Sabtu, 17 Oktober 2015

”PERILAKU MEKANIK BALOK DENGAN TULANGAN ROTAN PADA PENGUJIAN LENTUR BETON BERTULANG”



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah
Perkembangan rekayasa dalam bidang teknik sipil pada saat ini terasa begitu cepat, yaitu beton sebagai salah satu unsur teknik sipil yang selalu mengalami perkembangan. Beton merupakan salah satu unsur yang penting, mengingat fungsinya sebagai salah satu pembentuk struktur yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Keadaan ini dapat dimaklumi, karena sistem konstruksi beton mempunyai banyak kelebihan bila dibandingkan dengan bahan lain, misalnya mempunyai kuat tekan tinggi, dapat mengikuti bentuk bangunan secara bebas, tahan terhadap api dan biaya perawatannya relatif lebih murah.
Beton bermutu tinggi dan berkinerja tinggi, saat ini merupakan material bangunan yang sudah banyak digunakan dalam pekerjaan struktur bangunan modern. Beton adalah material yang hampir ada pada setiap aspek kehidupan sehari – hari yang dijumpai, baik secara langsung maupun tidak langsung. Struktur yang terbuat dari beton antara lain; lantai, atap, pelat lantai jembatan, dan bangunan gedung-gedung bertingkat, untuk itu beton bermutu tinggi dalam berbagai hal dapat memenuhi permintaan atas efisiensi bangunan, menurunkan biaya bangunan dan mengurangi pemeliharaan.
Beton yang baik adalah beton yang memenuhi syarat peraturan beton Indonesia dan menjamin bangunan tersebut tahan lama, sesuai target yang diinginkan. Tinggi rendahnya nilai kekuatan beton sangat tergantung dari kualitas bahan-bahan pembentuk beton yaitu air, semen dan agregat. Disamping itu kekuatan tersebut harus disesuaikan dengan kondisi atau pencampuran beton dalam konstruksi, karena apabila dalam pelaksanaan ternyata mengalami kerusakan dalam pencampuran maka akibatnya nilai kekuatan beton akan menurun. Beton didefenisikan sebagai campuran antara semen Portland atau semen hidrolik lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk masa padat (SNI 03-2847-2002).
Penggunaan beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal. Beton memiliki beberapa kelebihan antara lain: kuat desaknya relatif tinggi, mudah dibentuk sesuai keinginan, perawatannya murah dan dapat dikombinasikan dengan bahan lain. Di sisi lain, beton memiliki sifat yang getas (brittle), sehingga secara praktis kemampuan untuk menahan tegangan tarik relatif kecil. Oleh sebab itu digunakan tulangan sebagai penahan kuat tarik beton yang dinamakan beton bertulang.
Seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan penduduk maka kebutuhan penggunaan beton bertulang sebagai komponen utama dalam pembangunan perumahan akan semakin meningkat pula. Salah satu bahan utama dari beton adalah tulangan baja. Tulangan baja ini dibentuk dan diproduksi menggunakan bahan mentah utamanya berupa bijih besi, yang ketersediaan di alam memiliki batas, dikarenakan unsur bahan mentah bijih besi ini merupakan bahan tambang yang tidak dapat diperbaharui.
Penggunaan beton bertulang dalam pembangunan membutuhkan biaya yang tinggi. Pembangunan dengan biaya yang lebih terjangkau dan tidak mengurangi kekuatan bangunan menimbulkan fenomena yang cukup menarik untuk diteliti. Bahan-bahan yang unggul menjadi prioritas utama dalam penggunannya sebagai bahan bangunan sehingga mengakibatkan ketersediaannya yang terbatas dan mahal. Peningkatan kebutuhan tulangan baja ini nantinya akan menimbulkan dampak negatif berupa semakin menipisnya ketersediaan material bijih besi tersebut, sehingga menjadi langka, yang tentunya ini akan berakibat memicu kenaikkan harga bijih besi menjadi semakin mahal. Semakin mahalnya harga tulangan baja ini akan sangat memberatkan bagi masyarakat terutama masyarakat golongan ekonomi lemah, dalam upaya mereka untuk memenuhi kebutuhan primernya, yaitu berupa perumahan yang layak huni.
Memperhatikan kondisi geologi di Nusa Tenggara Timur pada umumnya dan pulau Timor khususnya dimana sebagian besar wilayahnya merupakan daerah dataran dan pegunungan dan banyak ditumbuhi banyak tumbuhan yang layak pakai sebagai bahan bangunan. Oleh sebab itulah perlu diupayakan mencari alternatif baru pengganti tulangan baja pada beton. Adapun alternatif lain sebagai pengganti tulangan beton tersebut, diantaranya adalah Rotan.
Rotan merupakan salah satu sumber hayati Indonesia, penghasil devisa negara yang cukup besar. Sebagai negara penghasil Rotan terbesar, Indonesia telah memberikan sumbangan sebesar 80% kebutuhan Rotan   dunia. Dari jumlah tersebut 90% Rotan dihasilkan dari hutan alam yang terdapat di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan pulau- pulau lain termasuk Nusa Tenggara dan sekitar 10% dihasilkan dari budidaya Rotan. Nilai ekspor Rotan  Indonesia pada tahun 1992 mencapai US$ 208,183 juta (Kalima, 1996). Menurut hasil inventarisasi yang dilakukan Direktorat Bina Produksi Kehutanan, dari 143 juta hektar luas hutan di Indonesia diperkirakan hutan yang ditumbuhi Rotan seluas kurang lebih 13,20 juta hektar, yang tersebar di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Nusa Tenggara dan pulau-pulau lain  yang memiliki hutan alam.
Tanaman rotan tersebut apabila dicermati dengan baik hampir terdapat disemua wilayah Nusa Tenggara Timur, salah satunya di Desa Bijeli kecamatan Noemuti kabupaten Timor Tengah Utara. Namun kenyataan bahwa pemanfaatan rotan sebagai bahan bangunan dalam pelaksanaan pekerjaan beton belum dilakukan. Hal ini  disebabkan belum adanya data yang akurat mengenai kualitas kekuatan tekan lentur beton yang dihasilkan dari produksi beton dengan menggunakan rotan sebagai pengganti bahan baja.
Rotan adalah tumbuhan palm yang merambat, memanjat, dan berduri. Rotan juga dikenal sebagai tumbuhan hutan tropik dan subtropik yang sangat subur pertumbuhannya. Tumbuhan ini merupakan sumber Rotan   batangan untuk industri furnitur Rotan. Kebanyakan Rotan batangan yang memasuki perdagangan dunia dikumpulkan dari tanaman yang tumbuh liar di berbagai bagian negara-negara Asia Tenggara. Indonesia memiliki keanekaragaman Rotan terbanyak di Asia Tenggara. Rotan merupakan hasil hutan yang paling penting setelah kayu (Dransfield, 1974). Menurut Djaso Saputra (pengusaha Rotan Cirebon) Rotan adalah 'gulma' yang 'wajib ditebang' karena termasuk tanaman yang tumbuh liar di kawasan hutan tropis. Manfaat Rotan sebagai bahan baku pembuatan perangkat interior, khususnya berkaitan dengan kreativitas dan keterampilan tangan para pembuatnya. Tangan-tangan terampil yang mengalir dari tradisi itu telah banyak menghidupi banyak orang dan karya-karyanya telah tersebar di dalam tatanan interior rumah-rumah asri di berbagai negara.dan saat  Rotan sebagai salah satu alternatif bahan bangunan relatif jarang digunakan dibanding dengan bahan bangunan lainnya. Rotan mempunyai kekuatan yang tinggi, kuat tariknya dapat dipersaingkan dengan baja. Sekalipun demikian kekuatan Rotan yang tinggi ini belum dimanfaatkan dengan baik. Rotan  memiliki momen kelembabannya tinggi, oleh karena itu Rotan baik untuk memikul momen lentur. Di tambah dengan sifat Rotan yang elastis, struktur Rotan mempunyai ketahanan yang tinggi baik terhadap angin maupun gempa.
Batang Rotan biasanya langsing dengan diameter 2–5 cm, beruas-ruas panjang, tidak berongga, dan banyak yang dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam. Suatu batang Rotan dapat mencapai panjang ratusan meter. Sebagian besar Rotan berasal dari hutan di Indonesia, seperti Sumatra, Jawa, Borneo, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Indonesia memasok 70% kebutuhan Rotan dunia. Sisa pasar diisi dari Malaysia, Filipina, Sri Lanka, dan Bangladesh. Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri umum yang ada di batang Rotan:
  • Bentuk batang Rotan  umumnya memanjang dan bulat seperti silinder atau segitiga, tetapi selalu bersifat aktinomorf. Batang Rotan bersifat aktinomorf maksudnya adalah bahwa batang Rotan  akan menjadi bagian yang setangkup bila dibagi menjadi dua.
  • Batang tanaman Rotan dibagi menadi ruas-ruas yang setipa ruasnya dibatasi oleh buku-buku. Di buku-buku tersebut itulah tempat melekatnya pelepah dan tangkai daun tanaman Rotan  .
  • Batang tanaman Rotan selalu bersifat fototrop atau heliotrop, yaitu selalu mengarah ke atas menuju sinar matahari.
  • Batang tanaman Rotan  selalu bertambah panjang pada ujungnya.
Penelitian beton bertulang Rotan dilakukan dengan pengujian lentur balok beton sederhana dengan susunan beberapa perlakuan yaitu sebagai berikut; (100% tulangan besi baja), (50% tulanagan besi baja, 50% tulangan rotan), (25% tulanagan besi baja, 75% tulangan rotan), untuk mengetahui kekakuan, kekuatan lentur dan momen runtuh balok tersebut. Penelitian ini perlu dilakukan karena bertujuan untuk mengetahui potensi Rotan untuk menggantikan kontribusi tulangan baja. Selain itu, perlu diketahui mutu beton bertulang Rotan sebagai pengganti tulangan baja yang dapat menjadi pilihan untuk diaplikasikan pada balok dan kolom rumah sederhana yang lebih terjangkau. Mengacu pada penelitian tersebut dapat dipertimbangkan bahwa Rotan dapat digunakan sebagai bahan baku pada suatu struktur bangunan. Dari latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: Perilaku Mekanik Balok Dengan Tulangan Rotan Pada Pengujian Lentur Beton Bertulang”

1.2.Identifikasi Masalah
1.    Tulangan baja dibentuk dan diproduksi menggunakan bahan mentah utamanya berupa bijih besi, yang ketersediaan di alam memiliki batas, dikarenakan unsur bahan mentah bijih besi ini merupakan bahan tambang yang tidak dapat diperbaharui.
2.    Besi beton/ tulangan baja polos yang dijualpun harganya semakin mahal dan tidak dapat dijangkau oleh masyarakat kecil yang berada dipelosok, yang membutuhkannya sebagai bahan bangunan.
3.    Balok bertulang dengan menggunakan Rotan sangat disarankan untuk daerah yang terbatas dalam ketersediaan tulangan baja polos.
4.    Rotan merupakan produk hasil alam yang sifatnya keras, kuat, ulet, mudah dibelah, dan mudah dikerjakan yang dapat diperoleh dengan mudah, murah, mudah ditanam, pertumbuhan cepat, serta memiliki kuat tarik tinggi
5.    Rotan dapat digunakan sebagai tulangan beton pengganti baja karena mempunyai kekuatan tarik tinggi yang mendekati kekuatan baja.
6.    Rotan sebagai salah satu bahan bangunan relatif jarang digunakan dibanding dengan bahan bangunan lainnya.


1.3. Perumusan Masalah
Berdasarkan Identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini  yaitu :
a.     Apakah ada perbedaan nilai kuat lentur balok beton bertulang yang memakai tulangan baja jika dibandinkan dengan beton yang menggunakan tulangan kombinasi antara besi baja dan rotan?
b.    Berapa besar kuat Lentur (MOE dan MOR) balok beton bertulang dengan menggunakan tulangan besi baja jika dibandingkan dengan tulangan kombinasi antara besi baja dan rotan?
c.     Apakah ada perbedaan biaya antara tulangan baja dengan tulangan kombinasi antara besi baja dan rotan?

1.4.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini Antara lain
1.      Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat dijadikan ilmu tambahan tentang bahan bangunan, bahwa Rotan dapat dimanfaatkan sebagai tulangan pengganti baja pada pembuatan beton bertulang.

2.      Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat menggunakan dan membuat beton bertulang dengan memanfaatkan rotan sebagai bahan pengganti baja, dalam membuat sebuah bangunan.








 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1  TINJAUAN PUTAKA
2.1.1        Rotan
2.1.1.1  Deskripsi Rotan
Rotan merupakan palem berduri yang memanjat dan hasil hutan bukan kayu yang terpenting di Indonesia (MacKinnon et al., 2000). Rotan dapat  berbatang tunggal (soliter) atau berumpun. Rotan yang tumbuh soliter hanya dipanen sekali dan tidak beregenerasi dari tunggul yang terpotong, sedangkan rotan yang tumbuh berumpun dapat dipanen terus-menerus. Rumpun terbentuk oleh berkembangnya tunas-tunas yang dihasilkan dari kuncup ketiak pada bagian  bawah batang. Kuncup-kuncup tersebut berkembang sebagai rimpang pendek yang kemudian tumbuh menjadi batang di atas permukaan tanah (Dransfield dan Manokaran,  1996).
Akar tanaman rotan mempunyai sistem perakaran serabut, berwarna keputih-putihan atau kekuning-kuningan atau kehitam-hitaman. Batang tanaman rotan berbentuk memanjang dan bulat seperti silinder tetapi ada juga yang berbentuk segitiga. Batang tanaman rotan terbagi menjadi ruas-ruas yang setiap ruas dibatasi oleh buku-buku. Pelepah dan tangkai daun melekat pada buku-buku tersebut. Tanaman rotan berdaun majemuk dan pelepah daun yang duduk pada buku dan menutupi permukaan ruas batang. Rotan termasuk tumbuhan berbunga majemuk. Bunga rotan terbungkus seludang. Biasanya, bunga jantan dan bunga betina berumah satu tetapi ada pula yang berumah dua. Karena itu, proses penyerbukan bunga dapat terjadi dengan bantuan angin atau serangga penyerbuk. Buah rotan terdiri atas kulit luar berupa sisik yang berbentuk trapesium dan tersusun secara vertikal dari toksis buah. Bentuk permukaan buah rotan halus atau kasar berbulu, sedangkan bentuk buah rotan umumnya bulat, lonjong atau bulat telur (Januminro, 2000).
Rotan yang dibudidayakan dan memiliki prospek pengembangan adalah palasan (Calamus merrillii Beccari), Rotan batang (Calamus zollingeri), Rotan batu (Calamus subinermis), Rotan buku hitam (Calamus palustris Griffth), Rotan gunung (Calamus exilis Griffth), Rotan irit (Calamus trachycoleus), Rotan kesup (Calamus ornatus), Rotan lilin (Calamus javensis), Rotan manau (Calamus manan), Rotan manau tikus (Calamus tumidus), Rotan semambu (Calamus scipionum), rotan taman (Calamus optimus), Rotan tumalim (Calamus mindorensis), rotan tut (Calamus pogonacanthus), dan rotan udang (Korthalsia echinometra) (Yayasan Prosea, 1994).

2.1.1.2   Taksonomi Rotan 
Tellu (2005) menyatakan bahwa pengelompokan jenis-jenis rotan umumnya didasarkan atas persamaan ciri-ciri karakteristik morfologi organ tanaman, yaitu: akar, batang, daun, bunga, buah dan alat-alat tambahan. Dalam ilmu taksonomi tumbuhan, rotan diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom    : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Divisi          : Spermatophyta
Sub Divisi  : Angiospermae
Kelas          : Monocotyledoneae
Ordo           : Arecales
Famili         : Palmae (Arecaceae)
Sub Famili : Calamoideae
Genus         : Calamus
Spesies        : Calamus caesius (rotan sega) merupakan salah satu contoh spesies genus Calamus
Selain genus Calamus, genus lainnya yang termasuk ke dalam Sub Famili Calamoideae adalah Daemonorops dan Korthalsia. Salah satu spesies dari genus Daemonorops adalah Daemonorops robusta  Warb (rotan bulu rusa), sedangkan salah satu genus Korthalsia  adalah  Korthalsia schaphigera (Plantamor, 2008).


2.1.1.3  Tempat Tumbuh dan Penyebaran Rotan
Rotan merupakan tumbuhan khas tropika, terutama tumbuh di kawasan hutan tropika basah yang heterogen. Tempat tumbuh rotan pada umumnya di daerah tanah berawa, tanah kering, hingga tanah pegunungan. Tingkat ketinggian tempat untuk tanaman rotan dapat mencapai 2900m di atas permukaan laut. Semakin tinggi tempat tumbuh semakin jarang dijumpai jenis rotan. Rotan juga semakin sedikit di daerah yang berbatu kapur. Tanaman rotan menghendaki daerah yang bercurah hujan antara 2000mm - 4000mm pertahun menurut tipe iklim Schmidt dan Ferguson, atau daerah yang beriklim basah dengan suhu udara berkisar 240 C-300 C. Tanaman rotan yang tumbuh dan merambat pada suatu pohon akan memiliki tingkat pertumbuhan batang lebih panjang dan jumlah batang dalam satu rumpun lebih banyak jika dibandingkan dengan rotan yang menerima sedikit cahaya matahari akibat tertutup oleh cabang, ranting dan daun pohon.
Berdasarkan ekologi hidupnya, tanaman rotan memiliki daerah penyebaran di Asia Selatan, Asia Tenggara, kawasan Afrika Latin, dan Afrika. Sementara pusat penyebaran rotan terbesar berada di kawasan hutan Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Papua Nugini. Di Indonesia rotan tumbuh hampir di semua pulau, yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian dan Nusa Tenggara, Januminro, 2000).

2.1.1.4   Kegunaan Rotan
Batang polos rotan dimanfaatkan secara komersial untuk mebel dan anyaman rotan karena kekuatan, kelenturan dan keseragamannya. Diperkirakan 20% spesies rotan digunakan secara komersial baik dalam bentuk utuh maupun dalam belahan. Kulit dan teras rotan dimanfaatkan untuk tikar dan keranjang. Di daerah pedesaan banyak spesies rotan telah digunakan untuk berbagai tujuan seperti tali-temali, konstruksi, keranjang, atap dan tikar (Dransfield dan Manokaran, 1996).
Seperti yang dikatakan oleh (Januminro, 2000) bahwa di bidang konstruksi, batang rotan banyak dipakai untuk mengisi batang sepeda, alat sandaran kapal, penahan pasir di daerah gurun pasir, bahkan dapat digunakan untuk pengganti konstruksi tulangan. Salah satu upaya yang digunakan adalah mencari alternatif baru pengganti tulangan baja pada beton. Adapun alternatif lain sebagai pengganti tulangan beton tersebut, diantaranya adalah Rotan. Sebagai bahan konstruksi alami, Rotan mempunyai sifat – sifat fisis dan mekanis yang khas dan sangat berbeda dengan bahan konstruksi yang lain. Oleh karena itu, dalam pemanfaatan Rotan sebagai bahan konstruksi kita harus sedikit banyaknya mengetahui tentang beberapa sifat-sifat  tersebut agar dalam penggunaannya dapat dikembangkan secara maksimal.

2.1.2        Sifat Dasar Dan Struktur Bahan Rotan
Pemanfaatan rotan sebagai komoditi perdagangan dunia juga diikuti oleh penelitian tentang sifat sifat dan kegunaan rotan oleh berbagai pihak seperti lembaga penelitian, perguruan tinggi dan beberapa industri yang berkecimpung langsung dalam pemanfaatan rotan. Penelitian rotan meliputi pengetahuan tentang botani, silvikultur, struktur anatomi, fisis mekanis, dan komponen kimia..

2.1.2.1       Berat Rotan
Berat rotan tergantung tergantung banyaknya zat yang ada didalam batang rotan (dinnding sel ) per satuan isi , zat infiltrasi dalam rotan dan basarnya kandungan air dalam rotan,
2.1.2.2       Struktur Anatomi
Pembagian struktur anatomi rotan dikelompokan dalam dua ciri yaitu; ciri umum dan ciri anatomi. Ciri umum ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan secara makroskopis yang meliputi wrna batang, diameter batang tanpa pelepah, panjang ruas, kerapatan ikatan pembuluh ( KIP) dan tinggi buku. Penempatan ciri umum berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran secara visual dan dengan bantuan lup. Penetapan KIP dilakukan melalui perhitungan jumlah pembuluh dalam bidang 2 mm x 2 mm pada penampang lintang batang rotan dengan menggunakan lup. Umumnya contoh uji berukuran panjang 5 cm dan diameter tergantung diameter rotan yang diukur. Pengukuran dilakukan pada bidang seluas 2 mm x 2 mm, masing-masing dibagian tepi., tengah , pusat rotan. Hasil pengukuran ketiga bagian sampel dijumlahkan kemudian ditetapkan banyaknya ikatan pembuluh per mm² dengan rumus.
KIP = Pi + Te + Pu
       12

 


KETERANGAN:
KIP           = Kerapatan ikatan pembuluh tiap 1 mm²
Pi               = Banyaknya ikatan pembuluh pada bagian pinggir
Te              = banyaknya Ikatan pembuluh pada bagian tengah
Pu              = Banyaknya ikatan pembuluh pada bagian pusat
Ciri anatomi batang rotan ditetapkan berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran penampang lintang batang rotan secara mikroskopis yang meliputi dimensi ikatan pembuluh metaksilem, protoksilem, dan floem.
Gambar 1. Pembagian daerah tepi, tengah dan pusat pada penampang lintang rotan
Penyajian ciri anatomi dapat dibedakan tergantung kepada data yang diperoleh dari berbagai pustaka seperti ; Bhat dan Thulasidas (1993); Rachman (1996); SNI 01-7208 (Anonim, 2006), Krisdianto dan Jasni (2005); Rachman dan Jasni(2008); Damayan dan Jasni (2010); dan jasni et.al (2007, 2010a,2010b).


2.1.2.3       Sifat Kimia
Komponen kimia rotan juga penting dalam menentukan kekuatan dan keawetan rotan, Rachman (1996), melaporkan secara umum komposisi kimia rotan terdiri dari holoselulosa (71%-76%), selulosa (39%-58%), lignin (18%-27%), dan silika (0,54 5 -8%). Hasil peelitian terhadap kandugan beberapa jenis rotan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Data pengujian sifat Kimia rotan
No
Jenis Rotan
Holoselulosa
%
Selulosa
%
Lignin
%
Tanin
%
Pati
%
Nama daerah
Nama latin
1
Sampang
K. Junghunii Miq
71,49
42,89
24,41
8,14
19,62
2
Bubuay
P. Elongata Becc
73,84
40,89
16,85
8,88
23,57
3
Seuti
C. Ornatus Bl
72,69
39,19
13,35
8,56
21,82
4
Semambu
C. Scipionum Burr
70,07
37,36
22,19
-
21,35
5
Tretes
D. Heteroides Bl
72,49
41,72
21,99
-
21,15
6
Balubuk
C. Burchianus Becc
73,34
42,35
24,03
-
20,85
7
Batang
C. Zolineri Becc
73,78
41,09
24,21
-
20,61
8
Galaka
C. Spp
74,38
44,19
21,45
-
19,40
9
Tohiti
C. Inops Becc
74,42
43,28
21,34
-
18,57
10
Manau
C. Manan Miq
71,45
39,05
22,22
-
18,50
Sumber: Rachman (1996), Jasni et al. (1997 dan 1998), Jasni dan Supriana (1999)
Komponen kimia batang Rotan yang disajikan meliputi kadar selulosa, lignin dan kadar pati. Penentuan kadar selulosa mengikuti prosedur SSI 0443-1981 (anonim, 1981), lignin mengikuti prosedur SII -70-1979, (anonim 1979), informasi mengenai presentase kmponen kimia berpengaruh pada sifat-sifat batang rotan, misalnya semakin tinggi kadar selulosa yang terdapat pada rotan maka keteguhan lenturnya semakin tinggi. Lignin merupakan polimer phenolik berbentuk amorf yang berfungsi sebagai bahan perekat yang menyatukan serat. Penetapannya dilakukan berdasarkan SNI 14-0492-1989 (Anonim, 1989). Lignin diduga dapat menentukan kekuatan pada batang karena semakin  tinggi kadar lignin dalam rotan maka rotan makin kuat sehingga ikatan antar serat juga makin kuat.
Kadar pati merupakan kandungan zat pati di dalam batang rotan. Pati yang merupakan cadangan karbohidrat pada tumbuhan tingkat tinggi, merupakan makanan utama bagi serangga bubuk rotan kering sehingga semakin banyak kadarnya di dalam batang rotan menjadikan rotan lebih mudah terserang oleh serangan bubuk rotan kering. Penetapan kadar pati batang rotan dilakukan dengan metode Standar SII 070-1979 (Anonim, 1979).
Informasi mengenai komponen kimia batang rotan mengacu pada beberapa hasil penelitian yaitu Tellu (1992); Hadikusumo (1994);  Rachman (1996);  Rachman dan Jasni (2008) dan Jasni et.al (2007, 2010a, 2011 b).

2.1.2.4        Sifat Fisis Dan Mekanis
Sifat yang paling banyak mendapat perhatian dalam penggunaan rotan adalah sifat fisik dan mekanis. Nilai hasil uji fisis dan mekanis beberapa jenis rotan ialah asal Jawa, di antaranya berat jenis (BJ) 0,47 - 0,57, nilai kekuatan (MOR) antara 421 - 834 kg/cm2, nilai kelenturan (MOE) antara 14.548 - 22.000 kg/cm2. Berdasarkan penampakan secara visual, sifat fisis dan mekanis rotan tercantum pada Tabel 2
Tabel 2. Data pengujian sifat fisis dan mekanis rotan
Jenis
Kadar air basah %
Kadar air udara %
BJ KU
MOE
(kg/cm²
MOR
(kg/cm²
Warna
Panjang ruas (cm)
Tinggi
Buku (cm)
Seuti
142,22
13,76
0,511
17.089
441,96
Putih
20,76
0,31
Balubuk
167,11
13,87
0,500
14.585
431,61
Putih
32,15
0,39
Karokok
137,17
14,10
0,470
15.423
453,12
Kuning
24,47
0,26
Seel
138,80
14,25
0,490
10.017
421,16
Kuning
37,20
0,23
Manau alam
105,00
-
0,550
19.800
734,00
Kuning
-
0,16
Sampang
84,32
18,19
0,580
22.00
834,00
Coklat
-
-
Sumber: Anonim (1999)

Sifat fisis yang dicantumkan berupa data kadar air kering udara dan berat jenis batang rotan. Sedangkan sifat mekanis yang disajikan meliputi Modulus Of Repture (MOR) Modulus Of Elasticity (MOE) dan keteguhan tarik sejajar serat, yang merupakan nilai rata-rata keteguhannya dalam kondisi kering udara. Nilai keteguhan diperoleh dari hasil pengujian contoh uji berukuran kecil yan bebas cacat. Sifat mekanis merupakan salah satu sifat penting yang digunakan untuk menduga kegunaan suatu jenis rotan. Selain hasil penelitian dan pengujian di Puslitbang Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan, data dan informasi mengenai sifat fisis mekanis ini juga mengacu pada hasil penelitian Nasa (1989); Hadikusumo (1994); Rachman (1996); SNI 01-7208  (Anonim,1999, 2006b); Rachman dan Jasni (2008) dan Jasni et.al (2007, 2010a, 2011b) Rachman (1996); SNI 01-7208  (Anonim,2006b); Rachman dan Jasni (2008) dan Jasni et.al (2007, 2010a, 2011b).
Karakteristik fisis dan mekanis rotan tertera didalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7208-2006. Dalam Tabel 2 disajikan nilai rata-rata keteguhan rotan dalam kondisi kering udara. Nilai keteguhan diperoleh dari hasil pengujian contoh uji ukuran kecil yang bebas cacat. Nilai sifat mekanis yang disajikan meliputi Modulus of Rupture (MOR) yaitu tegangan pada batas maksimum dan Modulus of Elasticity (MOE) yaitu perbandingan antara tegangan dan regangan yang berlaku sepanjang garis elastis. Pada Tabel 2 diberikan contoh karakteristik fisis dan mekanis rotan yang dipakai pada nomor 7, yaitu rotan Pelah/ Bulu Rusa.
Tabel  Karakteristik Fisis dan Mekanis Rotan
No
Jenis Rotan
Sifat

Kegunaan
Anatomis
Kimia
Fisis-Mekanis


7.

Bulu Rusa
(Daemonorops beguinii Burr)
Ikatan pembuluh
23 %
Sklerenkim 41%
Parenkim 35%
P sel serabut 1180 µm
T dinding sel serabut 5,36 µm

Selulosa 50,86%

Lignin 22,39%
BJ- 0,39%

MOR 369
kg/cm²

Warna kuning mudah kusam
d 7-18mm


Pembuatan kerangka mebel
Sumber Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7208-2006
2.1.2.5       Kadar Air
Kadar air (KA) rotan adalah jumlah air yang terkandung dalam rotan dengan berat rotan kering tanur dan dinyatakan dalam persen. Pada risalah ini, kadar air yang digunakan adalah kadar air kering udara yang dihitung berdasarkan perbandingan berat rotan pada kondisi kering udara dengan berat kering tanur. Untuk menghitung kadar air secara teliti harus dilakukan di laboratorium dengan menggunakan timbangan dan oven. Besarnya kadar air rotan dihitung menurut rumus:
KA(%) =   BKU – BKT
     BKT
                             

KETERANGAN
BKU: Berat Kering Udara
BKT : Berat Kering Tanur
2.1.2.6       Berat Jenis
BJ =   Br / Vr
          Ba / Va
     BKT
Berat jenis (BJ) adalah perbandingan antara berat dan volume rotan dengan perbandingan berat dan volume air, dihitung menurut rumus :
                                         

KETERANGAN
Br        : Berat Rotan
Vr        : Volume Rotan
Ba        : Berat Air
Va       : Volume Air

2.1.2.7       Kuat Lentur (MOR)
Kuat Lentur merupakan ukuran kemampuan suatu bahan menahan lentur (Beban) yang bekerja tegak lurus sumbu memanjang serat di tengah-tengah bahan yang di tumpu pada kedua ujungnya tanpa terjadi perubahan bentuk yang tetap. Kuat Lentur dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yaitu kuat Lentur statik dan kuat Lentur pukul. Kuat Lentur statik menunjukkan kekuatan rotan dalam menahan gaya yang mengenainya perlahan-lahan, sedangkan kuat Lentur pukul adalah kekuatan rotan dalam menahan gaya yang mengenainya secara mendadak. Balok rotan yang terletak pada dua tumpuan atau lebih, bila menerima beban berlebihan akan melengkung / melentur. Pada bagian sisi atas balok akan terjadi tegangan tekan dan pada sisi bawah akan terjadi tegangan tarik yang besar.
Kekuatan Lentur Statis Rotan adalah ukuran kemampuan rotan menahan beban yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk. Pada pengujian lentur statis diperoleh besaran MOE dan MOR. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan beban statis di tengah bentang contoh uji dengan jarak sangga tertentu menggunakan mesin uji UTM seperti pada Gambar a. Kedua besaran itu diperoleh dari grafik hubungan tegangan dengan regangan atau hubungan beban dengan defleksi seperti  pada Gambar b
Gambar 2.
Pembebanan pada pengujian lentur statik (a)
Gambar 3.
Grafik hubungan beban dan kelengkungan (b)                                         

MOE dan MOR dinyatakan dalam kg/cm² dihitung menurut rumus dari ASTM D 143 – 94 yang telah dimodifikasi (Rachman, 1996) sebagai berikut:
 0,424 Pe³
MOE =                 (kg/cm²)
  D Fe
                                                                        Keterangan:
                                                                        Pe = Beban elastis (kg)
                                                                        Fe = Defleksi elasttis (cm)
                                                                        P  = Beban Maksimum (kg)
                                                                        D = Diameter Rotan (cm)
  1,273 P L
MOR =                   (kg/cm²)
     
                                                                        L = Jarak Sangga (cm)


2.1.2.8       Kuat Tarik Sejajar Serat
Kekuatan tarik sejajar serat rotan adalah ketahanan batang rotan dalam menahan beban tarik terutama pada rotan berdiameter kecil yang digunakan sebagai komponen mebel yang mengalami tarikan seperti landasan tempat duduk, sandaran, pengikat dan lain-lain.
Pengujian dilakukan dengan cara memberikan gaya tarik pada rotan seperti pada gambar 4.
Gambar 4. Bentuk contoh uji kuat tarik sejajar serat
 P
A
Kekuatan tarik sejajar serat rotan dihitung menurut rumus:
Kekuatan tarik sejajar serat (kg/cm²)   =
Keterangan
P = Beban Tarik Maksimum (kg);
A = Luas bidang Tarik = d.t (cm²);
t = Tebal bidang tarik = 3mm;
d = diameter Rotan (cm);
R = jari-jari Takik = 5d + 3mm
Data dan informasi sifat fisis dan mekanis rotan diperoleh dari pengujian di laboratorium pustekolah dan informasi yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dipublikasikan seperti Hadikusumo (1994), Rachman dan Jasni (2008) dan Jasni et.al (2007,2010a, 2011b).


2.2.PENELITIAN YANG RELEVAN
Ada beberapa hasil penelitian yang relefan dengan penelitian yang dilaksanakan. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan terhadap penelitian yang dilaksanakan.
Penelitian Darius, (2004) dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa balok yang menggunakan tulangan rotan memiliki nilai kuat lentur sebagai berikut; rotan bagian pangkal dengan Ø 12mm memiliki nilai kuat lentur rata-rata terjadi pada umur 28 hari sebesar 125 kg/cm², rotan pada bagian tengah memiliki nilai kuat lentur pada umur 28 hari sebesar 113 kg/cm², dan perbandingannya dengan besi beton ialah memiliki kuat lentur rata-rata pada umur 28 hari sebesar 155 kg/cm², dan dinyatakan bahwa semua kelenturannya memenuhi syarat.

Penelitian Victor Harison tentang Karakteristik Pull-Out Resistance Tulangan Rotan Sebagai Perkuatan pada tanah pasir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji seberapa besar tahanan cabut rotan sebagai perkuatan dalam struktur tanah bertulang pada berbagai tingkat perubahan kadar air, dan gaya normal yang diberikan diatasnya. dan hasilnya adalah sebagai berikut;
Berdasarkan hasil pengujian standar Proctor didapat nilai kadar air optimum (w) pada 15% dengan nilai berat volume kering maksimum (γdmaks) sebesar 1,695 gr/cm. Jika perkuatan longitudinal ditinjau terhadap penambahan tegangan normal yang bekerja saat dilakukan pengujian, maka tahanan gesek tulangan rotan akan bernilai semakin tinggi saat kadar air tanah pasir berada pada kondisi optimum (15%) dengan catatan bahwa penambahan tegangan normal telah mencapai 0,05 kg/cm2 ketika dilakukan pengujian dilaboratorium. Jika perkuatan longitudinal ditinjau terhadap perubahan kadar air pada tanah pasir saat dilakukan pengujian, maka tahanan gesek tulangan rotan akan bernilai semakin t inggi saat penambahan tegangan normal telah mencapai 0,05 kg/cm 2 yang hanya terjadi pada saat kondisi kadar air tanah pasir optimum (15%). Pada pengujian perkuatan transversal didapat nilai tahanan dukung maksimum per satuan luas tulangan rotan dengan kondisi kadar air tanah pasir 13%, 15%, dan 16,5% berturut turut  sebesar 4,59 kg/cm2 (Δsv = 0,025 kg/cm2 ; tulangan patah); 4,795 kg/cm2 (Δs = 0,05 kg/cm2 ; tulangan patah); dan 4,241 kg/cm2  (Δsv = 0,025 kg/cm2 ; tulangan patah) dengan regangan yang terjadi berturut-turut sebesar  0,5%; 11,2%; dan 16,2%. Jika nilai tahanan dukung maksimum per satuan luas tulangan rotan ditinjau terhadap penambahan tegangan normal yang bekerja saat dilakukan pengujian, maka tahanan dukung per satuan luas tulangan rotan akan bernilai paling tinggi saat kadar air tanah pasir berada pada kondisi sisi basah optimum (16,5%) dengan pertimbangan mengambil nilai paling maksimum dimana tulangan rotan tidak mengalami patah sebesar 3,422 kg/cm2.

Rencana peneliatian dari Peneliti (2015) tentang “Perilaku Mekanik Balok Dengan Tulangan Rotan Pada Pengujian Lentur Beton bertulang” diameter besi dan rotan yang akan digunakan adalah  Ø10mm, hal ini terjadi karena diameter rotan yang ada dan akan digunakan tidak ada yang lebih kecil dari Ø10mm. Disini peneliti akan melakukan pengujian dengan 3 benda uji masing-masing benda uji akan dicetak 3 buah. Yaitu sebagai berikut: melakukan uji kuat lentur dengan menggunakan (100% tulangan besi baja), (50% tulangan besi baja; 50% tulangan rotan), (25% tulangan besi baja; 75% tulangan rotan), dan hasilnya akan dilampirkan setelah peneliti melakukan pengujian.
2.3.LANDASAN TEORI
1.      Beton dan beton bertulang
Beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa padat (SK SNI 03-2847-2002). Sedangkan beton bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja sama-sama dalam menahan gaya yang bekerja sama-sama dalam menahan gaya yang bekerja (SK SNI 03-2847-2002). Kadang-kadang dalam pencampuran ditambahkan bahan lain (additif) yang masih plastis pada perbandingan tertentu sampai menjadi satu kesatuan yang homogen. Kemudian dengan penambahan secukupnya bahan perekat semen dan air sebagai bahan pembantu guna reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton bertulang berlangsung.
Beton akan meningkat kekuatannya seiring dengan bertambahnya umur. Yang dimaksud dengan umur disini dihitung sejak beton dibuat. Kenaikan beton mula-mula cepat yaitu antara umur 1 hari sampai 28 hari akan tetapi semakin lama kenaikan kekuatannya menjadi semakin lamban. Oleh karena itu sebagai standar kekuatan beton dipakai kekuatan beton pada umur 28 hari.
Nilai kuat tekan beton relatif tinggi dibandingkan dengan kuat teriknya. Nilai kuat tarik beton hanya berkisar antara 9-15 % kuat tekannya. Pada penggunaannya sebagai bahan bangunan, umumnya beton diperkuat dengan batang tulangan baja atau bahan lain sebagai bahan yang dapat bekerja sama dengan mampu membantu kelemahan beton yaitu pada bagian yang menahan gaya tarik. Beton keras yang baik adalah beton yang kuat, tahan lama, kedap air, tahan aus, dan kembang susutnya kecil ( Tjokrodimulyo 1996; 2).
Beton bertulang boleh jadi adalah bahan konstruksi yang paling penting. Beton bertulang digunakan dalam berbagai bentuk untuk hampir struktur, besar maupun kecil – bangunan jembatan, perkerasan jalan, bendungan, dinding penahan tanah, terowongan, jembatan yang melintasi lembah (Viaduct) drainase serta fasilitas irigasi, tangki, dan sebagainya.
Sebagai bahan konstruksi beton juga memiliki kelebihan dan kekurangan (Tjokrodimulyo 1996;2) antara  lain sebagai berikut:


a.       Kelebihan Beton Sebagai bahan konstruksi adalah:
1)      Beton mampu menahan gaya tekan dengan baik, serta mempunyai sifat tahan terhadap korosi dan pembusukan oleh kondisi lingkungan.
2)      Beton segar dapat dengan mudah dicetak sesuai dengan keinginan. Cetakan dapat pula dipakai berulang kali sehingga lebih ekonomis.
3)      Beton memiliki kuat tekan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan bahan lain.
4)      Beton bertulang memiliki ketahanan yang tinggi terhadap api dan air, bahkan merupakan bahan struktur terbaik untuk bangunan yang banyak bersentuhan dengan air. Pada peristiwa kebakaran dengan intensitas rata-rata, batang-batanf struktur dengan ketebalan pentup beton yang memadai sebagai pelindung tulangan hanya mengalami kerusakan pada permukaannya saja tanpa mengalami keruntuhan.
5)      Struktur beton bertulang sangat kokoh.
6)      Beton bertulang tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi.
7)      Dibandingkan dengan bahan lain, beton memiliki usia layan yang sangat panjang dalam kondisi-kondisi normal, struktur beton bertulang dapat digunakan sampai kapanpun tanpa kehilangan kemampuannya untuk menahan beban. Ini dapat dijelaskan dari kenyataannya bahwa kekuatan beton tidak berkurang dengan berjalannya waktu bahkan semakin lama semakin bertambah dalam hitungan tahun karna lamanya proses pemadatan pasata semen.
8)      Disebagian besar daerah, beton terbuat dari bahan-bahan lokal yang murah (pasir, kerikil, dan air) dan relatif hanya membutuhkan sedikit semen dan tulangan baja yang mungkin saja harus didatangkan dari daerah lain.
9)      Keahlian buruh yang dibutuhkan untuk membangun konstruksi beton bertulang lebih rendah bila dibandingkan dengan bahan lain seperti struktur baja.

b.      Kekurangan beton sebagai bahan konstruksi antara lain:
1)      Beton dianggap tidak mampu menahan gaya tarik sehingga mudah retak oleh karena itu perlu diberi baja tulangan atau bahan lain sebagai penahan gaya tarik.
2)      Beton keras menyusut dan mengembang apabila terjadi perubahan suhu sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya retakan-retakan akibat terjadinya perubahan suhu.
3)      Untuk mendapatkan beton kedap air secara sempurna, harus dilakukan dengan pengerjaan yang teliti.
4)      Beton bersifat getas ( tidak daktail) sehingga harus dihitung dengan teliti secara seksama.
2.      Kuat Tekan Beton
Kuat tekan suatu material merupakan kemampuan material dalam menahan beban atau gaya mekanis sampai terjadinya kegagalan (failiure) persamaan untuk kuat tekan adalah sebagai berikut:
Kuat tekan  (P)  =  .............. N/mm²  (SNI 03-1974-1990)
Dimana: F= Beban Maximum (kg)
              A= Luas bidang permukaan (cm)
Beton harus dirancang proporsi campurannya dengan baik agar menghasilkan suatu kuat tekan rata-rata yang diisyaratkan. Beton yang baik adalah bila beton itu memiliki kuat tekan tinggi. Dengan kata lain mutu beton ditinjau hanya dari kuat tekannya saja (Tjokrodimulyo, 1996:39), kuat hancur antara 20 sampai dengan 50 N/mm² pada umur 28 hari bias diperoleh dilapangan bila pengawasan pekerjaan baik.
Ada beberapa faktor air semen yang mempengaruhi kekuatan beton yaitu:
a.       Faktor Air Semen (FAS) dan kepadatan
Fungsi dari FAS yaitu:
-          Memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya pengerasan
-          Sebagai pelicin campuran kerikil, pasir, semen agar lebih muadah dalam pencetakan beton
b.      Umur Beton
Kuat tekan beton akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur beton tersebut (perbandingan kuat tekan pada berbagai umur, PBI 1971)
c.       Jenis dan jumlah semen
Jenis semen berpengaruh terhadapm kuat tekan beton sesuai dengan tujuan pengguanaannya. Jenis-jenis semen dapat sesuai dengan SK SNI M- 106-1990-03 tentang “metode pengujian berat jenis semen portland”.
d.      Sifat Agregat
Pada agregat dengan permukaan kasar akan terjadi ikatan yanmg baik antara pasta semen dengan agregat tersebut. Kekerasan agregat kasar dan gradasi agregat yang baik dapat menghasilkan beton yang baik pula.

3.      Kuat Lentur Beton
Kuat lentur beton merupakan suatu syarat perencanaan dalam suatu konstruksi, kekuatan lentur beton dapat ditentukan dengan rumus menurut departemrn pekerjaan umum (DPU), 2003:
                   3.P.L
Fit =                           = kg/cm²
  2.b.d²  
 



Dimana :          F ʺ= kuat lentur beton (kg/cm²)
P   = Beban yang bekerja pada balok (kg)
            L   = panjang bentangan (cm)
            b   = lebar balok (cm)
            d   = tinggi balok (cm)
Menurut PBI’ 1971 Beton dibagi dalam kelas dan mutu pada tabel sebagai berikut:



Tabel ... Kelas dan Mutu Beton
Kelas Beton
Mutu Beton
Kuat Tekan beton (kgf/cm²
Tujuan Pemakaian Beton
I
Bo
50-80
Non Struktural
II
Bi
K125
K175
K225
100
125
175
225
Rumah tinggal
Perumahan
Perumahan
Perumahan dan bendungan
III
K>225
>225
Jembatan
Bangunan tinggi terowongan kereta api

1.        Bahan-bahan penyusun beton bertulang
a.    Semen
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digukanakan dalam pembangunan fisik disektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen, akan menjadi pasta semen, akan menjadi mortar, sedangkan jika digabungkan dengan agregat kasar dan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (hardened concrete).
 Semen semen berfngsi untuk mengikat agregat halus, agregat kasar dan air menjadi satu kesatuan atau dengan kata lain semen berfungsi sebagai perekat bahan susun beton. Dalam hal ini semen yang dipakai adalah semen Portland yang berfungsi sebagai bahan pengikat hidrolis yang artinya semen akan berfungsi atau mengeras bila telah bereaksi dengan air. Menurut standar industri indonesia, defenisi semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan Klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalium yang bersifat hidrolis, dimana di dalamnya juga telah dicampurkan gipsum dalam takaran (dosis) tertentu. Variasi dan komposisi dari komponen karakteristik bahan semen akan menentukan type semen.
Fungsi semen ialah untukmengikat butir-butir agregat hingga membentuk suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butiran agregat atau dengan kata lain semen berfungsi sebagai bahan perekat susunan beton.
Menurut SNI 15-2049-1994 semen portland diklasifikasikan menjadi 5 jenis yaitu:
Ø Tipe I, Semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan persyratkan khusus seperti jenis-jenis lainnya. Digunakan untuk bangunan-bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.
Ø Tipe II, Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan katahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Digunakan untuk konstruksi bangunan dan beton yang terus-menerus berhubungan dengan air kotor atau air tanah atau untuk pondasi yang bertahan didalam tanah yang mengandung air agresif (garam-garam sulfat) dan saluran air buangan atau bangunan yang berhubungan langsung dengan rawa.
Ø Tipe III, Semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setelahb pengikatan terjadi. Semen jenis ini digunakan pada daerah yang bertemperatur rendah, terutama pada daerah yang mempunyai musim dingin (winter season).
Ø Tipe IV, Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang rendah, digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang besar dan masif, umpamanya untuk pekerjaan bendung, pondasi berukuran besar atau pekerjaan besar lainnya.
Ø Tipe V, Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Digunakan unbtuk bangunan yang berhvungan dengan air laut, air buangan industri, bangunan yang terkena pengaruh gas atau uap kimia yang agresif serta untuk bangunan yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat dalam presentase yang tinggi.
b.   Agregat
Dalam SK SNI 03-2847-2002 agregat didefenisikan sebagai material granuler, misalnya pasir, kerikil, batu pecah, dan kerak tungku pijar yang dipakai bersama-sama dengan media pengikat untuk membentuk suatu beton atau adukan semen hidraulik. Kandungan agregat dalam campuran beton  biasanya sangat tinggi, yaitu berkisar 70%-75% dari volume beton. Untuk mencapai kuat beton yang baik perlu diperhatikan kepadatan dan kekerasan massanya karena umumnya semakin padat dan keras massa agregat akan makin tinggi kekuatan dan Durabiility-nya ( daya tahan terhadap penurunan mutu akibat pengaruh cuaca).
Untuk membentuk massa padat diperlukan susunan garadasi butiran agregat yang baik. Disamping bahan agregat harus mempunyai cukup kekerasan, sifat kekal, tidak bersifat reaktif terhadap alkali, dan tidak mengandung bagian-bagian kecil (<70 micron) atau lumpur. Nilai kuat beton  yang dicapai sangat ditentukan oleh  mutu agregat ini. Indeks yang dipakai untuk ukuran kehalusan dan kekasaran butir agregat ditetapkan dengan modulus halus butir.
1.      Agregat Halus (Pasir)
Agregat halus adalah hasil alam sebagai hasil disintegrasi  ‘alami’ batuan atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu daan mempunyai ukuran butir terbesar 5.0 mm atau lolos saringan nomor 4 dan tertahan pada saringan nomor 200. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %, maka pasirnya harus dicuci. Lumpur pada pasir dapat menghalangi ikatan dengan pasta semen. Selain itu agregat halus ini tidak boleh mengandung zat-zat organik yang merusak beton. Kegunaannya adalah untuk mengisi ruangan antara butir agregat kasar dan merupakan kelecakan.
Pasir yang disyaratkan menurut SK SNI 04-1989-F adalah sebagai berikut:
Ø   Butirannya tajam, kuat dan keras
Ø   Bersifat kekal, tidak pecah, dan hancur karna pengaruh cuaca.
Ø   Agregat halus tidak mengandung lumpur lebih dari 5 % apabila  lebih dari 5% maka harus dicuci
Ø   Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga rongganya sedikit.
Ø   Tidak boleh mengandung garam


2.      Agregat kasar (kerikil)
Agregat kasar (kerikil/batu pecah) berasal dari deintegrasi ‘alami’ dari batuan alam atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu (stone crusher) dengan ukuran butiran antara 5mm – 40 mm. Agregat kasar dinamakan kerikil kricak, batu pecah atau split.
Agregat kasar harus terdiri dari butir-butiran yang keras, dan tidak berpori. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih hanya boleh dipakai apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak lebih dari 20% dari agregat seluruhnya. Agregat harus memenuhi syarat kebersihat yaitu, tidak mengandung lumpur lebih dari 1%, dan tidak mengandung zat-zat organik yang dapat merusak beton.
Beberapa faktor dalam menentukan jenisagregat kasar yang akan dipakai:
Ø  Gradasi mempengaruhi kekuatan
Ø  Kadar air, mempengaruhi perbandingan air semen
Ø  Kebersihan mempengaruhi kekuatan dan keawetan.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari 40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan tanah, bronjong atau bendungan dan lainnya.

c.    Air
Air merupakan ,bahan dasar pembuat beton yang sangat penting. Didalam campuran beton air mempunyai dua buah fungsi, yang pertama, untuk memungkinkan reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya pengerasan, dan yang kedua, sebagai bahan pelumas antar butir-butir agregat agar mudah dan dapat dipadatkan.
Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air memenuhi syarat sesuai dengan SK SNI 03 – 2847 – 2002 yaitu sebagai berikut :
1.      Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.
2.      Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang di dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.
3.      Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali ketentuan berikut terpenuhi:
a)      Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.
b)      Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.





d.   Rotan Pelah/ Bulu Rusa (Daemonorops rubra)
Pada eksperimen kali ini rotan yang akan digunakan sebagai bahan untuk komposit balok rotan beton adalah rotan yang berasal dari desa Bijeli, kecamatn Noemuti kabupaten TTU yaitu Rotan pelah/ bulu rusa (daemonorops rubra). Rotan pelah atau bulu rusa termasuk dalam rotan yang tumbuh berumpun.
Rotan tumbuh berumpun, memanjat sampai ± 11m tingginya. Diameter batang dengan pelepah 3,5 cm. Pelepah daun warna hijau ditutupi duri pipih berwarna hijau muda kekuningan, panjang duri ± 5 cm, tersusun seperti sisir. Panjang daun mencapai 3,5 m, tangkai daun sampai 85 cm. Anak daun berukuran 40-53cm x 2-4 cm, tersusun menyirip tak teratur. Rotan dapat dilihat pada gambar berikut.
A
B
C
(Foto tumbuhan rotan yang berada di desa Bijeli, kec. Noemuti, Kab.TTU )
Diambil Tanggal 07-06-2015
Gambar 5 .  A.Pohon Rotan, B. Pelepah, C. Daun  Rotan Pelah
Foto Bentuk batang rotan pelah Diambil Tanggal 07-06-2015
Gambar 6 . Bentuk batang rotan pelah
2.4.HIPOTESIS PENELITIAN
Adapun hipotesis atau perkiraan sementara dari peneliti tentang Perilaku Mekanik Balok Dengan Tulangan Rotan Pada Pengujian Lentur Beton Bertulang” adalah
Tulangan beton menggunakan rotan berdiameter 12mm akan memiliki nilai kuat lentur yang tinggi, karena Rotan  memiliki momen kelembaban  tinggi, oleh sebab itu Rotan baik untuk memikul momen lentur. Ditambah dengan sifat Rotan yang elastis, struktur Rotan mempunyai ketahanan yang tinggi baik terhadap angin maupun gempa. Dan apabila diikat oleh campuran beton maka kekuatannya tidak kalah jauh dari tulangan yang menggunakan besi beton.




















2.5.Alur Penelitian
Mulai
 Adapun proses penelitian yang dilakukan terlihat dalam alur penelitian seperti berikut :
Perawatan Benda Uji
Balok beton berukuran 100x150x600 mm

Pengujian kapasitas lentur balok
Persiapan Bahan
-   Material beton
-   Material Rotan

Pengujian Bahan
-   Pengujian agregat halus
-   Pengujian agregat kasar
Pembuatan Benda Uji
Balok beton berukuran 100x150x600 mm

Data hasil uji
Selesai
Analisis hasil uji
Kesimpulan
 
















    Gambar 6. Alur Penelitian


BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1    Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah  untuk mengetahui seberapa besar kuat lentur balok beton bertulang dari rotan jika dibandingkan dengan beton bertulang baja.

3.2    Jenis Penelitian
Jenis penelitian yamg digunakan adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain eksperimen yaitu jenis desain yang dipakai untuk mencari tahu perlakuan tertentu yang hasil pengjiaannya disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

3.3  Waktu Dan Tempat Penelitian
3.3.1        Waktu Penelitian
Penelitian ini akan  berlangsung selama 1 setengah bulan dimulai dari bulan juli sampai dengan agustus 2015

3.3.2        Tempat Penelitian
a.       Tempat pembuatan benda uji
Proses pembuatan benda uji dilakukan dilingkungan Laboratorium Pekerjaan Umum Propinsi NTT, pada daerah yang terlindung dari sinar matahari langsung.
b.      Tempat Pengujian
Proses pengujian akan dilaksanakan Laboratorium Pekerjaan Umum Propinsi NTT.





3.4  Variabel Penelitian
 Variabel dalam suatu penelitian dapat diartikan sebagai suatu objek penelitian atau apa saja yang menjadi pusat perhatian suatu penelitian” (Riduwan 2011). Variabel yang menjadi objek dalam penelitian ini terdiri dari dua buah variabel yang mengindikasikan adanya hubungan atau pengaruh antara dua buah variabel yaitu :
Variabel Bebas    : Pengunaan tulangan Rotan dan tulangan baja
 Variabel Terikat  : Kuat Lentur balok beton bertulang

3.5  Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan ialah penelitian kuantitatif menggunakan desain eksperimen yaitu jenis desain yang dipakai untuk mencari tahu pengaruh perlakuan tertentu yang hasil pengujiannya disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

3.6  Benda Uji Penelitian
150 mm
100 mm
Penelitian ini menggunakan rotan sebagai bahan pengganti tulangan baja dalam pembuatan beton bertulang. Digunakan rotan yang berasal dari desa Bijeli kecamatan Noemuti kabupaten TTU dengan memanen rotan yang sudah tua atau sudah masak (siap tebang). Berdasarkan tata cara SNI-03-2493-2011 tentang metode pembuatan dan perawatan bcnda uji beton Di laboratorium yang berlaku untuk balok uji lentur dengan panjang balok empat kali tebal/ tinggi balok, tinggi/  lebih besar dari lebar balok untuk tinggi balok 150mm. Dari dimensi dibawah ini maka 4 x tebal balok= 4 x 150 mm =600 mm maka panjang balok rencana adalah 600 mm/ = 60 cm




                        Gambar 7 penampang balok
3.6.1        Bahan yang digunakan
1.      Agregat halus yang digunakan ialah pasir yang diambil dari Takari kabupaten Kupang
2.      Semen Kupang Kemasan 40 kg/ zak
3.      Air dari tempat PDAM kota Kupang
4.      Agregat kasar yang digunakan adalah kerikil yang dibawa dari Sumlili kecamatan kupang timur kabupaten Kupang.
5.      Rotan yang digunakan berasal dari desa Bijeli kecamatan Noemuti kabupaten TTU

3.6.2        Prosedur Pengujian
3.6.2.1  Perencanaan pencampuran beton
Campuran beton direncanakan sedemikian rupa berdasarkan standar yang telah ditetapkan untuk mendapatkan komposisi komponen (unsur) beton basah dengan ketentuan kekuatan tekan karakteristik dan slump rencana.
Rencana benda uji kuat lentur beton dengan menggunakan rotan dan besi beton dalam penelitian ini adalah balok beton bertulang hasil cetak dengan menggunakan empat benda uji yaitu; (100% tulangann besi beton), (50% tulangan besi boton 50% tulangan rotan), (25% tulangan besi beton 75% tulangan rotan). Dengan  ukuran isi 100 mm x 150 mm x 60 cm. Untuk pengujian kuat lentur beton akan dibuat sampel sebanyak 9 buah dengan tiga perlakuan dan masing- masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali dengan perbandingan sebagai berikut:







Tabel 7. Rancangan Benda Uji kuat lentur beton dengan menggunakan rotan dan besi beton.
N o
Benda Uji
Panjang Bentang (cm)
lebar
(cm)
Tinggi (cm)
Jlh

Ø

Perbandingan benda uji
1



60
10
15
3

10

100% tulangan baja
2



60
10
15
3

10
50% tulangan baja
50% tulangan Rotan
3



60
10
15
3

10
25% tulangan baja
75% tulangan rotan

3.6.3        Pembuatan Benda Uji Balok
Setelah campuran beton disiapkan maka campuran campuran beton tadi dituangkan ke cetakan balok yang telah disiapkan. Campuran dituangkan 1/3 bagian pertama, kemudian ditusuk-tusuk agar tidak terjadi pemisahan agregat (segregasi). Kemudian dituangkan lagi 1/3 bagian kedua dan ditusuk-tusuk. Lalu tuangkan lagi bagian terakhir dan ditusuk - tusuk. Kemudian permukaannya diratakan.

3.6.4        Setting up pengujian lentur balok
Alat yang digunakan untuk pengujian kuat lentur adalah Floxural Testing Machine (FTM). Pengujian dilakukan dengan meletakan benda uji pada dua tumpuan, kemudian diberi beban terpusat tegak lurus terhadap sumbu balok, jarak beban terpusat ini sebesar L/3 dari masing-masing tumpuan. Kemudian jalankan mesin uji dengan kecepatan pembebanan konstan sebesar 35 kg/det. Pencatatan dilakukan pada beban maksimum hingga balok runtuh.
3.6.5        Pengujian
3.6.6        Pengujian Kuat Lentur
Pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan SNI 03-4154-1996. Metode pengujian kuat lentur beton dengan balok uji Sederhana yang dibebani terpusat langsung, sebagai berikut:
a.       Ambil benda uji yang akan ditentukan kuat lenturnya dari bak perendam kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel.
b.      Tentukan berat dan ukurlah luas benda uji.
c.       Balok uji diletakan simetris di atas kedua balok tumpuan dengan kedua sisi samping bidang bekas cetakan sebagai bidang atas dan bidang bawah.
d.      Balok bebam diletakan tepat di tengah-tengah antara kedua balok tumpuan pada posisi sejajar.
e.       Balok beban diturunkan perlahan-lahan sampai menempel pada bidang atas balok dan memberikan beban sebesar 3 % sampai dengan 6% beban maksimum yang diperkirakan dapat dicapai

f.      
3.P.L
Fit =                   =  kg/cm²
            2.b.d²
Perhitungan Kuat Lentur Beton


Dimana;
Fit           = Kuat Lentur beton (Mpa)
P              = Beban yang bekerja pada balok (kg)
L             = Panjang Bentangan (cm)
b              = Lebar Balok (cm)
d              = Tinggi Balok  (cm)

3.7  Jenis Data
1.      Data Primer
Data primer untuk penelitian ini di peroleh dari hasil pengujian di laboraturium, seperti kuat lentur beton bertulang dan pola kehancuran
2.      Data Sekunder
Data sekunder untuk penelitian ini diambil dari literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini berupa pedoman pengujian alat dan 7 bahan serta buku-buku pedoman lainnya.




3.8  Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:
3.8.1        Dokumentasi bahan dan alat
Dokumentasi dipakai untuk memperoleh data-data dalam bentuk foto atau gambar yang mendukung penelitian ini, berupa bentuk, karakter, kekerasan atau kekuatan, penyusunan dan kondisi agregat halus, agregat kasar, benda uji beton selama proses pengujian dan peralatan-peralatan yang dipakai dalam pengujian.
3.8.2        Teknik Observasi
Teknik pengambilan data melalui pengamatan secara langsung dan data objek ini berupa material dan proses pembuatan campuran beton.
3.8.2.1       Uji Persyaratan Data
a.      Pemeriksaan Bahan
Persiapan dan pemeriksaan bahan penyusun beton bertulang rotan  dilakukan di Laboraturium Dinas Pekerjaan Umum Propinsi NTT. Pemeriksaan meliputi :
-       Semen
-       Agregat Halus
-       Agregat Kasar
-       Air
-       Rotan

3.8.2.2       Teknik Analisis Data
Teknik analisis data untuk menjawab masalah yang ada adalah menggunakan teknik analisis T, yaitu untuk menguji apakah ada perbedaan kuat lentur suatu balok yang menggunakan tulangan rotan dibandingkan dengan balok yang menggunakan tulangan baja..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar