Minggu, 25 Oktober 2015

Max Rodriguez: ”PERILAKU MEKANIK BALOK DENGAN TULANGAN ROTAN PADA...

Max Rodriguez: ”PERILAKU MEKANIK BALOK DENGAN TULANGAN ROTAN PADA...: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan rekayasa dalam bidang teknik sipil pada saat ini terasa begitu cepa...

BATAKO

BATAKO
2.1 Batako
Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland dan air dengan perbandingan 1 semen : 4 pasir. Batako difokuskan sebagai konstruksi- konstruksi dinding bangunan nonstruktural. Supribadi (1986: 5) mengatakan bahwa batako adalah “ semacam batu cetak yang terbuat dari campuran tras, kapur, dan air atau dapat dibuat dengan campuran semen, kapur, pasir dan ditambah air yang dalam keadaan pollen (lekat) dicetak menjadi balok-balok dengan ukuran tertentu”. Bentuk dari batako/batu cetak itu sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu batu cetak yang berlubang (hollow block) dan batu cetak yang tidak berlubang (solid block) serta mempunyai ukuran yang bervariasi.  Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan yang pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir, semen, air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan dengan bahan tambah lainnya (additive). Kemudian dicetak melalui proses pemadatan sehingga menjadi bentuk balok-balok dengan ukuran tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa melalui pembakaran serta dalam pemeliharaannya ditempatkan pada tempat yang lembab atau tidak terkena sinar matahari langsung atau hujan, tetapi dalam pembuatannya dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding. Karakteristik bata beton yang umum ada dipasaran adalah memiliki densitas rata-rata > 2000kg/mdengan kuat tekan bervariasi 3-5 Mpa. Ditinjau dari densitasnya batako tergolong cukup berat sehingga untuk proses pemasangansebagai konstruksi dinding memerlukan tenaga yang cukup kuat dan waktu yang lama (Simbolon T. 2009). Berdasarkan bahan pembuatannya batako dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis, yaitu : 
1. Batako putih (tras) Batako putih dibuat dari campuran tras, batu kapur, dan air. Campuran tersebut dicetak. Tras merupakan jenis tanah berwarna putih/putih kecoklatan yang berasal dari pelapukan batu – batu gunung berapi, warnanya ada yang putih dan ada juga yang putih kecoklatan. Umumnya memiliki ukuran panjang 25-3 cm, tebal 8-10 cm, dan tinggi 14-18 cm 
2. Batako semen/batako pres Batako pres dibuat dari campuran semen dan pasir atau abu batu. Ada yang dibuat secara manual (menggunakan tangan) dan ada juga yang menggunakan mesin. Perbedaanya dapat dilihat pada kepadatan permukaan batakonya. Umumnya memliki panjang 36-40 cm dan tinggi 18-20 cm. 
3. Bata ringan dibuat dari bahan batu pasir kuarsa, kapur, semen dan bahan lain yang dikategorikan sebagai bahan-bahan untuk beton ringan. 
Berat jenis sebesar 1850 kg/m 3 dapat dianggap sebagai batasan atas dari beton ringan yang sebenarnya, meskipun nilai ini kadang-kadang melebihi. Dimensinya yang lebih besar dari bata konvensional yaitu 60 cm x 20cm dengan  ketebalan 7 hingga 10 cm menjadikan pekerjaan dinding lebih cepat selesai dibandingkan bata konvensional. Batako diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu batako normal dan batako ringan. Batako normal tergolong batako yang memiliki densitas sekitar 2200-2400 kg/m3 dan kekuatannya tergantung komposisi campuran beton (mix design). Sedangkan untuk beton ringan adalah suatu batako yang memiliki densitas < 1800 kg/m3, begitu juga kekuatannya biasanya disesuaikan pada penggunaan dan pencampuran bahan bakunya (mix design). Jenis batako ringan ada dua golongan yaotu : batako ringan berpori (aerated concrete) dan batako ringan non aerated. (Wisnu wijanarko. 2008) 
 Batako ringan berpori adalah beton yang dibuat sehingga strukturnya banyak terdapat pori-pori, beton semacam ini diproduksi dengan bahan batu dari campuran semen, pasir, gypsum, CaCO dan katalis aluminium. Dengan adanya katalis Al selama menjadi reaksi hidradasi semen akan menimbulkan panas sehingga timbul gelembung-gelembung yang menghasilkan gas yang menghasilkan pori-pori yang membuat batako semakin ringan. Berbeda dengan batako non aerated, pada beton ini akan menjadi ringan dalam pembuatannya ditambahkan agregat ringan. Banyak kemungkinan agregat ringan yang digunakan antara lain batu apung (pumice), perlit, serat sintesis, slag baja dan lain-lain. 
Pembuatan batako ringan berpori tentunya jauh lebih mahal karena menggunakan bahan-bahan kimia tambahan dan mekanisme pengontrolan reaksi cukup sulit. Batako yang baik adalah yang masing-masing permukaanya rata dan saling tegak lurus serta mempunyai kuat tekan yang tinggi. 
Persyaratan batako menurut PUBI 1982 pasal 6 antara lain adalah “ permukaan batako harus mulus, berumur minimal satu bulan, pada waktu pemasangan harus sudah kering, berukuran panjang  400 mm, lebar  200 mm dan tebal 100-200 mm, kadar air 25-35 % dari berat, dengan kuat tekan antara 2-7 N/mm
”. Sebelum dipakai dalam bangunan, maka batako minimal harus sudah berumur satu bulan dari proses pembuatannya, kadar air pada waktu pemasangan tidak lebih dari 15 %. Agar didapat mutu batako yang memenuhi syarat SI banyak faktor yang mempengaruhi. 

Faktor yang mempengaruhi mutu batako tergantung pada : 
1. Faktor air semen  
2. Umur batako 
3. Kepadatan batako 
4. Bentuk dan struktur batuan 
5. Ukuran agregat, dan lain-lain.


Ada beberapa  keuntungan dan kerugian dalam penggunaan batako. Keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan batako adalah:

1. Tiap m2 pasangan tembok, membutuhkan lebih sedikit batako jika dibandingkan dengan menggunakan batu bata, berarti secara kuantitatif terdapat suatu pengurangan. 
2. Pembuatan mudah dan dapat dibuat secara sama. 
3. Ukurannya besar, sehingga waktu dan ongkos juga lebih hemat. 
4. Khusus jenis yang berlubang dapat befungsi sebagai isolasi udara. 
5. Apabila pekerjaan rapi, tidak perlu diplester.
6. Lebih mudah dipotong untuk sambungan tertentu yang membutuhkan potongan. 
7. Sebelum pemakaian tidak perlu direndam air. 

Sedangkan kerugian pemakaian batako adalah sebagai berikut : 
1. Karena proses pengerasannya membutuhkan waktu yang cukup lama (  3 minggu), maka butuh waktu yang lama untuk membuatnya sebelum memakainya. 
2. Bila diinginkan lebih cepat mengeras perlu ditambah dengan semen, sehingga menambah biaya pembuatan. 3. Mengingat ukurannya cukup besar, dan proses pengarasannya cukup lama mengakibatkan pada saat pengangkutan banyak terjadi batako  pecah. 

 Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian batako adalah salah satu bahan bangunan yang berupa batu-batuan yang pengerasannya tidak dibakar dengan bahan pembentuk yang berupa campuran pasir, semen, air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan dengan bahan tambah lainnya (additive). Kemudian dicetak melalui proses pemadatan sehingga menjadi bentuk balok-balok dengan ukuran tertentu dan dimana proses pengerasannya tanpa melalui pembakaran serta dalam pemeliharaannya ditempatkan pada tempat yang lembab atau tidak terkena sinar matahari langsung atau hujan, tetapi dalam pembuatannya dicetak sedemikian rupa hingga memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai bahan untuk pasangan dinding. Hasil penelitian laboratorium yang pernah dilakukan untuk batako berumur 28 hari diperoleh : berat fisik rata-rata sebesar 12,138 kg, densitas rata- rata sebesar 2,118 gr/c , penyerapan air sebesar 12,876% dan kuat tekan rata- rata sebesar 1,97 MPa (Darmono, 2009). 
Berdasarkan PUBI 1982, sesuai dengan pemakaiannya batako diklasifikasikan dalam beberapa kelompok sebagai berikut : 
1. Batako dengan mutu A1, adalah batako yang digunakan untuk konstruksi yang tidak memikul beban, dinding penyekat serta konstruksi lainnya yang selalu terlindungi dari cuaca luar. 
2. Batako dengan mutu A2, adalah batako yang hanya digunakan untuk hal-hal seperti dalam jenis A1, tetapi hanya permukaan konstruksi dari batako tersebut boleh tidak diplester. 
3. Batako dengan mutu B1, adalah batako yang digunakan untuk konstruksi yang memikul beban, tetapi penggunaannya hanya untuk konstruksi yang terlindungi dari cuaca luar ( untuk konsruksi di bawah atap). 
4. Batako dengan mutu B2, adalah batako untuk konstruksi yang memikul beban dan dapat digunakan untuk konstruksi yang tidak terlindungi. (Darmono, 2009) 

2.2 Klasifikasi Batako 
 Berdasarkan PUBI 1982, sesuai dengan pemakaiannya batako diklasifikasikan dalam beberapa kelompok sebagai berikut : 1. Batako dengan mutu A1, adalah batako yang digunakan untuk konstruksi yang tidak memikul beban, dinding penyekat serta konstruksi lainnya yang selalu terlindungi dari cuaca luar. 2. Batako dengan mutu A2, adalah batako yang hanya digunakan untuk hal-hal seperti dalam jenis A1, tetapi hanya permukaan konstruksi dari batako tersebut boleh tidak diplester. 3. Batako dengan mutu B1, adalah batako yang digunakan untuk konstruksi yang memikul beban, tetapi penggunaannya hanya untuk konstruksi yang terlindungi dari cuaca luar ( untuk konsruksi di bawah atap). 4. Batako dengan mutu B2, adalah batako untuk konstruksi yang memikul beban dan dapat digunakan untuk konstruksi yang tidak terlindungi. (Darmono, 2009) 

 2.3 Beton Ringan (Lighweight Concrete)  
Pembuatan beton ringan pada prinsipnya membutuhkan rongga didalam beton. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk membuat beton lebih ringan adalah sebagai berikut : 
1. Dengan membuat  gelembung – gelembung gas / udara dalam adukan semen sehingga terjadi banyak pori - pori udara di dalam betonnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan dengan menambah bubuk aluminium ke dalam campuran adukan beton. 
2. Dengan menggunakan agregat ringan, misalnya tanah liat bakar, batu apung atau agregat buatan sehingga beton yang dihasilkan akan lebih  ringan dari pada beton biasa.
3. Dengan cara membuat beton tanpa menggunakan butir – butir agregat halus atau pasir yang disebut beton non pasir. 

Keuntungan lain dari beton ringan antara lain : memiliki nilai tahan panas yang baik, memiliki tahanan suara (peredam) yang baik, tahan api. 

Sedangkan kelemahan beton ringan adalah nilai kuat tekannya lebih kecil dibandingkan dengan beton normal sehingga tidak dianjurkan penggunaanya untuk struktural.    Secara garis besar pembagian penggunaan beton ringan dapat dibagi tiga yaitu ( Tjokrodimuljo,1996) : 
1. Untuk non struktur dengan nilai densitas antara 240 – 800 kg/m dan kuat tekan dengan nilai 0,35 – 7 MPa digunakan untuk dinding pemisah atau dinding isolasi. 
2. Untuk struktur ringan dengan nilai densitas antara 800 – 1400 kg/m dan kuat tekan dengan nilai 7 – 17 MPa digunakan dengan dinding memikul beban. 
3. Untuk struktur dengan nilai densitas antara 1400 – 1800 kg/m  dan kuat tekan > 17MPa digunakan sebagai beton normal. 

Pembagian beton ringan menurut penggunaan dan persyaratannya dibagi atas (wisnu wijanarko. 2008) :  
1. Beton dengan berat jenis rendah ( Low Density Concrete) dengan nilai densitas 240 – 800 kg/m dan nilai kuat tekan 0,35 – 6,9 MPa. 
2. Beton dengan menengah ( Moderate Trenght Lighweight Concrete) dengan nilai densitas 800 – 1440 kg/m dan nilai kuat tekan 6,9 – 17,3 MPa. 
3. Beton ringan struktur ( Structural Lighweight Concrete) dengan nilai densitas 1440 – 1900 kg/m dan nilai kuat tekan > 17,3 MPa 

2.4  Bahan Penyusun Batako 
 Dalam pembuatan batako pada umumnya bahan yang digunakan adalah pasir, semen dan air. Berikut ini akan dijelaskan sekilas mengenai bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan batako

2.4.1  Portland Cement (PC) 
Semen adalah bahan yang mempunyai sifat adhesif  dan sifat  kohesif yang digunakan sebagai bahan pengikat (bonding material) yang dipakai bersama dengan batu kerikil, pasir dan air. Portland semen merupakan bahan utama atau komponen beton terpenting yang berfungsi sebagai bahan pengikat anorganik dengan bantuan air dan mengeras secara hidrolik.  Semen Portland adalah material yang mengandung paling tidak  75 % kalsium silikat (3CaO.  dan 2CaO. , sisanya tidak berkurang dari 5% berupa Al silikat, Al ferit silikat, dan MgO. Pada dasarnya dapat disebutkan 4 SiO 

unsur yang paling terpenting dari Portland Cement adalah : 
1.  Trikalsium Silikat
2. Dikalsium Silikat
3. Trikalsium Aluminat 
4. Tetrakalsium Aluminoferit (CAAF) atau 4CaO.Al

Semen portland yang digunakan sebagai bahan struktur harus mempunyai kualitas yang sesuai dengan ketepatan agar berfungsi secara efektif. Pemeriksaan dilakukan terhadap yang masih berbentuk kering, pasta semen yang masih keras dan beton yang dibuat darinya. Sifat kimia yang perlu mendapat perhatian adalah kesegaran semen itu sendiri. Semakin sedikit kehilangan berat berarti semakin sedikit kesegaran semen. Dalam keadaan normal kehilangan berat sebesar 2% dan maksimum kehilangan yang diijinkan 3%. Kehilangan berat terjadi karena adanya kelembaban dan karbondioksida dalam bentuk kapur bebas atau magnesium yang menguap. 

2.4.2 PASIR

  Pasir merupakan bahan pengisi yang digunakan dengan semen untuk membuat adukan. Selain itu juga pasir berpengaruh terhadap sifat tahan susut, keretakan dan kekerasan pada batako atau produk bahan bangunan campuran semen lainnya. 
Pada pembuatan batako ringan ini digunakan pasir yang lolos ayakan kurang dari 5 mm (ASTM E 11-70) dan harus bermutu baik yaitu pasir yang bebas dari lumpur, tanah liat, zat organik, garam florida dan garam sulfat. Selain itu juga pasir harus bersifat keras, kekal dan mempunyai susunan butir ( gradasi) yang baik. 

Menurut Persyaratan Bangunan Indonesia agregat halus sebagai campuran untuk pembuatan beton bertulang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 
1. Pasir harus terdiri dari butir-butir kasar, tajam dan keras. 
2. Pasir harus mempunyai kekerasan yang sama. 
3. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5%, apabila lebih dari 5% maka agregat tersebut harus dicuci dulu sebelum digunakan. Adapun yang dimaksud lumpur adalah bagian butir yang melewati ayakan 0,063 mm. 
4. Pasir harus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak. 
5. Pasir harus tidak mudah terpengaruh oleh perubahan cuaca. 
6. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat untuk beton.  (Wijanarko, W.2008)  

2.4.3 AIR
Air yang dimaksud disini adalah air yang digunakan sebagai campuran bahan bangunan, harus berupa air bersih dan tidak mengandung bahan-bahan yang dapat menurunkan kualitas batako. Menurut PBI 1971 persyaratan dari air yang digunakan sebagai campuran bahan bangunan adalah sebagai berikut: 
a. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tiak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organik atau bahan lain yang dapat merusak dari pada beton. 
b. Apabila dipandang perlu maka contoh air dapat dibawa ke Laboratorium Penyelidikan Bahan untuk mendapatkan pengujian sebagaimana yang dipersyaratkan. 
c. Jumlah air yang digunakan adukan beton dapat ditentukan dengan ukuran berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya. 

Air yang digunakan untuk proses pembuatan beton yang paling baik adalah air bersih yang memenuhi syarat air minum. Jika dipergunakan air yang tidak baik maka kekuatan beton akan berkurang. 
Air yang digunakan dalam proses pembuatan beton jika terlalu sedikit maka akan menyebabkan beton akan sulit dikerjakan, tetapi jika air yang digunakan terlalu banyak maka kekuatan beton akan berkurang dan terjadi penyusutan setelah beton mengeras.(Wijanarko, W. 2008)  
2.4.4    Sabut
Sabut kelapa mempunyai struktur yang serupa dengan peredam yang telah ada. Di sisi lain, kelapa dihasilkan di Indonesia dalam jumlah besar. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 1997, areal perkebunan kelapa di Indonesia mencapai luas 3.759.397 ha. Dan menurut humas Departemen Pertanian, produksi kelapa di Indonesia pada tahun 2002 mencapai 85 juta ton kelapa kering (kopra). Dari hasil panen kelapa yang melimpah di Indonesia, tentunya akan dihasilkan produk sampingan berupa sabut kelapa yang sangat melimpah. Karena sabut kelapa yang dihasilkan dari sebuah Kelapa adalah sekitar 35% berat buah. Namun, belum semua sabut kelapa yang ada dimanfaatkan dengan optimal.  Sabut kelapa mengandung lemak yang dapat membuat ikatan antara semen, pasir dan air dengan sabut kelapa menjadi tidak kuat sehingga dapat membentuk pori pada batako. Untuk itu diperlukan cairan NaOH atau alkohol untuk dapat melepaskan lemak pada sabut kelapa tersebut.     


Cukup sekian yang bisa saya paparkan dan terima kasih atas kunjungan anda ...gbu

Minggu, 18 Oktober 2015

Rumah Type 57











BALOK SUSUN DENGAN SAMBUNGAN PASAK KAYU DAN KOKOT

www.sipilpedia.com

MODUL 8
BALOK SUSUN DENGAN SAMBUNGAN PASAK KAYU DAN KOKOT

A.                PENDAHULUAN
Modul 8 ini akan mempelajari mengenai sambungan balok susun dengan pasak kayu dan kokot. Modul ini disertai dengan contoh-contoh soal untuk lebih menambah pemahaman mahasiswa terhadap cara penyambungan kayu menggunakan pasak kayu dan kokot. .
Kompetensi khusus yang akan dicapai setelah mahasiswa mempelajari modul ini adalah:
1)      Menghitung penyambungan balok susun kayu menggunakan pasak kayu
2)      Menghitung penyambungan balok susun kayu menggunakan kokot
Kegiatan belajar mahasiswa dalam modul ini terdiri 4 kegiatan pembelajaran :
o   Uraian materi pemebelajaran
o   Rangkuman Latihan
o   Tes dan kunci
Kegiatan belajar secara lengkap diuraikan pada halaman berikut ini.



B.                 PENYAJIAN
BALOK SUSUN DENGAN PASAK KAYU DAN KOKOT
Balok-balok kayu yang terdapat dalam perdagangan mempunyai ukuran tertentu, yaitu umumnya lebar dan tingginya £ 32 cm. Di dalam konstruksi berat seperti jembatan tunjang, balok lantai di dalam rumah tinggal acap kali diperlukan balok dengan ukuran yang lebih besar. Untuk keperluan tersebut beberapa balok disusun sedemikian rupa sehingga cukup buat mendukung beban diatasnya. Oleh karena itu untuk balok yang mendukung momen, momen-dukungnya akan sebanding dengan lebarnya b dan berbanding lurus dengan h2, maka mudah dimengerti bahwa balok-balok itu disusun dalam arah tingginya. Untuk menyusun balok-balok itu dipergunakan beberapa cara, yaitu dengan jalan memberikan gigi pada bidang balok-balok yang saling berhubungan, ata ditempatkan pasak kayu atau kokot diantara kedua balok tersebut.  Bentuk gigi, pasak kayu ataupun kokot tersebut, dimaksudkan untk mendukung tegangan geser yang timbul di dalam balok susun itu.
Apabila 2 balok masing-masing dengan tinggi h diletakan begitu saja satu di atas yang lain, maka balok-balok itu seolah-olah bekerja sendiri-sendiri dan beban P diatasnya sebagian didukung oleh balok di sebelah atas dan sebagian lain didukung oleh balok disebelah bawah. Oleh karena sisi balok bawah disebelah atas behimpitan dengan sisi atas disebelah bawah, naka diambil kesimpulan bahwa jari-jari lengkung garis elastiknya masing-masing balok adalah sama. Dari hubungan :
M =
Dapat diketahui, bahwa momen yang timbul pada tampang masing-masing balok akan sebanding dengan EI-nya masing-masing (P = jari-jari lengkung). Andaikan momen karena beban diatas balok = M, momen yang timbul di atas balok ats = M1 dan momen yang timbul di balok bawah = M2.
Maka M1 = M = M
              M2 = M.
Dianggap kedua balok mempunyai S sama. Untuk balok pada gambar 72. dengan tinggi h sama, yang berarti I1 = I2, maka M1 = M2 = M.
Dan keadaan diatas dapat dikatakan, bahwa W1 = W2 = bh2 dan Wt = 2 . bh2 .
Tegangan maksimum yang dapat timbul pada masing-masing balok ialah :
= =
Gambar 72

Apabila penggeseran balok dirintangi dengan menempatkan pasak pasak diantara kedua balok itu, keadaan akan menjadi lain. Kedua balok itu merupakan satu kesatuan penggeseran balok-balok itu tidak mungkin lagi terjadi. Sebuah momen akibat gaya-gaya luar menyebabkan pembagian tegangan didalam balok kesatuan itu seperti pada gambar 4.52. Momen lembam I besarnya ditentukan terhadap sumbu lengkungan yang terletak ditengah-tengah potongan balok.
I = (2h)3 = 8 . h3
Ternyata I jauh lebih besar dari pada + , sehingga balok kesatuan itu menjadi lebih kaku dan kuat mendukung momen luar. Gambar 73. menunjukan pembagian tegangan geser yang bekerja pada masing-masing tampang balok. Yang sebelah kiri ialah pembagian tegangan jika kedua balok itu diletakan begitu saja, sedang yang sebelah kanan adalah apabila balok-balok itu disatuhkan dengan pasak-pasak, lim atau alat-alat lainnya. Dari pelajaran ilmu tegangan didapat tegangan geser:
= , dan maksimumnya terdapat pada garis netral.
=
       

Gambar 73. Momen Luar Pada Kayu
Di sini S adalah momen statik bagian balok diatas atau dibawah garis netral sampai kegaris netral. Tegangan-tegangan geser tersebut diatas menyebabkan gaya geser yang harus didukung oleh pasak. Umumnya pasak-pasak dari kayu ditempatkan dengan arah serat dari pada balok itu sendiri, agar pasak dapat bekerja lebih baik, karena penyusutannya dalam arah yang memanjang hanya kecil saja. Pada keadaan ini pasak dibebani gaya desak sejajar arah serat dan gaya geser sejajar arah serat.
Umumnya gaya yang terakhir ini lebih berbahaya dari pada yang pertama.untuk pasak semacam itu biasanya dipakai kayu yang lebih keras dari kayu baloknya sendiri,misalnya kayu resak, atau sawo, kesambi dan lain-lain. Didalam penggunaannya pasak-pasak itu disertai baut-baut yang dipasang diantara pasak-pasak tersebut. Baut-baut itu bukanlah baut pendukung gaya geser, melainkan hanya sebagai baut-baut pelekat saja.
Cara menghitung dan menempatkan pasak-pasak itu ditentukan dengan pertolongan mekanika teknik.dibawah ini diberikan beberapa contoh.
Contoh 1:
Diatas sebuah bentangan 5,00 m akan ditempatkan balok kayu dengan lebar 20 cm. Beban diatasnya berupa beban terbagi rata sebesar 1,6 t/m¢ terhitung berat sendiri. Oleh karena berat balok untuk dibuat dari sebuah balok saja, maka dibuat 2 balok sama dengan tinggi seluruhnya 50 cm.(gambar 4.54). Untuk menyusun balok-balok tersebut dipakai pasak kayu keras (klas I) dengan || = 20 kg/cm2 dengan ukuran t =2,5 cm, b =20 cm dan a = 12,5 cm. Berapakah banyaknya pasak yang diperlukan dan bagai mana menempatkanya, jika kayu kayu itu dari kayu kelas II. Ditentukan konstruksi terlindung dan beban permanen.
ds untuk balok = 85 kg/cm2
|| untuk balok = 12 kg/cm2
= = 5 memenuhi syarat a³ 5 t dan a £15 t
a < 12,5 cm < 15 cm
Mmax = 1/8 q 2 = 1/8 . 1,6 .52 = 5 tm
= 500000 kg cm.
Garis momen berupa parabola (gambar d). Bidang gaya lintang berupa segitiga dan gaya lintang mencapai harga maxsimum diatas perletakan-perletakannya dan nilai 0 ditengah-tengah balok (gambar c)
Kita tinjau setengah bentangan.
Menurut rumus max = dan diatas perletakannya
q = 1,6 t/m¢ = 16 kg/cm¢
max = . = . = 6 kgcm2
Gambar 74
Gaya geser mendatar yang harus didukung oleh pasak-pasak untuk setengah bentangan merupakan isi piramida pada gambar b.
Maka L = . . . b
              = . 500.6.20 = 15000 kg.
Setiap pasak dapat mendukung gaya 12,5 . 20 . 20 = 5000 kg. Takikan pada balok dapat mendukung gaya 2,5 . 20 . 85 = 4250 kg. (ini yang dipakai)
Maka diperlukan ;
N = = 3,5, dipakai 4 buah pasak.

Cara menempatkan pasak-pasak itu ada 2 cara yaitu dengan pertolongan bidang gaya lintang atau bidang momen. Pada dasarnya letaknya pasak-pasak itu harus sedemikian sehingga masing-masing pasak itu mendukung gaya yang sama besarnya. Untuk itu di dalam cara pertama bidang gaya lintang harus dibagi dalam 4 bagian yang sama.
Dengan menggunakan ilmu ukur datar dilukiskan lingkaran dengan garis tengah =  Garis tengah lingkaran dibagi menjadi 4 bagian (menurut jumnlah pasak yang dibutuhkan) dan lukisan seterusnya terdapat pada gambar c.
Gambar 75
Jika menggunakan garis momen kita memperhatikan sifat balok lentur dengan hubungannya :
L = , disini merupakan perbedaan besarnya momen yang bekerja pada tampang II dan I.
            Oleh karena itu h dan L tetap, dengan anggapan masing-masing pasak memindahkan gaya yang sama besar, makapenempatan pasak harus sedemikian sehingga perbedaan momen yang bekerja pada tempat-tempat pasak yang berturutan itu sama besar. Maka momen maksimum  ditengah-tengah bentangan dibagi dalam 4 bagian yang sama besar. Jika melalui titik-titik tersebut ditarik garis-garis sejajar dengan garis 0 (mendatar), maka titik potongnya dengan garis momen yang berupa parbol itu yang menunjukan letaknya pasak-pasak tersebut (gambar d).
            Setelah itu diselidiki jarak antara pasak-pasak. Tegangan geser pada balok akibat bekerjanya pasak harus dapat didukung oleh balok. Maka jarak antara pasak a1 + a ³ a +   a1 ³ 7 cm. Menurut gambar 4.54. e. jarak a1 > 7 cm, jadi sudah memenuhi syarat. Syaratnya = a ³ 5 cm;  a £ 15 cm
Contoh 2
Sebuah balok susun terdiri dari 2 bagian dengan ukuran b = 20 cm dan h = 20 cm, pnjang bentangan 500 cm, mendukung beban terpusat. P = 3 t, yang letaknya tepat ditengah-tengah gelagar (gambar ). diminta untuk menghitung dan menentukan letaknya alat sambung.
Gambar 76
Jika dipergunakan kokot buldog, ditentuka B.J. kayu = 0,5 konstruksi terlindung beban permanen.
Penyelesaian
Kita pakai kokot bulldog dengan berbentuk perdegi 13 x 13 cm dengan baut Æ 7/8”. Masing-masing kokot dapat mendukung gaya 2,5 ton, jarak antara masing-masing baut ³ 23 cm. (lihat daftar 18). Bidang momen dan bidang gaya lintang masing-masing dilukiskan pada gambar b dan c.
= = = 2,81 kg/cm2.
Untuk setengah bentangan
L = . . b = 250 . 2,81 . 20 = 14050 kg.
Maka diperlukan n = = 5,6 buah kokot, maka jarak antara masing-masing baut adalan konstan a1 = =42 cm > 23 cm.
Hal ini dapat juga dilihat dari bidang momen. Oleh karena garis momen merupakan garis lurus, maka MII – MI adalah kekuatan, jadi a1 kekuatan pula.
Untuk balok-balok susun semacam contoh-contoh diatas, momen dukung W balok tidak boleh diperhitungkan sepenuhnya, berhubung dengan adanya perlemahan yang disebabkan adanya lubang untuk baut dan adanya pasak atau kokot. Lagipula karena mengerjanya kayu  dan kemungkinan tidak kerasnya baut, maka hubungan diatas tidak akan dapat bekerja dengan sempurna. Berhubung dengan itu di dalam perhitungan perlu diberikan faktor reduksi.
Faktor reduksi itu perlu diberikan kepada I dan W. Pengurangan itu diatur dalam P.K.K.I. pasal 12,2. sebagai berikut.
Gambar 77

b
Pada konstruksi terlindung
- dengan 2 bagian (gambar 4.56)       
                                                      I     = 0,6
                                                      W  = 0,8 0,9
- dengan 3 bagian (Gambar 4.57).
Gambar 78
                                                      I     = 0,3
                                                      W  = 0,7 0,8
Pada konstruksi tidak terlindung (jembatan dan sebagainya).
- dengan 2 bagian (gambar77)           
                                                      I     = 0,6
                                                      W  = 0,7 0,8
- dengan 3 bagian (Gambar78).
I           = 0,3
W        = 0,6 0,7
            Angka-angka uang terkecil untuk nilai-nilai W dipakai, jika diharapkan bahwa pergeseran-pergeseran yang besar akan terjadi, misalnya dipakai pasak kayu sebagai alat sambungnya. Balok dengan lebih dari 3 bagian tidak diizinkan berhubungan tidak dapat diharapkan, bahwa susunan itu bekerja dengan baik.
Contoh :
Sebuah balok dengan bentangan = 5 m. B.J. kayu = 0,6, tampangnya 1 x 10/20 cm + 1 x 30/20 cm. Disusun dengan kokot bulldog. Berat sendiri diabaikan dan beban permanen berupa q t/m’ penuh diatas seluruh bentangan. Konstruksi terlindung. (gambar 79). berapa q t/m’ itu, dan setelah itu lukislah penempatan kokotnya.
Jawab :
a.   Menentukan t/m’
Karena nama kayu tak diketahui, maka ditentukan berdasarkan B.J.-nya.
= 170 . (B.J.) = 170 . 0,6 = 102 kg/cm2
=     = 150 . (B.J.) = 150 . 0,6 = 90 kg/cm2
   = 20 . (B.J.) = 20 . 0,6 = 12 kg/cm2
Disini
Dengan mempoerhatikan pasal 12,2. P.K.K.I.
Maka Wn = 0,9 Wbr = 0,9 . . 20 . 402 = 4800 cm3
Mmax =  ql2 = . 52 . q = q tm = . 100000 tm 
=
102 = . 100000 .
= 156600 kg/cm’ = 1,566 t/m’
Pada garis netral pada tampang diatas perletakan
= . = . = 7,34 kg/cm2   <     = 12 kg/cm2
b.  Menentukan Kokot
Pada kampuh antara 2 bagian dan pada tampang diatas perletakan :
= , dan
I = bh3 =  . 20. 403 = 106666,7 cm4.
S = 20 .10 .15 = 3000 cm3
Catatan :
Untuk menentukan besarnya I dan S dihitung penuh, tanpa faktor reduksi.
= = 5,5 kg/cm2
. b = 5,5 . 20 = 110 kg/cm’
Untuk setengah bentangan :
L =  .  . = 0,25 . 500 . 110 = 13750 kg
Dipilih kokot berukuran 5” x 5”, dengan baut Æ 1”.
Menurut daftar 18 = 2 ton. Dengan B.J. = 0,6 dan = 1
Maka



C.                PENUTUP
C.1. RANGKUMAN
Balok-balok kayu yang terdapat dalam perdagangan mempunyai ukuran tertentu, yaitu umumnya lebar dan tingginya £ 32 cm. Di dalam konstruksi berat seperti jembatan tunjang, balok lantai di dalam rumah tinggal acap kali diperlukan balok dengan ukuran yang lebih besar. Untuk keperluan tersebut beberapa balok disusun sedemikian rupa sehingga cukup buat mendukung beban diatasnya. Oleh karena itu untuk balok yang mendukung momen, momen-dukungnya akan sebanding dengan lebarnya b dan berbanding lurus dengan h2, maka mudah dimengerti bahwa balok-balok itu disusun dalam arah tingginya. Untuk menyusun balok-balok itu dipergunakan beberapa cara, yaitu dengan jalan memberikan gigi pada bidang balok-balok yang saling berhubungan, ata ditempatkan pasak kayu atau kokot diantara kedua balok tersebut.  Bentuk gigi, pasak kayu ataupun kokot tersebut, dimaksudkan untk mendukung tegangan geser yang timbul di dalam balok susun itu.
C.2. LATIHAN

1.  Sebuah balok dengan bentangan = 4,2 m mendukung beban q = 1,5 t/m’ termasuk berat sendiri. Balok berukuran b = 16 cm sedang h-nya harus ditentukan. Kayu adalah mahoni karena terlalu besar h-nya, maka balok dibuat susun dengan pasak kayu kesambi. Tentukan h dan lukiskanlah penempatan pasak tersebut.
2.   Soal seperti pada gambar. kayu damar, = 4,5 m , = 4 ton. Balok terdiri dari 3 bagian dengan b = 18 cm. Tentukan h-nya, kemudian lukiskanlah pemasangan kokot buldog.






3.  Sebutan balok seperti tertera pada gambar 4.59. lebar b = 18 cm, h = 2 x 20 cm. Kayu Jati. Diminta menyusun dengan pasak kayu kesambi.
C.3. TES DAN KUNCI
TES
Diatas sebuah bentangan 5,00 m akan ditempatkan balok kayu dengan lebar 20 cm. Beban diatasnya berupa beban terbagi rata sebesar 1,6 t/m¢ terhitung berat sendiri. Oleh karena berat balok untuk dibuat dari sebuah balok saja, maka dibuat 2 balok sama dengan tinggi seluruhnya 50 cm.(gambar 4.54). Untuk menyusun balok-balok tersebut dipakai pasak kayu keras (klas I) dengan || = 20 kg/cm2 dengan ukuran t =2,5 cm, b =20 cm dan a = 12,5 cm. Berapakah banyaknya pasak yang diperlukan dan bagai mana menempatkanya, jika kayu kayu itu dari kayu kelas II. Ditentukan konstruksi terlindung dan beban permanen.
KUNCI
ds untuk balok = 85 kg/cm2
|| untuk balok = 12 kg/cm2
= = 5 memenuhi syarat a³ 5 t dan a £15 t
a < 12,5 cm < 15 cm
Mmax = 1/8 q 2 = 1/8 . 1,6 .52 = 5 tm
= 500000 kg cm.
Garis momen berupa parabola (gambar d). Bidang gaya lintang berupa segitiga dan gaya lintang mencapai harga maxsimum diatas perletakan-perletakannya dan nilai 0 ditengah-tengah balok (gambar c)
Kita tinjau setengah bentangan.
Menurut rumus max = dan diatas perletakannya
q = 1,6 t/m¢ = 16 kg/cm¢
max = . = . = 6 kgcm2
Gaya geser mendatar yang harus didukung oleh pasak-pasak untuk setengah bentangan merupakan isi piramida pada gambar b.
Maka L = . . . b
              = . 500.6.20 = 15000 kg.
Setiap pasak dapat mendukung gaya 12,5 . 20 . 20 = 5000 kg. Takikan pada balok dapat mendukung gaya 2,5 . 20 . 85 = 4250 kg. (ini yang dipakai)
Maka diperlukan ;
N = = 3,5, dipakai 4 buah pasak.
DAFTAR PUSTAKA
1.      ANONIMOUS, 1961. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PPKI)  NI-5. Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan: Bandung
2.      DUMANAUW, J.F, 1982. Mengenal Kayu. Penerbit Gramedia: Jakarta
3.      FRICK, HEINZ, 1980. Ilmu Konstruksi Bangunan. Penerbit Kanisius: Jogjakarta
4.      TJOA PWEE HONG dan DJOKOWAHJONO, F.H. 1996. Konstruksi Kayu. Penerbit Universitas Atma Jaya: Jogjakarta
5.      YAP, FELIX. 1984. Konstruksi Kayu. Penerbit Bina Cipta: Bandung
SENARAI
-