, kayu tersebut semakin berat dan akan memperbesar pula kekuatan
kayu tersebut. Sedangkan kayu yang mempunyai BJ semakin rendah akan mempunyai
kekuatan yang relatife barkurang. Selain itu, untuk kayu yang memiliki BJ
cenderung rendah, pemanfaatannya dalam bidang konstruksi hanya terbatas pada
konstruksi ringan di bawah atap.
·
Jenis kayu yang memiliki jenis kadar air yang tinggi setelah
ditebang tidak dapat langsung dipergunakan untuk kayu olahan. Hal ini
disebabkan karena kayu masih dalam keadaan basah sehingga sangat mudah terkena
jamur ataupun serangga perusak kayu. Kayu yang masih basah juga akan
menyulitkan dalam pengerjaan khususnya dalam hal pengetaman dan penggergajian.
·
Angka rapat ialah hasil bagi berat kering tungku (oven dry) dan isi potongan kayu itu.
Kayu yang memiliki kerapatan tinggi cenderung lebih kuat dan kaku dibandingkan
kayu yang mempunyai kerapatan rendah.
·
Perbandingan persen penyusutan arah tangensial dengan persen
penyusutan arah radial akan menghasilkan nilai T/R.
·
Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari
unsur-unsur parusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan
kayu tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif di dalam kayu yang merupakan
unsur racun bagi perusak kayu. Zat ekstraktif tersebut terbentuk pada saat kayu
gubal berubah menjadi kayu teras sehingga pada umumnya kayu teras lebih awet
dari kayu gubal.
·
Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbuh
batang pohon. Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu,
serat berombak, serat terpilin, dan serat diagonal.
·
Tekstur adalah ukuran relative sel-sel kayu. Berdasarkan
teksturnya, kayu digolongkan ke dalam: kayu bartekstur halus, (contoh: giam,
kulim dll), kayu bertekstur sedang, (contoh: jati, sonokeling dll), kayu
bertekstur kasar, (contoh: kempas, meranti dll)
·
Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat pengisi
warna dalam kayu yang berbeda-beda.
·
Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba
permukaan kayu (kasar, halus, licin, dingin, berminyak dll). Kesan raba tiap
jenis kayu berbeda-beda tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat
ekstrakfif dalam kayu.
·
Bau dan rasa mudah hilang bila kayu lama tersimpan di udara
terbuka. Beberapa jenis kayu mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan
bau kayu tersebut, sering digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal
misalnya bau bawang (kulim), bau zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.
1.
Pengaruh Temperatur
Seperti
yang kita ketahui, kayu dapat menyerap dan melepaskan air atau kelembaban.
Menurut Dumanauw (1990) menyatakan, kelembaban kayu sangat dipengaruhi oleh
kelembaban dan suhu udara (temperature) pada suatu tempat. Makin lembab udara
di sekitarnya akan semakin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai
keseimbangan dengan lingkungannya. Masuk dan keluarnya air dari kayu akan
mengakibatkan kayu tersebut mengembang atau menyusut. Tetapi pengaruh
temperature ini tidak begitu penting atau besar seperti pengaruh perubahan
kadar lengas. Pada temperature biasa, angka suai linier (λℓ) kayu
dalam arah sejajar serat adalah rendah sekali dibandingkan dengan λℓ
besi dll. Untuk arah tegak lurus serat adalah besar, tetapi lebih besar lagi
pengaruhnya karena pengaruh kadar lengas kayu, sehingga untuk arah tegak lurus
serat akibat perubahan temperature λℓ dapat diabaikan. Di bawah ini
adalah daftar nilai λℓ untuk berbagai-bagai benda.
Tabel
2. Daftar Nilai λℓ Untuk Berbagai-bagai Benda
Bahan
|
λ ℓ
|
|
Alumunium
Beton
Gelas
Kayu Rata – Rata
![]() ![]() ![]() ![]()
Baja
Batu merah
|
23
10
8
1
56
12
12
|
20-6
“
“
“
“
“
“
|
2.
Daya Hantar Panas
Kayu
adalah berpori artinya banyak mengandung kantong-kantong berisi hawa yang tidak
bergerak. Oleh karena itu, baik sekali untuk dipakai sebagai bahan sekat.
Banyaknya pori tersebut tergantung dari pada angka rapat kayu, dan karena
semakin banyak ruang hawa tersebut semakin baik daya rekatnya, maka jenis-jenis
kayu dengan angka rapat kecil lebih baik daya rekatnya. Tabel di bawah ini
menunjukkan daya hantar panas yang bermacam-macam benda dan diukur dalam
kg.cal/m.j.0°. daya hantar panas ialah banyaknya panas (cal) yang diteruskan
dalam banda itu tiap-tiap satuan luas (cm2) dalam waktu (detik) pada perbedaan
temperature 1°c pada jarak satuan panjang. Satuannya cal/det.cm.c°
Tabel
3. Daya Hantar Panas k
Bahan
|
λ1
|
Batu merah
Beton
![]() ![]() ![]() ![]()
Gelas
Besi
Seng
|
0,35
0,56
0,10
0,03
0,8
40 -50
95
|
Perlu
diingat bahwa daya hantar panas k untuk kayu umumnya sebanding dengan angka
rapat. Lagi pula k ini semakin besar apabila kadar lengas kayu bertambah besar.
3.
Sifat-Sifat Listrik
Pada
umumnya, kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik. Daya
hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar air 0 kayu akan
menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu
mengandung air maksimum (kayu basah), maka daya hantarnya boleh dikatakan sama
dengan daya hantar air. Sifat ini yaitu: kadar lengas berpengaruh besar
terhadap daya hantar kayu, dipergunakan orang untuk membuat alat untuk mengukur
kadar lengas kayu. Perkakas ini mempunyai dua buah ujung terbuat dari bahan
metal, yang akan ditusukkan (dengan palu) ke dalam kayu. Semakin tinggi kadar
lengas, semakin besar daya hantarnya.
B.3. SIFAT
HIGROSKOPIK
1.
Kadar Lengas
Kayu berlainan dengan tubuh manusia. Tubuh manusia peka terhadap penambahan
derajat panas, sebaliknya tidak peka terhadap lengas udara. Berbeda dengan
manusia kayu tidak begitu peka terhadap derajat panas, sebaliknya peka terhadap
lembab udara.
Perubahan kadar
lengas kayu mengakibatkan mengembang dan menyusutnya kayu atau juga disebut kayu itu
mengerja dan disamping itu mempengaruhi sifat-sifat fisik atau mekanik katyu.
Sel-sel kayu
mengandung air, sebagian disebut air bebas (free
water) yang mengisi ruangan sel dan dan sebagian lagi disebut air ikat (imbidet water) yang menembus dinding sel dan
kemudian ditahan oleh pori-pori dinding-dinding sel. Apabila kayu mengering air
bebas keluar telebih dahulu kemudian barulah air ikat meninggalkan
dinding-dinding sel jadi kayu terus mengering.
Pada saat air-bebas telah habis, keadaan
itu disebut titik jenuh serat (fiber-saturation
point). Kadar lengas pada saat itu
kira-kira 25 sampai 30%, tergantung dari pada jenis kayu; dan untuk kayu
jati = 28%. Apabila kayu mengering di bawah titik-jenuh seratnya, dinding sel
menjadi semakin padat, akibatnya serat-seratnya menjadi kuat dan kokoh. Jadi
turunnya kadar lengas kayu mengakibatkan bertambahnya kekuatan kayu.
Hubungan
kadar lengas kayu dan lembab udara.
Kayu akan selalu berusaha untuk
mencapai keseimbngan dengan keadaan sekitarnya. Kayu akan mengisap air dari
udara atau akan mengeluarkan sebagian air yang dikandungnya, hal ini tergantung
dari pada kadar lengas udara di sekelilingnya. Daya hisap juga dipengaruhi oleh
temperature pada saat itu. Tetapi pengaruh ini tidak sebesar pengaruh lembab
udara.

Gambar
5. Hubungan Antara Kadar Lengas Kayu (u), derajat panas (0c ) dan
lembab udara (Uu).
Diagram ini menunjukkan hubungan
antara kadar lengas kayu (u), derajat panas (0c) dan lembab udara (Uu).
besarnya U berubah banyak karena penambahan Uu apabila temperature
tetap. Sebaliknya u berubah tidak banyak karena perubahan temperatur dengan Uu
yang tetap (konstan). Waktu yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan itu
sukar sekali untuk ditentukan. Maka pemilihan kadar lengas kayu adalah penting
untuk berbagai-bagai maksud di dalam suatu konstruksi. Sebagai contoh kayu yang
dipergunakan untuk membuat jembatan, kadar lengasnya tidak perlu serendah kayu
yang akan dipakai untuk membuat perkakas rumah tangga seperti meja, kursi, dan lemari. Untuk pekerjaan yang tidak
terlindung seperti jembatan, tempat duduk
di lapangan olah-raga, kayu yang akan digunakan yaitu kayu kering hawa
(± 18%) adalah tepat.
Tabel 4. Kadar Lengas Kayu
Yang Cocok Untuk Bermacam-Macam Konstruksi
Konstruksi
|
Kadar lengas
|
Alat-alat
pertanian, jembatan, pagar-pagar dan sebagainya.
|
18 %
|
Meja,
kursi untuk kebun, kuda-kuda yang terlindung.
|
16%
|
Perkakas
rumah seperti tempat tidur, meja, kursi dan sebagainya.
|
12%
|
Radio
|
6-8%
|
2.
Kembang-susut
Kayu akan mengembang bila
kadar lengasnya bertambah (t0 = constan) dan menyusut bila kadar
lengasnya berkurang. Tetapi besarnya kembang-susut itu tidak sama di dalam
berbagai-bagai arah. Kita membedakan 3 macam
arah, yaitu arah tangensial (searah dengan garis singgung), arah radial
(menuju ke pusat), dan arah axial (searah dengan arah panjang batang). Untuk
semua jenis kayu kembang-susut itu dipengaruhi oleh derajat panas dan angka
rapat kayu, dan rata-rata besarnya adalah sebagai berikut:
Tangensial:
|
4
/ 14 %
|
Radial:
|
2
/ 8 %
|
Axial:
|
0,1
/ 0,2 %
|
Volumetrik:
|
7
/ 21 %
|
Untuk kayu jati, yang
termasuk kayu yang stabil angka-angka itu sebagai berikut:
Tabel
5. Kadar Lengas Kayu
Arah
|
Kadar lengas
|
||
2,7 %
|
7 %
|
21,7 %
|
|
Tangensial
|
0,74
|
2,6
|
6,3
|
Radial
|
0,36
|
1,5
|
3,1
|
Axial
|
0,14
|
0,14
|
0,29
|
Volumetrik
|
1,14
|
4,5
|
9,9
|

Gambar 6. Penyusutan-Penyusutan Pada
Tampang Kayu
Yang Akan Digergaji
Susutnya kayu menyebabkan
berbagai-bagai cacat pada kayu, terutama sekali pecah-pecah atau sobek-sobek
pada muka kayu. Bila air meninggalkan muka kayu, lapisan-laisan luar menyusut
akan menyebabkan timbulnya tegangan tarik, sedangkan lapisan di sebelah dalam
menghalang-halangi penyusutan tersebut, sehingga terjadilah tegangan desak.
Karena kayu tidak begitu tahan akan tegangan tarik pada arah tegak lurus serat,
maka apabila tegangan tarik tersebut begitu besar hingga melebihi kekuatan
serat, akan timbullah retak-retak kecil pada muka kayu. Air lebih mudah menguap
dalam arah sejajar arah serat. Oleh karena itu pada kedua ujung batang kayu
akan sering kita dapati retak-retak tersebut.
B.
PENUTUP
C.1.
RANGKUMAN
Sifat-sifat kayu ada beberapa macam
yaitu :
1. Sifat fisik
Ø pengaruh temperatur
Ø daya hantar panas
Ø sifat-sifat listrik
2. Sifat hygroscopik
Ø kadar lengas
Ø kembang susut
3. Sifat mekanik
Ø Hubungan arah serat dengan
arah gaya
Ø Pengaruh angka rapat
Ø Pengaruh kadar lengas kayu
Ø Pengaruh cara dan lamanya
pembebanan
Ø Pengaruh penyimpangan arah
serat
Ø Pengaruh penyimpangan arah
gaya dan arah serat
Ø Pengaruh mata kayu dan
cacat lainnya
Ø Sifat batang batang desak.
Dengan pengetahuan tentang
sifat-sifat kayu dan penelitian-penelitian oleh para ahli, maka pemakaian kayu dalam
konstruksi akan dapat lebih optimal dan ekonomis.
C.2.
LATIHAN
Dosen memberikan pertanyaan
lisan kepada mahasiswa untuk menyebutkan nama-nama kayu yang mereka kenal di
sekitar mereka, dan menghubungkannya dengan: jenis kayu tersebut dan bagaimana
pengamatan mereka terhadap sifat-sifat kayu.
C.3. TES DAN
KUNCI
TES
1. Sebutkan
sifat-sifat kayu yang anda ketahui.
2. Gambarkan
dan jelaskan mengenai tampang melintang sesuai struktur kulit kayu tersebut:
3. Sebutkan
dan jelaskan tentang sifat fisik penting yang perlu diketahui dari kayu.
KUNCI
1.
Sifat-sifat kayu ada beberapa macam yaitu:
o Sifat fisik, yang
dipengaruhi oleh: pengaruh temperatur, daya hantar panas dan sifat-sifat
listrik
o
Sifat hygroscopic, yang meliputi: kadar lengas dan kembang susut
o
Sifat mekanik, dipengaruhi oleh: Hubungan arah serat dengan arah gaya,
Pengaruh angka rapat, Pengaruh kadar lengas kayu, Pengaruh cara dan lamanya
pembebanan, Pengaruh penyimpangan arah serat, Pengaruh penyimpangan arah gaya
dan arah serat, Pengaruh mata kayu dan cacat lainnya, serta Sifat batang batang
desak.
2.
Penampang
melintang dari kayu, adalah sebagai berikut:

(1)
Kulit Luar (outer bark) : Lapisan yang berada
paling luar dalam keadaan kering berfungsi sebagai pelindung bagian-bagian di sebelah
dalamnya.
(2)
Kulit dalam (inner bark) Lapisan yang
berada di sebelah dalam kulit luar yang bersifat basah dan lunak (getah)
berfungsi mengangkut bahan makanan dari daun-daun ke bagian-bagian bawah
lainnya.
(3)
Kambium: Lapisan yang berada di
sebelah dalam kulit dalam dan bagian ini ke arah luar menghasilkan sel-sel jangat
(kulit) serta ke dalam menambah sel-sel kayu.
(4)
Kayu Gubal (sap wood) Warna ini
keputih-putihan, berfungsi sebagai pengangkut air berikut zat bahan makanan
dari tanah ke daun-daun, kemudian akan dibagi-bagikan kebagian lain yang
membutuhkan, dan juga sebagai tempat penyimpanan makanan.
(5)
Kayu Teras (heart wood), mempunyai
kekuatan mekanis yang tinggi sehingga merupakan penumpu bagi berdirinya pohon.
(6)
Hati Kayu (pitch) hati ini ada dari
sejak permulaan kayu itu tumbuh, dan biasanya untuk menentukan suatu jenis
pohon.
(7)
Jari-jari Teras (wood rays)
Sel-sel yang berarah tegak lurus terhadap serat kayu, arah radial yang
bertugas mengangkut makanan kearah radial dan juga sebagai tempat penyimpanan
makanan.
(8)
Lingkaran Tahun: Biasanya juga disebut
gelang-gelang tahunan yang dapat menunjukkan umur dari pohon. Diperkirakan tiap
tahun terbentuk satu gelang tahunan.
3. Sifat fisik penting yang
perlu diketahui dari setiap kayu adalah berat jenis (BJ), kadar air, kerapatan
dan persen penyusutan. Sifat fisik tersebut berpangaruh terhadap jenis kualitas
kayu, meskipun sifat-sifat lainnya juga ada pengaruhnya seperti: arah serat,
tekstur, warna, keawetan, kesan raba serta bau dan rasa.
DAFTAR PUSTAKA
1. ANONIMOUS,
1961. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
(PPKI) NI-5. Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan: Bandung
2. DUMANAUW,
J.F, 1982. Mengenal Kayu. Penerbit
Gramedia: Jakarta
3. FRICK,
HEINZ, 1980. Ilmu Konstruksi Bangunan. Penerbit
Kanisius: Jogjakarta
4. TJOA
PWEE HONG dan DJOKOWAHJONO, F.H. 1996. Konstruksi
Kayu. Penerbit Universitas Atma Jaya: Jogjakarta
5. YAP,
FELIX. 1984. Konstruksi Kayu. Penerbit
Bina Cipta: Bandung
SENARAI
outer bark
|
=
|
kulit luar;
lapisan yang berada paling luar
|
inner bark
|
=
|
kulit dalam;
lapisan yang berada disebelah dalam kulit luar yang bersifat basah dan lunak
|
sap wood
|
=
|
kayu gubal
|
heart wood
|
=
|
kayu teras
|
pitch
|
=
|
hati kayu
|
wood rays
|
=
|
jari-jari
teras
|
Softwood
|
=
|
Kayu lunak
|
Hardwood
|
=
|
Kayu keras
|
Lignin
|
=
|
zat rekat pada kayu
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar